Ada Apa Dengan Cinta 2

Ada Apa Dengan Cinta? 2

Ada Apa Dengan Cinta? 2

Meskipun AADC 2 sudah diputar sejak 28 April 2016, premiere nya di Jogja pula, saya tidak serta merta buru-buru menonton film ini. Saya baru menonton Ada Apa Dengan Cinta 2 kira-kira 2 minggu kemudian. Tepatnya, Kamis, 12 Mei 2016 di CGV Blitz JWalk Mall Babarsari Yogyakarta.

Saya memilih menonton belakangan karena tidak cukup ikhlas berdiri di tengah antrian film yang kemungkinan panjang ini. Dan memang beberapa hari diputar film ini selalu diserbu penonton yang mengantri mengular. Sampai tidak lama berselang Ada Apa Dengan Cinta 2 menuai 2 juta penonton.

Film Ada Apa Dengan Cinta 2 bakal sukses ditonton banyak orang saya rasa sudah bisa diprediksi sejak Line beberapa waktu lalu sukses menggelar campaign yang mengangkat Ada Apa Dengan Cinta Mini Drama (2014). Mini Drama ini pula yang mendorong saya untuk ikut menonton film ini.

Saya menonton bukan karena saya ingin menuntaskan kisah Cinta yang menggantung di AADC (2002) ataupun berekspektasi film yang kini disutradarai oleh Riri Reza itu menjadi salah satu terbaik tahun ini.

Memang dalam beberapa menit menonton Ada Apa Dengan Cinta? 2 di CGV Blitz JWalk Mall saya langsung terkesan dengan film ini. AADC 2 adalah film yang bagus. Setidaknya jauh lebih bagus dari Ada Apa Dengan Cinta (2002). Setidaknya kali ini Dian Sastro tampil lebih cantik menurut selera saya.

Sebenarnya, kesan bagus itu utamanya datang dari Sinematografi yang berhasil menyuguhkan keindahan visual yang ciamik. Dan tata suara yang renyah di telinga. Secara CGV Blitz JWalk Mall telah meng-install tata suasa Dolby 7.1. Ini yang rasanya tidak saya dapatkan di film AADC (2002).

Meskipun sama-sama digawangi oleh Om Yadi Sugandi sebagai DOP, kali ini saya memang tidak seterpana karya visual om Sugandi di film Sang Penari. Ada beberapa shot yang menurut saya kurang enak ditonton. Misalnya ketika shot menampilkan nomer jalan, shot seorang pria bersepeda bolak balik, shot di Sate Klathak Pak Bari dan beberapa yang lain. Salah satu shot yang saya sukai adalah shot senja di Pantai Parangtritis yang mendung namun tetap nampak mewah.

Baca juga tulisan saya tentang film:

  1. Arisan 2, Sahabat itu seperti apa?
  2. Sang Penari, Review Kisah Cinta Segitiga

Menonton Ada Apa Dengan Cinta 2 sampai selesai seolah saya diingatkan dengan 4 film yang dulu pernah saya tonton, yaitu Before Sunrise, Before Sunset, Princes Diary 2 dan Arisan 2.

Dari keempatnya yang terasa dijiplak dalam penulisan cerita AADC 2 adalah Before Sunset (2004), yaitu perulangan romantisme antara Celline dan Jessie yang sudah terpisahkan benua samudra selama 10 tahun.

Bedanya bila sepenuh hari Celline dan Jessie diisi dengan dialog-dialog cerdas, di dalam AADC 2 karakter Cinta tidak digambarkan cukup berkembang. Cinta tidak begitu berbeda dengan Cinta 14 tahun yang lalu, yang temperamental. Sehingga apa yang terkesan dibenak saya karakter Rangga seolah 10 tahun lebih dewasa dibanding Cinta. Dengan menyederhanakan diskusi ala Cinta dan Rangga mungkin Riri Reza berharap AADC 2 mudah dikonsumsi oleh semua usia, termasuk generasi yang lahir pada akhir tahun 90 an atau awal 2000 -an.

Di film Before Sunrise (1995) digambarkan Celline dan Jessie mengunjungi tempat-tempat pergelaran seni seperti teater. Begitu juga dengan Ada Apa dengan Cinta. Rangga dan Cinta digambarkan memiliki cukup selera seni. Buktinya mereka mengunjungi galeri Eko Nugroho (inisiator Komik Daging Tumbuh di jalan Parangtritis itu), menonton Papper Moon puppet yang mengangkat kisah Secangkir Kopi dan Playa, hadirnya musik hip hop jawa ala Kill The DJ, dan kesukaan akan puisi pusisi (Aan Mansyur).

Cinta yang memilih meninggalkan Trian yang telah menjadi tunangannya  diakhir cerita untuk kembali ke Rangga mengingatkan saya akan kisah perselingkungan yang hampir sama di Princes Diary 2 (2004). 🙂

Sementara Cinta, Maura, Karmen dan Milly yang telah menjadi wanita-wanita metropolitan, tetap menjadi sahabat baik sudah relatif mapan dengan segala problematika yang bukan sekedar kelas menengah ngehe, meski juga belum menjadi sosialita telah melekatkan ingatan saya akan Arisan 2 (2011). Ini juga tak lepas dari gaya sinematografi yang membangun sesama kesan mewah.

Kadang-kadang,  kau pikir,
lebih mudah mencintai semua orang daripada melupakan satu orang,
Jika ada seorang terlanjur menyentuh inti jantungmu,
mereka yang datang kemudian hanya menyentuh kemungkinan

Nah, sepenggal puisi karya Aan Mansyur di atas, saya rasa mewakili ide yang membangun keseluruhan cerita film Ada Apa dengan Cinta 2.

Kenapa saya malah mengutip puisi Aan Mansyur di sini. Sejujurnya itu adalah yang menurut saya legit dinikmati sepanjang menonton AADC 2, juga sound track yang digarap oleh Melly Goeslow dan Anto Hood, juga performa Kang Juki Kill The DJ.

Logika memang lebih enak ditanggalkan selama menonton kisah Cinta dan Rangga bila tidak ingin ada rasa janggal yang terasa mengganggu kenikmatan di ruang bioskop. AADC 2 memang menawarkan visual yang bagus, pernak-pernik yang indah, sate klathak yang gurih dan sensasi kopi nusantara dari Klinik Kopi namun mempertontonkan alur yang kurang menarik.

Nah, akhirnya baru sekarang saya menulis unek-unek ini karena tidak ingin mengganggu siapa pun yang ingin menonton AADC 2. Sekarang saya kira kalian semua sudah. Termasuk di antara 3 juta lebih penonton yang berhasil didulang oleh AADC 2.

Iklan

38 komentar di “Ada Apa Dengan Cinta 2

    • saya juga heran, kenapa seorang Riri Reza membiarkan editing yang bisa dibilang kurang sempurna. saya pengen menyebutkan yang editingnya agak mengganggu tapi lupa di adegan yang mana, habis sudah banyak yang lupa. saya menonton sudah 2 minggu an yang lalu

      • kapan jalan jalan lagi ke gunungkidul. sekarang di pantai watukodok ada festival katok abang dan ada fenomena ombak sangat tinggi di sepanjang pantai selatan

      • itu semacam festival yang menggambarkan perlawanan masyarakat setempat terhadap kerusakan ekosistem pantai. terutama kerusakan yang diakibatan oleh kerusakan kapitalis (investor). kenapa disebut katok abang? karena begitulah para investor menyebut warga setempat yang hanya lulusan SD yang selalu menghalangi mereka. Anak SD kan seragamnya celana merah

      • owalah..tak kiro tradisi yg ada disana..secara pernah diceritain ada goa yg dikeramatkan di sekitar watu kodok..
        hihi..pengen mrono..tiket masuk e pantai larang e saiki #doh

  1. “Logika memang lebih enak ditanggalkan selama menonton kisah Cinta dan Rangga bila tidak ingin ada rasa janggal yang terasa mengganggu kenikmatan di ruang bioskop.”

    Idem mas, kebanyakan film romantis menurut saya emang gitu. Jadi emang sudah benar itu kalo logika ditanggalkan dan optimalkan rasa saat menontonnya, hehehe.

    • mungkin sengaja dibuat demikian agar penonton tidak cape pikir ya mas, tujuan orang Indonesia menonton kan buat bersenang senang, hehe

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s