Judul tulisannya adalah Jamu Beras Kencur, tetapi foto utama yang saya tampilkan adalah Jamu Kunyit Asem. Jamu Beras Kencur dalam foto hanya menjadi latar belakang. Nyempil dan terlihat samar-samar. Saya mah begitu orangnya. Judul  tidak harus sesuai dengan kontennya. hihi.

---

Sudah menjadi tradisi, tiap kali melangsungkan Hari Jadi, Kabupaten Gunungkidul selalu menggelar Pameran Potensi Daerah. Bedanya pada Hari Jadi ke 185 ini, Pameran Potensi Daerah atau biasa juga disebut Pameran Pembangunan ini diselenggarakan di Gedung Olah Raga / GOR Siyono. Tidak di Alun – Alun Pemda Gunungkidul seperti biasanya.

Jadi jangan heran bila pada Pameran Potensi Daerah Kabupaten Gunungkidul 2016 kali ini tidak ada Bianglala, Komidi Putar, Rumah Hantu dan ikon pasar malam lainnya.

Tadi malam (Rabu, 1 Juni 2016), saya mengajak ibu saya berjalan-jalan melihat-lihat even pameran yang digelar setahun sekali ini. Hari pertama pameran yang belum ramai membuat ibu saya nampak senang. Ibu bisa leluasa melihat-lihat stand pameran dan mencoba-coba beragam produk yang dipamerkan tanpa harus berebut dengan pengunjung lainnya.

Berikut ini adalah beberapa hal di even pameran yang menurut kami menarik. Menarik dalam arti, saya mencoba, melihat-lihat dan atau membelinya:

Kerajinan Tas dan Domet

Aneka Tas dan Dompet buatan tangan (hand made) ini dipamerkan di sebelah kanan pintu masuk gedung pameran. Jadi pengunjung yang memasuki gedung bisa langung melihatnya.

Apa yang membuat kerajinan tas dan dompet ini menarik adalah selain karena hampir semua desainnya bermotif batik adalah pengrajin yang membuat tas-tas dan dompet-dompet ini, salah satunya adalah tetangga saya, Mbak Tari.

Harga dompet-dompet yang nampak keren ini bervariasi. Ada satu dompet yang menarik tapi tidak jadi kami beli karena harganya cukup mahal, Rp 280 ribu. Sementara dompet yang tidak terlalu keren ada yang harganya Rp 60 ribu.

Keris dan Batik Tulis

Saya tertarik untuk melihat-lihat keris-keris ini karena saya ingin memilikinya. Ini adalah salah satu Keris yang secara penampakan cukup menarik. Dibanderol Rp 200 ribu sebenarnya ini bukan harga yang mahal untuk sebuah keris.

Batik Tulisnya? Lupa tidak saya potret. Saya sudah kadung minder dengan harga per lembarnya yang Rp 450 ribu. hehe

Jamu Beras Kencur dan Jamu Temulawak Meniran

Lagi-lagi saya tidak bisa menunjukkan Jamu Beras Kencur di sini. Tetapi percayalah, Jamu Beras Kencur adalah jamu yang saya beli. Alasan saya membeli karena Beras Kencur adalah satu-satunya jamu yang rasanya tidak pahit.

Ibu-Ibu penjaga stand Potensi Lokal Kecamatan Paliyan itu semalam memang berhasil meyakinkan saya akan khasiat aneka jamu yang ada, namun mengetahui rasanya pahit saya lebih baik urung mencoba. Jamu Temu Lawak ini menurut Ibu pembuatnya yang adalah tetangga desa saya sendiri mempunyai khasiat meningkatkan nafsu makan. Sebenarnya cocok bagi saya yang agak susah makan bila belum menemukan makanan yang enak-enak.

Rupanya bila tidak suka dengan rasa pahit di Jamu Temulawak, di stand ini ada alternatifnya. Alternatif itu berupa Roti Temu Lawak. Di sana ada sampel yang bisa dicicipi. Karena dari sampel itu rasanya manis, saya dan ibuk saya pun membeli satu kemaran roti Temu Lawak. Harganya Rp 15.000,-.

Sebotol Jamu Beras Kencur yang saya beli harganya Rp 5.000,- Rasanya enak dan segar. Lebih enak dari Jamu Beras Kencur yang biasanya dijual keliling.

Body Mass Index, Body Fat dan Blood Pressure Test

Ibuk adalah yang berkaos merah dan berkerudung hitam. Tadi malam ibuk saya nampak senang sekali setelah melewati serangkaian tes dan mengetahui hal tesnya baik-baik saja. Malam itu Ibuk jadi merasa jauh lebih sehat.

Gula Kelapa dan Gula Jahe dari Natah Nglipar

Di Kabupaten Gunungkidul, setahu saya pusat Kerajinan Gula Kelapa terdapat di Desa Gedad dan Banyusoca. Baru di Pameran Potensi Daerah kali ini saya tahu di Desa Natah Kecamatan Nglipar pun terdapat kerajinan gula merah atau gula kelapa.

Di Pameran kali ini saya pun akhirnya membeli 2 tangkep Gula Kepala. 2 tangkep itu bobotnya kira-kira 1 kg. Harganya Rp 18 ribu. Tidak mahal. Harganya hampir sama dengan gula tebu yang biasanya kita beli di warung.

Saya membelinya karena Gula Kelapa ini nampak aseli. Bisa dilihat dari teksturnya dan karena gula ini ada tanda-tanda mudah melunak, melengket. Gula Jawa atau Gula Kelapa yang tidak aseli ciri-cirinya adalah keras meski diletakkan di tempat terbuka dalam waktu lama.

Gula Jahe Kristal yang saya beli di atas harganya Rp 12 ribu per kemasan. Ini adalah selayaknya jahe instant kemasan yang biasanya kita beli. Cocok digunakan sebagai minuman pada musim dingin yang akan segera tiba.

Tulisan saya tentang Hari Jadi Gunungkidul ke-185 lainnya:

• Pentas Campursari 90 Jam Pecahkan Rekor MURI

Batik Topeng

Bakpia Telo Ireng Dewasari

Bakpia Telo Ireng Dewasari ini dibuat dan dijual oleh teman saya sendiri. Namanya Mas Totok Brata. Kebetulan dalam pameran ini Mas Totok membuka stand outdoor persis di depan pintu masuk timur GOR siyono, tempat pameran dilangsungkan.

Bakpia Dewasari mempunyai menu utama Bakpia Telo Ireng dengan tetap menyediakan varian lain seperti Bakpia Keju, Bakpia Kacang Hijau dan Bakpia Cokelat. Tadi malam saya membeli bakpia campur-campur. Satu kemasan terdiri dari beberapa varian rasa. Harga paket yang saya beli Rp 30 ribu.

Nah, membeli Bakpia Dewasari di Pameran Potensi Daerah Gunungkidul semalam mendapatkan bonus istimewa. Bonus itu berupa foto bareng owner Bakpia Dewasari.

Apa yang kami saksikan paling menarik di ajang Pameran Potensi Daerah Kabupaten Gunungkidul 2016 semalam berada di Panggung Hiburan/Panggung Kesenian outdoor yang terletak di sebelah utara Gedung GOR. Saya dan Ibuk pun setelah puas keliling melihat-lihat segera mengambil tempat duduk lesehan di tenda penonton.

Pemutaran Film Dokumenter Budaya Rinding Gubeng

Rinding Gubeng merupakan salah seni budaya yang sudah sangat langka sekarang ini. Untungnya Rinding Gubeng yang saat ini masih lestari di Kecamatan Ngawen ini sudah didokumentasikan dalam bentuk video.

Kami semalam menyaksikan video dokumender Rinding Gubeng sampai selesai. Singkatnya Rinding Gubeng adalah upacara adat untuk memetik dan mengelola panenan padi di masyarakat pertanian. Ini merupakan sebuah kearifan lokal yang jelas sangat menghormati alam, mengambil, memanfaatkan dan mengoptimalkan potensi alam agar senantiasa serasi. Kearifan yang pada akhirnya mengajak manusia untuk menghindari keserakahan.

Pentas Wayang Beber dengan Lakon Andhe Andhe Lumut

Hampir sama dengan Rinding Gubeng, Wayang Beber merupakan salah satu kesenian yang saat ini sudah langka di Indonesia. Meskipun sama-sama wayang, Beber memang tidak sepopuler Wayang Kulit yang saat ini masih dipentaskan dimana-mana.

Wayang Beber saat ini hanya dipentaskan sebatas untuk upacara-upacara adat yang sakral dan even-even pameran.

Sangat langkanya, saat ini di Indonesia, Wayang Beber tinggal ada dua. Satu di Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Satunya lagi ada di Wiladeg Karangmojo. Satu-satunya dalang Wayang Beber di Gunungkidul (atau di Yogyakarta) saat ini adalah Pak Slamet (foto di atas).

Wayang Beber yang kami tonton di atas mengambil cerita (atau membeber kisah) Andhe-Andhe Lumut. Andhe-Andhe Lumut merupakan cerita rakyat yangtidak asing bagi saya dan simbok. Kisah Klething Kuning dalam Andhe-Andhe Lumut telah lama menjadi dongeng sebelum tidur yang didongengkan berulang oleh Nenek (Ibu dari Ibu saya) sewaktu saya masih kecil.

Panggung Kesenian di Pameran Potensi Daerah Kabupaten Gunungkidul 2016 ini adalah yang membuat perbedaan penting pameran ini dengan pameran-pameran sebelumnya. Bila pameran sebelumnya setahu saya menampilkan pentas-pentas dangdut dan seni kekinian lainnya, kali ini seni budaya aseli Gunungkidul mulai diangkat kembali.

Menurut pengumuman MC tadi malam, pada nanti malam (Kamis, 2 Juni 2016) akan dipentaskan kesenian daerah berupa Gejog Lesung dari Desa Siraman.

Hayuk mari menonton.