Arti Penurunan BBM Bersubsidi?

Bertepatan dengan hari ke 11 sejak harga BBM bersubsidi khususnya Bensin secara resmi diturunkan menjadi Rp 5.500,- per liter oleh Pemerintahan Presiden Susilo BAMBANG, pagi ini saya berangkat ke Tempat Kerja menggunakan Jasa Angkutan Umum seperti biasanya ketika Harga Bensin Bersubsidi berharga Rp 6.000,-. Saya membayarkan ongkos yang sama seperti ketika belum ada penurunan Harga BBM. Memang, saya tidak (mungkin belum)  mendengar atau membaca perihal tentang Penurunan Tarif Angkutan khususnya Angkudes sebagai alat transportasi publik utama di Gunungkidul. Merupakan sebuah Fakta yang susah untuk dipahami seorang Jelata seperti saya, ketika dulu, menjelang kenaikan Harga BBM, harga harga sudah lebih dulu naik membumbung termasuk tarif Angkutan Umum tetapi setelah hari ke 11 penurunan Harga BBM tidak serta merta diikuti oleh Penurunan Tarif Angkutan Umum. Kalau Tarif Angkutan Umum saja yang komponen produksi utamanya adalah Bensin tidak terjadi penyesuaian ( –baca : penurunan) tarif maka tentu saja harga harga produk lain.

Menurut gambaran seorang awam, penurunan biaya pada komponen produksi akan mempunyai dampak ikutan terhadapa harga produk di tingkat komsumen. Sebelumnya banyak pihak berharap bahwa dengan penurunan harga bensin akan berefek karambol dengan keterjangkauan harga produk di tingkat masyarakat kebanyakan, inflasi yang terkendali, peningkatan daya pemenuhan kebutuhan masyarakat dan di tingkat paling hilir adalah kehidupan masyarakat Indonesia umumnya menjadi lebih sejahtera. Namun demikian ketika banyak dihadapkan dengan fakta di lapangan, terutama saya, belum mampu merasakan dampak kemudahan karena penurunan Harga Bensin Bersubsidi dan baru kemudian saya mengetahui bahwa hitung hitungan sederhana dan gambaran seorang awam seperti saya tidak bisa segera berlaku.

Penurunan Harga BBM yang baru terjadi pertama kali seumur hidup saya dan konon juga merupakan sebuah catatan baru yang dituliskan oleh Pemerintah dalam buku tek sejarah Negeri Indonesia. Pertama kali, karena mungkin akan ada penurunan ke dua karena menurut Presiden bukan tidak mungkin harga BBM Bersubsidi masih bisa diturunkan lagi dimasa yang akan datang. Mungkin tergantung kePERLUanya juga. Kalau memang Penurunan Harga BBM berkorelasi dan benar benar dapat dirasakan pada tingkat kesejahteraan masyarakat kebanyakan (baca : hamba jelata miskin, seperti saya), pasti sebagian banyak orang akan setuju.

Bila pemerintah mempunyai otak otak cerdas dari para ahli ekonomi (dan politik) yang bertugas membuat rekomendasi dan menggambarkan grafik pertumbuhan ekonomi nasional maka jelata seperti saya hanya bisa mengukur dampak penurunan harga BBM Bersubsidi dengan merasakan penurunan Tarif Angkutan, penurunan harga deterjen, penurunan harga daging dan telur,  ketersediaan pupuk di masyarakat petani, dll. Apabila dari hal hal di sekitar tersebut tidak memperlihatkan dampak positif pernurunan BBM Bersubsidi, tentu akan tidak segan segan bertanya, sesungguhnya siapa yang paling diuntungkan dengan penurunan Harga BBM Bersubsidi.

Dan bila semua orang enggan untuk memberi jawaban maka saya akan menunggu sampai waktu yang memberi jawab.

Iklan

Pasca atau Pra Bayar

;-)Posting ini saya buat sambil tiduran, sekedar brain storming, en ketimbang BETE. keknya aq mesti istirahat hari ini.

Barusan ku mampir di konter pulsa milik temen SMP -WAWAN- begitu. Biasa topik obrolan disana adalah seputar perang tarif operator GSM

*Perang spt ni sebenarny menguntungkan pemilik konter spt wawan, krn efek emosional konsumen scr berlebihan mengg. utk hal2 yg ga penting dan menghabiskn duit lebih banyak

*Fenomena kartu sekali pakai

*Kebijakan registrasi ke 4444 oleh pemerintah jelas tidak efisien dan akurat buat mengurangi kejahatan dgn HP

* Bgmn mengendalikan fenomena kartu sekali pakai?

*Apakah dg menaikan kartu perdana semahal th 99 an ?
*Atau migrasi ke kartu pasca bayar diwajibkan buat pemilik no hape

yg terakhir ini tentu lbh menjamin akurasi data kepemilikan no, mengurangi tingkat pergantian no dan tentu kejahatan via hape lbh terkendali. Kelihatan bgs bukan

‘Eeitt tunggu dulu’ giliran WAWAN yg ga setuju

#Akan dikemanakan nasib pemilik konter spt wawan, brp bnyk pengangguran sbg dampak kebijakan ini, …

Tentu kebijakan ini hanya dinikmati para konglomerat paling bnyk adl BANK, KANTOR POS, GERAI , dll

Saat ini ada 110 juta pelanggan telpon
dan tiap 1 pembayaran mdpt royalti 5 ribu saja = lebih dr setengah trilyun yg diperebutkan bank dan institusi keuangan per bulanya

LUAR BIASA

*Mungkin perang tarif kali ini mrpkn upaya operator utk merebv pasar

april mdtg kekny semua operator setengah wajib menerapkn tarif yg sama

*SAAT nya operator benar2 menjual kualitas layanan

*dmana masyarakat blm ter edukasi utk memilih produk yg tepat

*hal yg paling mudah di pahami konsumen hanya tarif semata

BESUK BIAR ARTIKEL INI SAYA SEMPURNAKAN DAN SAYA PUBLISH DI BLOG YG SATUNYA