
Asus Zenbook UX390UA Gold at Asus Zenvolution Nusa Dua Convention Center
Salah satu produk premium yang ingin saya coba pada event ASUS Zenvolution di Bali Nusa Dua Convention Center adalah Zenbook 3. Saya ingin merasakan secara langsung inovasi yang diberikan Asus di Ultrabook ini dibanding dengan Zenbook UX303UB yang saya pakai sehari-hari.
Di meja demo Asus Zenvolution ada beberapa Zenbook 3 dengan warna yang berbeda-beda. Bergantian dengan pengunjung lain, saya mencoba-coba Zenbook 3 warna Rose Gold dan Royal Blue.
Zenbook 3 Rose Gold sebelum dibuka sepintas nampak mirip dengan Zenbook milik saya. Ada logo ASUS di tengah-tengah, dan dikelilingi oleh pola lingkaran Zen Circle yang menjadi identitas Zenbook. Namun garis besel warna emas yang lebih tegas membuat Zenbook 3 berbicara lebih mewah.
Mencoba mengangkatnya membuat saya terperangah. Zenbook 3 terasa sangat ringan dan jauh lebih tipis. Memang Zenbook 3 hanya berbobot 900-an gram. Jauh lebih ringan dibanding notebook saya yang bobotnya hampir 1,5 kg. Demikian pula ketebalannya ultrabook terbaru ini hanya setebal kurang dari 12 mm.
Untuk ketersediaan port, Zenbook 3 benar-benar minimalis. Hanya ada satu port USB 3.1 type C di sisi kanan dan sebuah port audio 3.5 mm di sisi kiri. Bagi kebanyakan orang ini bisa dilihat sebagai kelebihan atau kekurangan. Saya sendiri saat ini menikmati Zenbook UX3o3UB yang lebih kaya akan ketersediaan port. Sebut saja 3 port USB 3.0, charging port, HDMI pord dan D-Video port.
Puas menikmati tubuh Zenbook 3, saya pun mencoba menyalakan ultrabook ini. Apa yang ingin saya coba sebelum mengetahui performanya adalah keyboard dan gesture touch pad. Karena keyboard dan touchpad bagi saya merupakan elemen terpenting dari sebuah notebook. Dengan kedua input device ini saya akan lebih banyak berinteraksi dengan sebuah notebook.
Pengalaman saya mengetik beberapa kalimat dengan keyboard di ultrabook tipis ini, rasanya tidak ada masalah berarti yang terasakan. Travel distance masih cukup nyaman digunakan untuk mengetik 10 jari. Zenbook UX303UB saya juga enak dipakai untuk mengetik. Kali ini saya kesulitan menilai mana yang lebih baik. Karena sejujurnya jari-jari tangan saya memang perlu pembiasaan untuk mengetik dengan keyboard yang lebih tipis.
Mengenai gesture touchpad, saya memang banyak berhadap ada banyak kemajuan di Zenbook 3. Asus memang telah memberikan pembaruan dengan memberikan pelapis kaca di touch pad ultrabook ini. Saya merasakannya lebih licin dan halus digunakan. Saya mencoba membuka banyak windows dan menggunakan gesture touhpad untuk scrolling dan berpindah dari satu jendela ke jendela lainnya. Selama saya mencoba tidak ada masalah berarti ditemukan.
Apa yang membuat touch pad di Zenbook 3 amat berbeda dengan Zenbook UX303UB milik saya adalah tersematnya sebuah finger print sensor. Finger print sensor ini bekerja dengan Windows 10 Helo untuk bisa login ke sistem tanpa memasukkan username dan password. Cukup dengan sentuhan jari pengguna. Sayangnya saya tidak sempat mencoba fitur finger print sensor ini.
Melihat ketebalannya yang hanya 12 mm banyak orang mengira Asus Zenbook 3 menggunakan processor Intel Core M seperti pada Zenbook UX305FA. Salah. Ultrabook ini menggunakan processor terbaru, Intel generasi ke-7 yang ber-codename Kabylake U7600.
Asus bisa menempatkan processor ini dalam sebuah desain unibody yang tipis karena keberhasilannya membuat sistem pendingin yang sangat tipis dan ringkas. Salah satu komponen pendingin adalah kipas tipis berketebalan 3 mm.
Untuk menjamin performa dari Zenbook 3, Asus menjodohkan processor generasi ke-7 Intel Kabylake dengan 16 GB RAM LPDDR 3.0 2133 MHz dan SSD sebesar 1 TB yang menggunakan koneksi PCIe 3.0 yang mempunyai kecepatan baca 1720 Mb/s. Ultrabook ini memang tidak disebutkan mempunyai discrete GPU, namun dengan dapur pacu ini apa lagi yang perlu saya ragukan untuk bekerja sehari-hari yang kebanyakan adalah olah data, olah kata, browsing dan presentasi.
Apa yang tidak boleh diabaikan untuk menilai sebuah notebook untuk bekerja adalah display. Display merupakan bagian penting dimana sebagian banyak mata pekerja akan tertuju. Zenbook 3 menggunakan layar IPS LCD 12.5″ FHD. Untuk sebuah ultrabook terbaru sebenarnya saya berharap sebuah layar 4k yang lebih detil. Meski saat ini resolusi FHD di UX303UB toh sudah cukup.
Layar 12.5 Full HD milik Zenbook 3 menawarkan 178 derajat viewing angle, kecerahan 300 nits, 82% screen to body ratio dan dioptimalisasi dengan teknologi ASUS Splendid dan Asus True Life. Penawaran yang seharusnya mencukupi kebutuhan visual orang kebanyakan.
Asus Zenbook 3 UX390UA dibanderol dengan harga sepremium kualitas dan aestetiknya, di atas 20 juta rupiah. Mahal atau tidak itu relatif. Masing-masing orang mempunyai definisi mahal dan tidak mahal yang berbeda-beda. Tergantung seberapa produktivitas yang bisa ditingkatkan dibandingkan dengan jumlah anggaran yang digelontorkan. Saya sendiri tergoda untuk meningkatkan kelas Zenbook saya dari UX303UB menjadi UX390UA.
Berikut ini Tech Spec UX390UA
Hampir lupa saya sebut. Saya ketika di meja demo sebenarnya ingin mencoba bagaimana Zenbook 3 digunakan untuk bercakap cakap dengan Cortana. Sayangnya di sana saya lupa tidak mencobanya. Penasaran saya ini karena UX303UB saya mempunyai konfigurasi mic Conextan Audio yang rupanya tidak compatible dengan Cortana. Jadi Cortana di UX303UB selalu kesulitan mendengarkan kata-kata manis dari mulut saya.
Jadi kapan saya akan leluasa menjajal Zenbook 3 UX390UA? 😉
Wah mahal sekali…
iya, ini mau nyaingin new macbook kayaknya 😀
Apapun seri gadgetnya, pokoknya kudu produktif y mas
Ini mahal kak
Mahal mahal mahal
Tp aku mauuuuu
yg namanya Ilmu itu harus aku ambil dari mana pun datangnya…he
Thanks min
Wah aku mau kak kalau yang ini, suka yg ringan2 saya mahhh 😀