Jum’at kali ini, alhamdulillah saya bisa shalat Jum’at di Masjid At Taqwa dusun Karangmojo B. Muadzin adalah Surono. Iman sekaligus Khotip adalah H Watiman. Tema khotbah Jum’at adalah Haji.
Tapi kali ini saya tidak akan menuliskan kembali inti khotbah Jum’at seperti biasanya. Saya akan bercerita tentang jumlah jamaah Jum’at di Masjid At Taqwa.
Menjelang diserukan adzan saya sudah berada di dalam Masjid. Jumlah jamaah yang sudah datang terlihat sedikit. Saya menghitungnya dan mendapatkan angka 16 termasuk imam, muadzin dan anak-anak yang belum baligh. Ketika Iqamah dikumandangkan dan semua saya hitung lagi ketemu angka 32 termasuk imam, muadzin dan anak-anak.
Kenapa saya cape-cape menghitung jumlah jamaah? Karena saya pernah mendengar kalau shalat Jum’at itu sah dikerjakan bila jumlah jamaah sedikitnya 40 orang. Juga pernah dengar, orang jamaah yang terlambat datang Jum’at itu bisa sah kalau jamaah yang datang sudah sama dengan atau lebih dari 40 orang.
Singkatnya dalam hati saya tadi mempertanyakan keabsahan dan pendapat-pendapat tentang syarat sah Shalat Jum’at.
Ternyata setelah sampai di rumah dan googling masalah ini, pendapat tentang jumlah minimal jamaah shalat Jum’at itu ada bermacam-macam. Salah satu penjelasanya bisa dibaca di forum tanya jawab di Eramuslim di sini. Anda bisa googling sendiri untuk mendapatkan penjelasan yang lain.
Yang saya ingat jumlah jamaah Jum’at minimal 40 orang dari tanya jawab ini ternyata adalah pendapat Syafi’i dan Hambali. Sedang Ulama Maliki berpendapat minimal 12 orang. Bahkan Abu Hanifah dan Muhamad berpendapat minimal 3 orang selain imam.
Mana yang benar? Wallahualam. Selagi ada ulama yang berpendapat 3 atau 12 saja sudah sah, maka saya tidak perlu ragu. Untuk pendapat seperti ini menurut saya diperlukan kompetensi ulama. Atau ada yang sudah pernah mendengar pendapat Majelis Ulama Indonesia?
Barangkali perlu diketahui kenapa jamaah Jum’at di Masjid At Taqwa dusun Karangmojo B sedikit. Penduduk di dusun Karangmojo B sendiri 100% beragama Islam tapi jumlah KK -nya relatif sedikit. Pemuda-pemudanya kebanyakan merantau. Pelajar, mahasiswa dan karyawan/pekerja kebanyakan menunaikan Shalat Jum’at di lingkungan kerja dan kampus masing-masing. Umumnya yang shalat Jum’at di At Taqwa adalah bapak-bapak petani, pini sepuhan dan anak-anak. Kadang-kadang siapa yang mau menjadi khotib dan imam saja kesulitan dan terjadi saling tunjuk jamaah yang datang.
Jamaah Shalat Jum’at kurang dari 40 orang. Jadi menurut Anda sah atau tidak?
semuanya benar,yang salah orang yang ngakunya Islam tapi nggak sholat jum’at..
Wah sedikit juga ya jamaahnya ternyata. Bro apakah di sana ada masjid lain yang lebih ramai? Jika ada alternatif lain alangkah baiknya jangan memilih sesuatu yang kita masih ragu-ragu tentangnya.
Yang penting adalah , kita tetap shalat jumat hehehe. Wallahu’alam 🙂
Ada sih mas masjid yang lebih ramai. Jaraknya kurang lebih 1 km. Kalau saya shalat Jum’at di Masjid yang lebih ramai, nanti jamaah shalat Jum’at di Masjid ini makin sedikit. Padahal kebanyakan jamaah di sini bapak-bapak tua yang tidak mudah bila harus shalat di masjid yang lebih jauh, hehe
Setuju dengan jawaban Akhi Jarwadi
kayaknya yang gak sah itu kalo sholat jumatnya pada hari sabtu hihi
Ternyata menurut fatwa ulama NU dan Muhammadiyah seperti pada berita di Republika di http://www.republika.co.id/berita/ensiklopedia-islam/fatwa/10/06/27/121816-shalat-jumat-dengan-sedikit-makmum-apa-hukumnya-
dinyatakan sah
menurut saya, menurut saya lho mas, semua hal termasuk sholat jumat tergantung situasi & kondisi masing-masing daerah/lingkungan/masjid. lha wong Gusti maha bijaksana kok…,
nek misal nang papua atau papua new guinea KK cuma 3 lha njuk masa ndadak sholat jumat nang jakarta? menurut saya ya yg penting menjalankan…,
menurut pemahaman saya Islam itu simple saja….
*soale tingkatane isih sek simpel” sih hahahahahaha
eh iya, jadi teringat, misalnya kita sedang berada/bekerja di negara-negara yang tidak banyak muslimnya seperti Jepang, Korea, New Zeland, dll
barangkali di sana mau mencari Masjid untuk shalat Jum’at saja tidak mudah. Jadi teringat cerita teman saya yang bekerja jadi kuli di Jepang. Di sana ia hanya shalat di pondokan dengan teman-teman nya. salah satu ditunjuk jadi Iman sekaligus Khotib 🙂
Betul itu, Mas. Saya juga pernah ngalami hal ini ketika ke luar negeri. Jangankan mencari jamaah jumlah 40 orang, ketemu dengan musholla apalagi masjid aja susah. Di tempat negara yang mayoritas penduduknya non muslim ini menjadi problem
kalau menurut beberapa yg sy ketahui minimal 3 sdh cukup,, dan mengengerjakannya tanpa keragu-raguan,
waduh mas… aku ga tau blas… 🙂
kl jumatan dekat tempat kerja sll penuh…. ga ada tempat
Kalo saya Mas, saya menganut yang minimal 40 orang. 🙂
Saya sependapat dengan mas Asop. 🙂
Saya malah baru tau tentang dibolehkannya makmum kurang dari 40 orang. Insya Allah semua bener. tinggal ikut imam yang mana. 🙂
numpang nimbrung 😀
sama keadaan di dusun saya mas. tapi alhamdulillah walau banyak yg merantau tapi para pini sepuh di dusun saya masih di atas 40 orang 🙂
Saya kurang paham masalah ini. 😀
Memang masih banyak di daerah2 pelosok yg mengalami hal serupa. Bukan hanya masalah jumlah, tp jg kemampuan khotib memahami rukun2 khutbah.
Dulu prnh teman sy cerita, waktu ikut Jumatan di pelosok, khotibnya tdk membaca salah satu rukun khutbah, lantas selesai sholat, diprotes seorang jamaah yg notabene mahasiswa. Yah, begitulah..
Semoga sholat Jumatnya sah ya Mas, 🙂
Tinjauan para ulama tersebut pasti sudah didasarkan pada keadaan-keadaan tertentu yang memang bisa dilakukan.
sepengetahuan saya, sing penting jangan ragu.
maka sebaiknya menunda pekerjaan yang diawali dengan keraguan.
nek yakin malah gpp mestinya 😀
saya sih dalam banyak hal begitu yah, berusaha memudahkan tapi tidak mencari pembenaran lho.
lha itu, klo sampai dirimu pindah ke mesjid yg lebih ramai, yg ada di mesjid yg kemarin jadi kurang 1 jemaahnya, lebih bagus juga, lain x, ngajak yg lain, biar makin hari makin banyak jemaah yg mau jumat’an di situ … 🙂
kebetulan jumaatan biasanya di masjid yg rame,jd masalah 40 itu saya kadang kurang memperhatikan, manut sama imam dan khatib saja … 😀
mas jarwadi…nanti saya tanyakan lagi ke ustadz yang berkompeten…biar ga salah infonya
he…he….di tempatku juga kayak gitu
Di pulau saya luasnya cuma 109 hektar ada 2 masjid, jarak antara keduanya ± 3 km, ada yang bilang jarak segitu sebaiknya cukup satu masjid saja untuk melaksanakan sholat Jumat, kecuali 1 masjid tidak cukup untuk menampung para jamaah.