Gambar di ambil dari sini
“Teman datang dan pergi, tapi teman sejati selalu di hati. Ketika mereka ada di samping kita itu adalah berkah” begitu kata Meimei di akhir film.
Ada beberapa film Indonesia yang ingin saya tonton, di antaranya: Garuda Di Dadaku 2, Arisan 2 dan Sang Penari. Untuk kemarin sore saya memilih untuk nonton Arisan 2. Alasanya: kata internet Arisan 2 itu bagus. Arisan 2 yang sudah tayang beberapa waktu, takutnya film ini segera turun dari layar bioskop.
Arisan 2 (2011) merupakan sekuel dari Arisan (2003). Saya sendiri tidak mengira film yang melambungkan nama Tora Sudiro, film yang menyapu bersih Piala Citra itu akan dibuatkan sekuelnya 8 tahun kemudian.
Dalam waktu 8 tahun apa saja bisa terjadi, apalagi dalam kisah persahabatan. Dalam waktu 8 tahun persahabatan tidaklah selalu melulu membawa kisah manis Tentu ada banyak dinamika yang terjadi. Ada kalanya antar sahabat bertengkar hebat kemudian rujuk lagi itu biasa. Ada lagi cerita seorang teman saya yang sangat anti pati akan apa yang disebut reunian. Teman saya itu seolah ingin me-restart kisah persahabatannya di muka bumi.
Saya sendiri termasuk orang yang percaya bahwa waktu adalah salah satu parameter penting dalam memaknai kualitas persahabatan dan menghitung-hitung usia persahabatan saya dengan teman-teman, memikir-mikir apakah saya sudah menjadi seorang sahabat yang baik. 🙂
Kanker yang diderita Meimei yang mempertemukan kembali arti sahabat seolah mengiyakan pendapat saya itu. Kalau kata Meimei itu adalah berkah.
Nia Dinata melalui Arisan 2 dengan apik menvisualisasikan Jakartan Socialite yang harus berjuang melawan realita. Realita itu bisa berwujud “kecenderungan”, orientasi sex, usia (aging), kebutuhan untuk eksis kalau tidak mau dibilang narsisme, dan lain-lain. Tapi diantara itu semua apa yang tidak mudah mereka dapatkan sebenarnya adalah value, atau meaning.
Digambarkan oleh Nia, di bagian hidup Meimei yang harus berjuang melawan cancer yang membuatnya tidak stabil, meaning itu baru mulai terbersit.
“Berkah. Saya juga kanker. Kanker rahim.”, Mei mengerutkan kening, “Berkah bagaimana?”
“Kalau orang yang sehat itu, mereka ndak pernah tahu waktunya sampai kapan. Itu berkah…” kata Moli.
Hampir di sepanjang film ini memamerkan eksotisme Gili Trawangan, sebagai manusia normal saya jadi kepengin untuk beberapa hari di sana menikmati panorama dan suara ombak pantai Gili Trawangan, tetapi chemistry dalam film yang membuat saya terbius sejujurnya adalah kisah cinta Meimei dan dokter Thom. 🙂
Kehadiran dokter Thom dalam inner cycle kehidupan Meimei melengkapi puja puji saya akan kepiawaian Nia Dinata mengkomposisi kekayaan emosional dalam film ini. Bagaimana orang baru ditempatkan dalam film yang menceritakan reunian sahabat-sahabat lama.
Arisan 2? Saya kurang suka film-film gaya hidup Jakarta yang seperti ini, Mas
belum nonton nich…bukannya ga cinta film indonesia tapi kalau film2 kayak gini nggak begitu tertarik :)…
saya belum nontonnya, mas. Boro2 ke bioskop, ke mall saja sudah jarang. Suka risih kalau ke mall, banyak anak2 kecil main sepatu yang ada rodanya
aku hanya tertarik cerita, entah sinetron, film yang ditampilkan dengan sederhana. karena sederhana itu natural, wajar. dan enak ditonto. seperti drama TV yang hanya ada di bulan romadhan saja. para pencari tuhan. ide cerita, tokoh, setting alur, amanat huah serba natural. gak hidup seperti di awang awang kayak sinetron sinetron yang setiap tayang. buat keki aja tidak pernah kerja kaya raya. setting ada di kampus gak pernah keliatan mereka itu mahasiswa.
all : realitas jakartan socialite life itu ada, dan nia dinata menangkapnya kemudian menampilkan kembali ke layar lebar
kehidupan seperti itu tentu saja bukanlah pilihan saya dalam menikmati kehidupan, tetapi dari film ini saya bisa menyaksikan ada kehidupan yang berbeda dari kehidupan saya 🙂
dan apresiasi film sampeyan juga natural sehingga enak di nikmati.
aaaaa…. Aku jadi mau nontoooon…
di Pontianak Sang Penari gak masuk2 juga padahal aku kepengen banget 😥
aku suka banget versi Arisan yang pertama,tapi kalau versi 2 akau belum nonton
jadi belum bisa ambil kesimpulan bagus atau kagaknya mas
sepertinya film ini menarik sekali ditonton bareng teman 😀
waduh, kapan ya ira kira saya bisa nonto itu pilem? jangankan bioskop, untuk liat tipi saja kalo tidak langganan tipi kabel atau satelit tidak bisa… 😦
wah, saya arisan yang pertama aja belom nonton, jadi pengen berburu kasetnya arisan 1 dulu nie sebelum nonton yang ke dua.
Pilem yang bagus banget bro, saya sampae nonton 2 kali hahahaha terlepas dari sangat satir nya “kehidupan’ sosialita yg ditampilkan disitu, saya menagkap bahwa walaupun bergelimangan harta belum tentu mereka bahagia 🙂
So bukan masalah salah atau benar .. bahagia itu pilihan …
Ehm… jadi ingat peristiwa perselisihan saya dengan sahabat saya kemarin, yang mana berlangsung hampir selama sebulan. Tapi karena sudah cukup lama saling memahami, akhirnya baru beberapa hari kemarin baikan lagi 🙂
Sudah lama nunggu Arisan 2 ini, sabtu lalu ngecek cineplex21 blm tayang.. Habis dr blog ini sy mo ngecek lagi, klo dah ada, berarti HARUS nonton wlopun sendiri hihihihi
“Saya mmg tdk pernah ada disampingmu, tp klo kamu butuh aku, aku selalu siap” -ntah quote dr mana, tp ini yg sering sy ucapkan ke teman2ku.. Ketika qt dlm masalah, sosok sahabat mmg sangat dibutuhkan, tidak perlu membantu, cukup mendengarkan dan memeluk, itu sudah cukup..
review-nya membuat saya jadi penasaran juga utk menyaksikan “arisan 2”, mas. sayangnya, sudah lama gedung bioskup di kendal gulung tikar. ampuuun deh!
Wah saya ini selalu udik, tidak tahu bahwa ada film indonesia seperti arisan 2 ini. Kalau penari tahu, tapi pasti sudah kelewatan juga kayaknya pemutaran di serpong 😦
mmm, tertarik karna pilm nia d pasti bagus2, tp untuk topik yg diangkat oleh arisan 2, sepertinya milih ga nontn di bioskop,tp nunggu tayang di tipi ajah heheheh *sabar menanti*
Ini film bagus ya menurut saya, karena gaya socialita di jakarta itu dibuat semenarik mungkin dan hal ini yang jarang terjadi adalah di gaya hidup yang seperti ini masi ada sekelompok orang yang peduli dengan orang lain. Film arisan 2 ini sangat patut diacungkan jempol. Semoga bisa menyaingi prequelnya yaa, yang dulu kan diacungi jempol sama luar juga. Kalau ini bisa setidaknya menang di festival film luar ataupun dikenal orang luarpun saya sebagai orang Indonesia sangat berbangga
Karena mungkin stereotype dan ketidak mengertian orang-orang akan “kebagusan” film drama di Indonesia membuat film seperti ini kurang digemari. Padahal film seperti ini tidak kalah bagus dibandingkan dengan laskar pelangi atau film-film perjuangan. Semoga dengan menambah pengetahuan tentang film tersebut bisa memperluas cakrawala berpikir kita yang kurang menghargai film bergenre drama di Indonesia.