Di antara medali penamat lomba yang pernah saya dapatkan selama mengikuti berbagai ajang lari, bagi saya medali penamat lomba Baron 10K 2018 merupakan yang paling istimewa.

Bukan karena medali penamat lomba (finisher medal) Baron 10K 2018 mempunyai desain paling unik atau menggunakan bahan yang eksklusif. Bila ukurannya adalah desain dan bahan, medali ini sebenarnya biasa – biasa saja.

Apa yang membuat medali ini istimewa adalah karena jumlahnya yang terbatas. Medali penamat lomba lari Baron 10K hanya diberikan kepada 10 finisher pertama untuk masing – masing kategori. Tentu saja untuk setiap pelari yang masuk dalam 10 penamat lomba pertama tidak hanya mendapatkan medali, namun juga sertifikat dan sejumlah nominal uang hadiah.

Saya bersyukur karena meskipun bukan pelari atlet namun masih mendapat bagian medali penamat, sertifikat dan uang hadiah. Dengan kata lain, dengkul ini masih cukup bisa diajak bersaing dengan adik – adik yang berada dalam usia produktif pembinan prestasi olahraga.

Tulisan mengenai Lomba lari Baron 10K ini sangat terlambat saya buat.  Hampir satu bulan ketika lomba itu diselenggarakan pada Sabtu, 8 September 2018. Mengikuti lomba lari yang saya tunggu – tunggu itu memang kebetulan berbarengan dengan banyaknya kesibukan yang wajib saya selesaikan.

Bisa dikatakan Baron 10K merupakan lomba lari yang saya ikuti paling tergesa – gesa. Saat itu saya harus buru – buru mandi dan ganti baju begitu saja berhasil menginjak garis finish. Kemudian dengan sisa – sisa tenaga memacu kendaraan ke kota Jogja untuk mengikuti acara Roadshow BCA FinHack Data Challenge 2018 di Hotel Tentrem.

Tahukah Anda bahwa finisher medal yang saya banggakan di atas sebenarnya baru sampai di tangan saya setelah satu pekan lomba berlalu. Untuk urusan mengambil medali penamat beserta tetek mbengeknya saya mewakilkannya kepada kawan saya sesama pegiat komunitas lari Gunungkidul Runners.

Baron 10K merupakan lomba lari tahunan. Diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga bekerjasama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul, setiap pertengahan tahun, kira-kira bulan September. Lomba ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Olahraga Nasional sekaligus sebagai media untuk mempromosikan Pariwisata Gunungkidul. Tak heran lomba ini mengambil start dan finish di kawasan wisata Pantai Baron, kecamatan Tanjungsari kabupaten Gunungkidul.

Lomba lari yang diikuti oleh ribuan peserta dari berbagai kalangan, mulai dari pelajar SD, SMP, SMA, TNI/POLRI, masyarakat umum sampai atlet nasional ini mengambil rute yang menarik. Rute lomba ini melintasi perbukitan kapur khas Gunungkidul dengan tanjakan yang mencapai 170 meter, melewati perkampungan penduduk desa yang asri, jalur jalan lintas selatan yang megah dan ketika finish pun para pelari akan bisa menikmati air dan udara pantai Baron serta menikmati kuliner khas yang banyak dijajakan oleh masyarakat.

Memang, bagi kebanyakan pelari hobi dan amatir seperti saya berlari menakhlukan tanjakan seperti ini tidak mudah, sulit. Justru di sini yang menantang ketika nafas engap, jantung bergemuruh dan paha betis bekerja semakin inten sambil menyaksikan pelari-pelari yunior usia SD dan SMP setempat bisa melakukannya dengan biasa-biasa saja. Sejak dalam pikiran saya pun sudah berniat bahwa saya bukan untuk bertarung dengan mereka, melainkan saya berlari untuk mengalahkan diri sendiri, dengan irama berlari saya sendiri. Tak perlu terpancing oleh para pelari cepat.

Bagi saya bagian terberat mengikuti lomba lari Baron 10K adalah pada kilomerter pertama ketika ribuan pelari masih bergerombol besar dan pada kilometer ketiga di depan SMP dan SMK Tanjungsari. Selebihnya setelah kilometer kelima sudah menjadi rute yang bisa dinikmati sampai garis finish.

Bagi komunitas kami, Gunungkidul Runners, lomba lari Baron 10K seolah merupakan sebuah hiburan. Betapa tidak, para pelarinya mendominasi podium di berbagai kategori. Sebut saja Amri, Nanang, Ana, Taufik, Haryo Seto, Rika, Ningrum dan lain-lain.

Semoga lomba lari Baron 10K 2019 yang akan datang lebih meriah dan lebih menyenangkan.