Berawal dari chit chat di WhatsApp dengan beberapa kawan lama, Senin malam yang lalu saya meluncur ke Jimatan, Imogiri, Bantul yang dari rumah saya berjarak 40 menit perjalanan dengan sepeda motor. Bukan untuk ziarah ke makan raja-raja Mataram yang ada di sana. Kami janjian untuk wedangan, menikmati Wedhang Uwuh yang merupakan minuman khas daerah Imogiri, tepatnya di sekitar makam raja-raja Imogiri.
Bagi yang belum tahu apa Wedhang Uwuh adalah sejenis minuman hangat yang berperasa yang berbahan jahe, serutan kayu secang, pala, biji cengkih, batang cengkih, daun kayu manis dan pemanisnya adalah gula batu/gula kristal. Dari bahan perasa yang digunakan saja sudah bisa diduga jenis minuman ini akan memberikan efek hangat bagi tubuh. Cocok dinikmati pada malam awal musim kemarau apalagi bagi saya yang baru saja menembus gelap malam melewati bukit dan hutan perbatasan Gunungkidul – Bantul.
Satu jam ngobrol mengeringkan gelas wedhang uwuh belum cukup bagi tiga laki-laki. Tujuan kuliner berikutnya masih di kabupaten Bantul, sedikit ke selatan dari Imogiri, yaitu ke Pundong. Tidak jauh dari rumah kawan kami yang lain di Pundong terdapat kuliner malam, yaitu Mie Des. Saya baru pertama kali akan mencicipi makanan ini.
Pada dasarnya Mie Des merupakan makanan berbahan utama mie. Penyajiannya pun tidak jauh berbeda dengan Bakmi Jawa yang sering saya nikmati. Perbedaannya adalah mie yang digunakan berbeda dengan kebanyakan mie. Mie yang digunakan berbahan pati (atau tepung singkong). Bentuknya berbeda karena dibuat tanpa cetakan, melainkan diiris-iris tipis, kecil memanjang.
Sebagai kuliner malam, Mie Des disajikan ketika masih panas dengan dengan pedas lebih. Karena perut saya tidak cukup bersahabat dengan pedas cabe, saya pun memesan versi tanpa cabe. Sayang sekali karena dengan “penyesuaian” ini saya tidak akan menemukan sensasi rasa yang maksimal. Tidak apa-apa, setidaknya saya mendapatkan rasa gurih makyus yang menyengat.
Menurut saya, rasa yang paling khas dari Mie Des khas Pundong, Pak Yono ini adalah rasa yang diberikan oleh taburan udang kecil-kecil yang dikeringkan, sebelumnya saya mengiranya adalah ikan teri kering, menurut teman saya ini adalah ebi.
Di Warung Mie Bangkok, Mie Des khas Pundong “Pak Yono” yang beralamat di sebelah utara Pasar Pundong, kuliner malam khas ini bisa dinikmati mulai pukul 17:00 wib dengan harga yang cukup terjangkau, yaitu Rp 7.000,-
Oh, iya, hampir kelupaan, wedhang uwuh yang saya nikmati di sekitar area parkir pintu masuk Jimatan Imogiri bisa dinikmati sewaktu-waktu pada malam hari dengan harga per gelas adalah Rp 3.000,-. Bila menginginkan menyeduh wedhang uwuh di rumah bisa membeli bahan-bahan yang sudah dikemas per sajian dengan harga satuan adalah Rp 2.000,- kemarin malam saya membeli 2 pack yang masing-masing berisi 5 sajian wedhang uwuh dengan harga Rp 20.000,-
Iyaaa, mirip dg bakmi jowo. Kaya apa rasane yoo, mie dari patiii!!!
KEmarin ini aku dapat mie sagu, ternyata ada lagi mie singkong ya
Harganya masih sangat terjangkau, ya?
Murahhhhhhhh
Wedang Uwuh kayaknya aku pernah nyoba di angkirang Blok M 😀