Partai Politik sebagai instrumen demokrasi di Indonesia diharapkan diantaranya melahirkan kader-kader politik yang siap di gedung parlemen memperjuangkan hak-hak rakyat dan memberikan fungsi pendidikan berdemokrasi kepada rakyat Indonesia. Kenyataannya harapan-harapan itu belum bisa dipenuhi oleh partai politik. Alih-alih partai politik malah menjadi kendaraan politisi jahat untuk mengangkut harta benda hasil korupsi. Lebih parah lagi, politisi-politisi jahat yang pada Pemilu 2014 kali ini berebut kursi legislatif menghalalkan segala cara untuk mendulang suara konstituen dengan menggunakan politik uang. Politisi-politisi tak bermoral itu sekaligus mengajak dengan uang agar masyarakat menganggalkan standar moralnya. Parah!
Penggunaan uang (money politic) oleh banyak calon legislatif yang di Gunungkidul marak sampai ke pelosok-pelosok desa ini banyak menimbulkan keprihatinan. Kamis malam, 3 April 2014, di jejaring pertemanan Facebook beredar ajakan untuk melakukan keprihatinan menolak politik uang berupa doa bersama dan memukul Kenthongan Titir. Dalam ajakan itu disebutkan aksi keprihatinan ini akan bertempat di bunderan PLN sebelah timur kompleks perkantoran Pemda Gunungkidul pada keesokan harinya, Jumat siang, 4 April 2-14. Bak gayung bersambut, ajakan itu mendapatkan respon positif dari banyak pihak.
Sekitar jam 2 siang, ketika saya tiba di lokasi aksi, telah banyak berkumpul orang-orang yang bersiap melakukan aksi dengan segala perlengkapannya. Dalam aksi itu partisipasi datang dari berbagai elemen masyarakat. Di antaranya ada ikatan pelajar, mahasiswa, karang taruna, tokoh-tokoh agama Islam, Kristen, Hindu, Budha bahkan para pegiat kejawen di Gunungkidul, dan lain-lain.
Aksi keprihatinan menentang politik uang berupa doa bersama dan menabuh Kenthongan Titir berjalan lancar dan tertib. Acara yang diisi oleh orasi-orasi keprihatinan itu ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh pemuka-pemuka agama-agama yang hadir dan menabuh kenthongan titir secara bersama-sama. Menabuh kenthongan ini seolah kedengaran unik. Sesungguhnya menabuh kenthongan titir merupakan bentuk perlindungan keamanan komunal masyarakat di Gunungkidul ketika marabahaya terjadi. Kali ini marabahaya yang disebutnya memasuki Siaga 1 adalah politik uang yang diyakini sangat merusak kebangsaan kita.
Aksi keprihatinan menentang politik uang akhirnya selesai sekitar pukul 3 sore. Silakan menonton apa yang saya videokan dengan smartphone saya berikut ini:
jadi inget jaman dulu kalau lihat kentongan