Tidak Percaya Dengan Petugas Pengisian SPBU

Siapa tidak jengkel berlama – lama mengular antri untuk mengisi bensin di SPBU yang mana di musim mudik lebaran ini seolah olah semua motor dan mobil berebut minuman energi bau fosil. Entah itu diguyur hujan entah itu di tengah terik, mau tidak mau ya harus antri. Agar kuda – kuda besi mereka dapat dihela mengantar ke tujuan.

Tidak salah bila semua orang ingin dapat pelayanan cepat. Kalau perlu berebut. Untung ada mekanisme antri. Saya kira kebanyakan orang Indonesia tidak mau antri, kecuali bila terpaksa, termasuk saya tentu saja.

Uniknya ketika di POM bensin pak sopir tidak hanya harus ikhlas ngantri, tetapi juga harus turun dari dashboard kemudi. Apa yang dilakukan seorang pak sopir itu adalah untuk memperhatikan indikator volume pengisian bahan bakar dan jumlah biaya yang harus dibayarkan. Memang, bukan rahasia lagi bila di banyak SPBU banyak petugas – petugas pengisian yang nakal yang mencari THR secara diam – diam secara tidak legal. Tidak tahu apakah cara seperti ini dilakukan karena juragan SPBU tidak mengganti labor hour secara layak, Tunjangan Hari Raya yang tidak comply dengan kebutuhan berlebaran minimum propinsi atau memang itu sudah gawan bayi/ sifat warisan nenek moyang bawaan sejak mereka dilahirkan ke muka bumi yang konon subur tongkat kayu dan batu jadi tanaman itu.

Imaginasi liar saya hanya bisa berandai, bila ke insyaf an terjadi secara masal berjamaah terhadap semua petugas SPBU, dengan asumsi waktu untuk pak sopir turun dari mobil memeriksa indikator pengisian adalah 2 menit maka pengantri ke 30 di suatu pom bensin akan menikmati discount waktu seharga 60 menit.

Kapan mimpi saya itu menjadi kenyataan? Silakan tanya pada gurita Paul yang telah sukses meramal kemenangan pertandingan di Word Cup Africa

Iklan