Taman Tebing Breksi

Senja Taman Tebing Breksi

Senja Taman Tebing Breksi

Saya sudah dua kali mengunjungi Taman Tebing Breksi. Pertama ketika saya mengikuti event Sleman Temple Run 2016. Kunjungan kedua saya ke sana belum lama. Akhir pekan lalu. Mengikuti acara NgabubuTRIP yang diadakan oleh komunitas Gerakan Pesona Indonesia Jogja (GenPI Jogja).

Tebing Breksi atau Taman Tebing Breksi menurut saya hampir sama dengan Telaga Biru di Semin – Gunungkidul yang beberapa waktu lalu pernah ngehit.  Persamaannya adalah keduanya merupakan bekas area tambang batu tradisional yang meninggalkan pemandangan alam yang menjadi daya tarik tersendiri. Tempat-tempat itu akhirnya digarap menjadi suatu destinasi wisata.

Sejujurnya tempat wisata buatan bagi saya tidak menarik. Itulah kenapa meskipun keberadaan Tebing Breksi sudah lama saya dengar dan foto-fotonya pun telah bertebaran di media sosial tidak serta merta menarik saya berkunjung. Andai tidak karena mengikuti Sleman Temple Run atau NgabubuTRIP bisa jadi sampai sekarang saya belum menginjakkan kaki di Taman yang cukup dijangkau satu jam perjalanan dari rumah itu.

Apa yang ada dalam benak saya dimana sisi mencerahkan mengunjungi destinasi wisata buatan? Destinasi rekaan barangkali lebih cocok bagi para selfie maniac sebagaimana foto-foto selfie mereka di Breksi saat ini berlalu lalang di media sosial.

Pandangan saya mengenai Taman Tebing Breksi mulai ketika saya mulai membaca-baca dan mengumpulkan informasi sebelum mengikuti NgabubuTRIP GenPI Jogja (Minggu, 11 Juni 2017). Breksi pelan-pelan saya tahu lebih dari sekedar tebing curam yang menawarkan panorama dan sunset yang membuat fotografer menghela nafas. Tebing Breksi mempunyai banyak sisi yang bisa dipelajari. Breksi tidak hanya menyediakan batu berkualitas tinggi (batu tufa atau tuff) untuk terus ditambang. Ada banyak pengetahuan, sejarah dan sains yang bisa digali dan dieksplorasi di sana.

Tebing Breksi Geoheritage

Keindahan panorama alam Tebing Breksi tidak hanya menarik para fotografer untuk berdatangan. Para peneliti, terutama ahli geologi, pun berdatangan untuk mempelajari bebatuan di area tambang yang terletak di salah satu perbukitan di Desa Sambirejo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta ini.

Hasil penelitian mereka mengejutkan.  Tebing Breksi merupakan salah satu bukti sejarah pembentukan Pulau Jawa. Tebing breksi merupakan endapan abu vulkanik erupsi Gunung api Semilir/Gunungapi Purba sebelum Gunungapi Purba Nglanggeran.

Hasil-hasil penelitian kemudian mendorong pemerintah untuk menetapkan kawasan ini sebagai bagian dari warisan geologis (geoheritage) melalui Keputusan Kepala Badan Geologi RI Nomor 1157.K/40/BGL/2014.

Setelah menjadi kawasan geoheritage praktis warga setempat tak bisa lagi menggan- tungkan hidup sebagai petani tadah hujan dan penambang batu.

Transformasi Menuju Wisata Berbasis Komunitas

Usaha pemerintah untuk mengkonservasi warisan geologis di Breksi tidak berhenti dengan menghentikan aktifitas penambangan.

IMG_20170611_114152_594

Pemerintah melalui Dinas Pariwisata Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan didukung oleh Pemerintah Kabupaten Sleman dan Pemerintah Desa setempat mengembangkan kawasan bekas tambang sebagai kawasan wisata. Langkah ini diambil sekaligus untuk menyelamatkan masyarakat yang sebelumnya menggantungkan hidup dari aktifitas pertambangan.

Sebagaimana sebuah transformasi yang tidak pernah mudah. Sejumlah penolakan dan resistensi datang bahkan dari warga yang berprofesi sebagai penambang tradisional sampai masyarakat sekitar yang apriori akan dampak sosial dari sebuah destinasi wisata.

Dari ngobrol-ngobrol pada Minggu sore (11 Juni 2017) dengan Pak J (Ketua Pokdarwis Desa Sambirejo) kami menangkap dinamika yang terjadi dalam masyarakat penambang yang bertransformasi menuju suatu Community Based Tourism.

Dinamika itu mulai dari berlikunya proses penghentian aktifitas tambang (yang belum bisa benar-benar berhenti sampai sekarang), pesimisme masyarakat lokal yang diharapkan menjadi pelaku wisata sampai usaha-usaha peningkatan kapasitas komunitas dalam bidang kepariwisataan. Ada banyak hal menurut saya yang bisa dipelajari dan diambil hikmahnya.

Forum Komunikasi Lintas Komunitas Peduli Wisata

Dalam bagian lain ngobrol-ngobrol, adalah Romo Ir Condroyono (Pengamat Budaya dan Pariwisata. Romo Condro petang itu menjelaskan untung rugi suatu tempat wisata dikembangkan oleh investor dan oleh masyarakat (Community Based Tourism).

Kelemahan komunitas dibanding investor salah satunya adalah jaringan yang terbatas. Itulah kenapa dalam pengembangan Taman Wisata Tebing Breksi menggandeng Forum Komunikasi Lintas Komunitas. Apa yang dipaparkan oleh Romo Condro sejalan dengan apa yang disampaikan oleh Mas Antok (Ketua Forum Lintas Komunitas).

Menurut Mas Antok, Forum Lintas Komunitas merupakan sukarelawan yang turut berjuang mengembangkan Breksi. Adalah sangat unik ketika Forum Lintas Komunitas memprakarsai dibangunnya Kebun Buah Lintas Komunitas yang di sisi utara Breksi. Sampai saat ini di Kebun Buah itu telah ditanam lebih dari 300 tanaman buah yang mewakili tiap komunitas yang turut peduli dengan Breksi.

Menikmati Taman Tebing Breksi

Cara yang paling sederhana adalah menikmati panorama alamnya yang indah terutama pada sore sampai malam hari, menikmati landscape kota Jogja dari ketinggian, menikmati jajanan kuliner di area Breksi, menikmati aneka pertunjukan pada event-event tertentu.

Di kawasan Breksi telah dibangun sebuah amphiteather yang digunakan untuk aneka pementasan. Circuit Trail pun dibangun menggunakan bekas area tanbang di bagian utara. Event-event lintas alam seperti Sleman Temple Run sukses digelar tahun lalu dan akan digelar lagi pada 23 Juli 2017, bila kalian tertarik menikmati.

Menurut saya Breksi bisa dinikmati dengan cara yang lebih bermakna. Breksi yang telah ditetapkan sebagai salah satu warisan geologis merupakan destinasi wisata edukasi yang baik. Dengan persiapan dan cara yang tepat, kita bisa lebih jauh mengenal terbentuknya Pulau Jawa pada jutaan tahun yang lalu, mengenal geologi dan vulkanologi mengingat Breksi terbentuk dari endapan lava Gunung Api Purba Langgeran.

Transfrormasi dari masyarakat penambang tradisional menuju masyarakat pariwisata merupakan fenomena sosial yang menarik dipelajari dari banyak sisi. Ini adalah sumber-sumber pengetahuan baru dimana para pelaku dan pihak-pihak yang terlibat bisa kita temui dan wawancarai.

Pengembangan Taman Wisata Tebing Breksi bisa dipelajari, diambil hikmahnya sekaligus diadaptasi untuk pengembangan kepariwisataan di tempat lain.

Iklan

6 komentar di “Taman Tebing Breksi

  1. Ping balik: Keindahan Tak Tergantikan Kawah Ijen, Kawah Surga di Banyuwangi – Gadget, Running & Travelling Light

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s