Bagi masyarakat pedesaan di Gunungkidul, Cupu Panjolo bukanlah nama yang asing. Cupu Panjolo sudah turun-temurun menjadi bahan perbincangan di masyarakat begitu tiba prosesi pembukaan kain penutup benda yang disebut cupu itu. Saya sendiri sudah mendengar para orang tua di desa dimana tinggal membicarakan cupu mistik ini sejak saya kecil. Dulu cerita-cerita mistik itu membuat saya sangat penasaran untuk melihat langsung prosesi Cupu Panjolo. Namun demikian penasaran saya itu baru terjawab tadi malam.
Tempatnya tidak jauh dari desa dimana saya tinggal. Cukup ditempuh kira-kira 30 menit mengendarai sepeda motor. Yaitu di Dusun Mendak, Desa Girisekar, kecamatan Panggang, kabupaten Gunungkidul.
Mengenai apa cupu itu saya sendiri kurang bisa menjelaskan. Coba lihat foto berikut:
Gambar saya comot dari sini. Nampak dalam foto ada 3 buah cupu yang sudah dikeluarkan dari kotak tempat penyimpannya.
Kemudian apa itu prosesi Cupu Panjolo?
Secara singkat prosesi Cupu Panjolo adalah prosesi penggantian kain (berupa kain kafan) yang digunakan untuk membungkus kotak yang mana di dalamnya tersimpan 3 buah cupu. Perlu diketahui bahwa kotak itu dibungkus tidak hanya dengan satu lembar kain. Melainkan menggunakan beberapa kain kafan yang ditata berlapis.
Apa yang menjadi perhatian bagi masyarakat yang menyaksikan prosesi ini ada pada proses pembukaan kain demi kain pembungkus ini. Dijelaskan oleh juru kunci (orang yang memimpin prosesi ini) bahwa tiap lapisan kain terdapat gambar atau simbol-simbol tertentu. Berikut saya cantumkan salah satu tweet dari rangkaian live tweet @AngkringanMedia:
sisi barat laut ada gambar bintang lima. nomor 2-3 berukuran besar. lainnya kecil #cupupanjolo
— Angkringan Media (@AngkringanMedia) October 7, 2013
sisi selatan, gambar perempuan banyak sekali, berjingkrak-jingkrak #cupupanjolo
— Angkringan Media (@AngkringanMedia) October 7, 2013
Untuk mencari tahu gambar-gambar lain yang terdapat pada kain pembungkus dan informasi terkait cupu, silakan mencarinya di twitter dengan memasukan hashtag #cupupanjolo
Gambar-gambar dan simbol-simbol yang didapatkan dari kain pembungkus cupu ini, oleh masyarakat kemudian ditafsirkan sebagai ramalan tentang apa yang akan terjadi pada satu tahun ke depan. Mengingat prosesi ini dilakukan haya satu kali setiap tahunnya.
Oleh masyarakat, mulanya tafsir ini digunakan untuk menggambarkan cuaca, iklim, curah hujan dan hal-hal lain yang terkait dengan pertanian. Ramalan-ramalan yang digunakan untuk dasar mengambil keputusan misalnya tanaman apa yang cocok ditanam pada musim hujan yang akan datang, wabah hama tanaman apa yang perlu diantisipasi, dan lain-lain.
Hal demikian tentu mudah dipahami terjadi di tengah-tengah masyarakat agraris. 🙂
Uniknya belakangan ini penafsiran gambar-gambar pada kain pembungkus Cupu Panjolo makin meluas lebih dari ramalan pertanian. Gambar-gambar itu makin sekarang makin dikaitkan dengan perubahan iklim sosial dan politik di masyarakat. Tak heran prosesi tadi malam banyak dihadiri oleh pelaku politik yang akan bermain pada 2014 mendatang. 😀
Namun demikian tulisan ini jangan ditafsirkan bahwa saya akan turut bermain sebagai pelaku politik pada musim pemilihan yang akan datang ya. hehe
Saya datang melihat langsung prosesi ini sebatas untuk menjawab penasaran kenapa prosesi yang sudah berlangsung tujuh turunan ini, sudah beratus-ratus tahun, kok sampai sekarang masih menarik kedatangan ribuan orang. Saya perkirakan prosesi ini didatangi lebih dari 3000 orang.
Mereka membawa perlengkapan kemping untuk menunggu pembukaan #CupuPanjolopic.twitter.com/C7zQdbq7H4
— suryaden (@suryaden) October 7, 2013
Nah, kalau ini perlengkapan Kang Suryaden dan Kang A Nasir semalam ketika mereka me-live streaming dan me-live tweet prosesi Cupu Kyai Panjolo.
Semoga benar apa yang semalam Kang Suryaden katakan untuk mengunggah video prosesi Cupu Panjolo. Agar yang semalam belum menyaksikan bisa melihat video dokumentasinya. Termasuk saya yang sudah tertidur sejak pembacaan beberapa lembar kain. 😀
Kayaknya nuansanya mistis ya?
penasaran pengen lihat detailnya
mistis, kadang mau tak percaya, tapi mau gimana lagi ya.. 🙂
agak menyeramkan 🙂
Sebuah prosesi yang unik ya
hemmm,,,bagaimana ya.itu sudah merupakan tradisi turun temurun.termasuk budaya atau kepercayaan?
urung tau ndelok tradisi ini..
acaranya tengah malam dan agak mikir pulang ke jogjanya
Suryaden dan Taul dan teman-temannya biasanya menginap di sana sampai pagi, lhoo hehe