Memang, tidak ada doktrin “Gunakan SIM sesuai dengan fungsinya”. Orang – orang yang menghuni Lab dan Bengkel secara turun temurun hanya mengenal kata mantra “Gunakan Alat Sesuai Dengan Fungsinya”. Nasihat ini untuklah diri saya sendiri. SIM (Surat Ijin Mengemudi) milik saya memang tidak saya biarkan nganggur. Saya memberdayakanya. Agar duit yang saya bayarkan untuk membuat SIM tidak mubadzir. Karena saya jarang mengemudikan kendaraan sendiri di jalan raya, karena saya tidak punya kendaraan bermotor, maka saya menggunakanya dalam arti luas. Misalnya saya menggunakan SIM untuk jaminan menyewa DVD di rental rental.
Razia, Cegatan, Operasi Lalu Lintas pagi tadi, di Jalan arah ke Semanu, dekat POM Bensin Baleharjo, Wonosari, Gunungkidul, adalah kali pertama saya menggunakan SIM, sesuai dengan fungsinya. Dari sana saya jadi tahu, menggunakan SIM sesuai dengan fungsinya tidaklah semudah menggunakan SIM dalam arti luas.
Polisi Lalu Lintas, dengan gaya formalitas mengucapkan “Selamat Pagi, maaf perjalanan anda terganggu … , dst dst” Entah apa seterusnya yang diucapkan itu tidak jelas. Jadi benar kan bila saya menganggapnya sebagai formalitas belaka. Petugas polisi itu, kemudian, sambil memeriksa SIM dan STNK, menanyakan tanggal lahir saya, saya menjawabnya, kemudian ia menanyakan alamat. Apa – apaan ini? “Loh bukannya yang kamu tanyakan itu sudah ada di SIM? Bisa baca ngga sih?” Bentak saya. Polisi yang bertugas di Lantas Polres Gunungkidul itu menjawab “Bukan gitu, kok foto di SIM beda sama orangnya?”Kalau foto di SIM dan pemiliknya berbeda, itu bukanlah kesalahan pemilik SIM, melainkan kesalahan polisi petugas pemotretan di bagian pembuatan SIM. Mungkin juga Camera potret dan mesin cetak SIM yang sudah kuno sehingga kualitasnya menurun. Tentu saja saya lebih ganteng aselinya daripada foto di SIM. Kumis dan Jenggot saya yang kini gondrong sudah terbukti membuat banyak orang terpesona. Hikmah yang bisa diambil dari pertanyaan petugas polisi yang ditanyakan kepada saya adalah, kira – kira berapa skor tes SAT dari seorang Polisi Lalu Lintas bernama Helmi. Kenapa dia tidak bisa menganalisis perbedaan wajah seseorang itu dengan melihat tanggal pembuatan Surat Ijin Mengemudi milik saya.
Polisi itu kemudian memberikan SIM dan STNK saya kepada temannya yang bernama Slamet, kemudian Slamet, menurut saya secara formalitas, memeriksa Nopol Kendaraan Bermotor mencocokan dengan yang tertera pada STNK, kemudian mempersilakan saya melanjutkan perjalanan.
untung ga di lihat sampai tutup pentil ban nya…hehe…
slamet…slamet….
Itu terlalu teliti. 😆
Wah, kasihan polantasnya, sampe dbentak-bentak segala.. 😦
Kasihan mereka, udah tiap hari menghirup asap kendaraan, suka didoakan yang jelek2 pula ama pengendara kendaraan bermotor. 😐
hohoho… Kacamatanya ketinggalan kali tuh petugas 🙂
Tapi, salut dah tuh PeDenya hahaha..
“Kumis dan Jenggot saya yang kini gondrong sudah terbukti membuat banyak orang terpesona”
ahahaahahhaha manstabbb
btw saya pernah juga tuh sob abis di interview di jalan gituh di tilang juga gara-gara ga ada speedometer waktu di bogor
salam kenal ya sob 😛