Bulan Desember adalah bulan laporan. Begitulah yang terjadi di banyak perkantoran dan instansi, baik instansi swasta maupun pemerintah. Berdasarkan laporan tahunanlah performa suatu instansi diukur. Laporan yang buruk, tidak akurat dan tidak tepat waktu adalah indikator buruknya performa instansi itu.
Awal bulan ini saya diminta mendampingi bos besar untuk mempresentasikan laporan bantuan tahunan ke kantor pusat di bilangan Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Presentasi laporan itu bukan satu-satunya yang ingin dikerjakan pada saat itu. Jakarta bukan jarak yang dekat yang bisa ditempuh dalam waktu singkat. Kami, setelah selesai presentasi laporan bantuan, berencana untuk mendiskusikan rancangan program tahun berikutnya dengan beberapa korporat mitra instansi di Jakarta.
Stasiun Tugu Yogyakarta. Pukul delapan malam kurang. Menunggu jadwal keberangkatan kereta Taksaka Malam. Suatu percakapan telepon singkat membuat bos besar gugup, kalau tidak mau dikatakan panik.
“Kita tidak jadi berangkat ke Jakarta malam ini” kata bos besar dengan mimik kecewa. Bos besar dengan singkat menjelaskan bahwa kantor pusat tiba-tiba mengharuskan laporan dibuat dengan format baru. Format baru itu membutuhkan banyak sekali data pendukung yang belum dipersiapkan. Kelengkapan seperti keharusan melampirkan file draft proposal dari versi 1 sampai versi di setujui, file scan semua dokumen perijinan, perjanjian, transaksi dan foto-foto serta video dokumentasi proyek.
Saya sepenuhnya bisa memahami apa yang menjadi kepanikan bos besar. Tertundanya laporan bantuan dan batalnya pertemuan dengan korporat mitra adalah taruhan kredibilitas instansi. Ini bencana untuk bos besar yang selalu idealis.
Sambil berjalan mencari tempat duduk yang tidak terlalu ramai, saya pelan-pelan bertanya kepada bos besar. Apakah form dan contoh format baru laporan bisa diunduh di internet? Kalau tersedia, bisa diunduh dimana? Saya tidak menjanjikan apa-apa kepada bos besar.
Saya pun belum punya ide akan bagaimana yang akan kami lakukan. Bos besar menelepon rekannya. Rekan bos besar akan mengirim download link format laporan bantuan itu melalui SMS.
Saya pun menyalakan laptop, memasang modem yang saya bawa, kemudian membuka link yang dikirim rekan bos besar melalui SMS. Koneksi internet dari modem yang saya bawa menambah ketegangan malam itu. File sebesar 14 Mb tidak kunjung selesai diunduh, meski akhirnya terunduh.
Membaca panduan laporan bantuan yang baru saja terunduh. Saya menemukan sejumlah file dan data yang belum kami bawa yang harus kami isikan ke dalam laporan bantuan format baru. Tetapi saya mulai berpikir, seharusnya sesuatu masih bisa kami (saya dan bos besar) lakukan. Terbersit kenekatan, laporan bantuan dalam format baru harus kami buat. Bukankah kami punya waktu sebanyak satu malam selama perjalanan dalam kereta?
Mulanya saya bimbang, tetapi kenekatan membuat saya memberanikan diri untuk menyampaikan gagasan nekat ini ke bos besar. Saya meminta bos besar agar memerintahkan rekan-rekan kantor untuk malam itu juga ke kantor dan mempersiapkan sekaligus mengirimkan dokumen-dokumen yang kami perlukan. Rekan-rekan kantor pun malam itu hanya bisa taat kepada bos besar. Tugas siap dilaksanakan.
Sambil menunggu rekan kantor mengunggah file-file yang kami perlukan. Apa yang terpikir di kepala saya adalah masalah koneksi. Dengan koneksi modem yang saya pakai sekarang, maka setumpuk file itu mustahil selesai diunduh sampai kereta berangkat.
Masalah koneksi bila tidak bisa saya selesaikan jelas akan menjadi boomerang bagi saya. Salah saya sendiri kenapa menawarkan ide nekat kepada bos besar.
Saya mencoba bertanya kepada satpam, dimana di stasiun Tugu ada fasilitas wifi. Satpam menggelengkan kepala. Menanyakan wifi kepada satpam, jelas ini ketololan yang saya pertontonkan di depan hidung bos besar. Di tengah kekesalan dengan koneksi internet dari modem, saya mencoba menekan tombol wifi di laptop. Ada beberapa hot spot yang bergambar gembok yang terbaca laptop saya.
Ada satu nama hotspot yang mengingatkan saya akan tulisan di blog mas Fanabis, yaitu Indosat Super Wifi. Seingat saya, menurut posting mas Fababis, akses internet Indosat Super Wifi ini gratis selama masa promosi.
Permasalahannya bagaimana agar bisa terkoneksi ke Indosat Super Wifi. Saya pun tidak mau kehilangan banyak waktu, dengan segera meminjam ponsel bos besar untuk menelepon 100 (costumer service Indosat) untuk menanyakan bagaimana mendaftar layanan Indosat Super Wifi. Sambil mengikuti instruksi dari Costumer Service melalui ponsel bos besar, saya mengikuti proses pendaftaran Indosat Super Wifi melalui SMS. Proses pendaftaran sampai saya mendapatkan username dan password Indosat Super Wifi berlangsung cepat. Hanya memerlukan waktu beberapa menit.
Saya langsung meletakan kedua ponsel yang saya pegang dan segera memasukan username dan password Indosat Super Wifi. Dan, tadaaaa. Laptop saya sudah terkoneksi ke Indosat Super Wifi.
Tanpa menyia-nyiakan waktu, saya segera membuka Google Drive dan segera mengunduh file-file pendukung laporan yang telah di-share oleh rekan kantor. Puluhan file berekstensi docx, xlsx dan pdf terunduh dengan kecepatan ahaaaa.
Memang, belum semua file yang kami perlukan sudah saya unduh. File video dokumentasi proyek yang berukuran besar, file foto-foto dan file scan dokumen belum selesai diunggah oleh rekan kantor saya. Formulis-formulir yang lain bahkan sedang dikerjakan oleh rekan-rekan yang lain pada malam itu. Namun di sini saya sudah bisa bernafas lega. File-file foto dan video akan bisa kami unduh ketika kami sampai ke Jakarta atau di kantor pusat.
Pengumuman keberangkatan kereta Taksaka terdengar begitu melankolis. Mengingatkan saya ada sesuatu yang terlupakan. Saya lupa mengucapkan terimakasih kepada mbak-mbak Costumer Service Indosat yang telah memandu mendapatkan username dan password Indosat Super Wifi.
Laptop saya tutup, saya kemasi ke dalam tas. Saya bersiap menuju kereta Taksaka Malam. Bos besar tidak banyak bicara malam itu. Bos besar lebih dulu berdiri bersiap melangkah menuju kereta. Saya berusaha tersenyum. Saya tahu nekat berangkat ke Jakarta pada malam itu bukan keputusan yang mudah bagi bos besar.
Begitu mendapatkan tempat duduk sesuai nomor kursi yang tertera pada tiket, saya langsung membuka tas, membuka laptop, menancapkan charger pada colokan listrik yang tersedia bagi setiap penumpang. Sementara bos besar menelepon rekan-rekan kantor yang malam itu terpaksa lembur untuk membantu kami menyiapkan kelengkapan dokumen.
Ada beberapa window terbuka di layar laptop saya. Satu window dokumen elektronik panduan pembuatan laporan dalam format baru, Satu window berkas laporan yang harus saya sunting agar sesuai dengan format laporan baru, dan beberapa window aplikasi spreadsheet yang berisi data pendukung laporan.
Mengerjakan laporan secara “borongan” sistem kebut semalam bukanlah hal baru bagi saya. Tapi ini untuk pertama kali saya membuat laporan dengan ditunggui bos besar. Enaknya membuat laporan bersama bos besar adalah saya menjadi punya teman diskusi sekaligus pengambil keputusan. Tidak enaknya saya jadi tidak bisa maksimal mengeksplorasi kreatifitas. Muncul ada banyak kompromi tentu saja. Meski lama-lama saya merasa keraguan akan terselesaikanya laporan mulai terkikis.
Tanpa disadari kereta Taksaka Malam telah jauh meninggalkan Kota Jogja. Saya amati di sekeliling, para penumpang sudah pulas di balik selimut masing-masing. Malam itu hanya ada dua wajah tegang di depan pendaran cahaya layar laptop.
Kereta Taksaka Malam sudah sampai di suatu stasiun kereta kecil di Jawa Barat ketika bos besar hampir selesai memperbaiki slide demi slide yang akan beliau presentasikan besok siang. Bos besar menyesap teh yang sudah kehilangan hangatnya. Sebelum laptop kami tutup dan mata kami pejamkan barang sejenak.
Suara pramugara yang dengan sopan membangunkan kami, mengambil selimut sambil memberitahukan bahwa Stasiun Gambir tinggal beberapa saat lagi.
Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul kami beranjak turun dari kereta. Hawa Jakarta dini hari terasa dingin. Dari lajur kereta nampak Monas seolah menyambut kami dengan tatapan dingin.
Laporan ini boleh disebut laporan nekat, tetapi harus tetap diselesaikan dengan kepala dingin. Beberapa dokumen pendukung laporan yang dilembur di kantor oleh teman-teman belum saya unduh. Scan beberapa dokumen, foto-foto dan video dokumentasi proyek belum saya unduh. Perlu koneksi super untuk mengunduh semua ini.
Sementara bos besar ke toilet untuk menunaikan ritual pagi dan sekedar membasuh muka, saya mencari tempat dimana laptop mendapatkan sinyal hotspot Indosat Super Wifi. Dalam waktu tidak lama file-file dokumen, file-file scan, file-file foto, file video dokumentasi proyek, semuanya sudah terunduh dan tersimpan di harddisk di laptop saya.
Kini giliran bos besar untuk memeriksa sekali lagi apa yang kami kerjakan di sepanjang rel kereta api dari stasiun Tugu sampai stasiun Gambir. Saya akui untuk masalah ketelitian dan typo, bos besar lebih jago dari saya. Bos besar mengerjakan tugasnya kali ini. Giliran saya melepaskan ritual pagi yang tertunda hampir satu jam.
Jam 6 pagi sudah lewat. Bos besar sudah merasa cukup merevisi laporan kebut semalam. Bos besar menelepon seorang temannya di kantor pusat untuk meminta tolong mencetak laporan yang kami buat dan mencetak hand out dari slide yang akan beliau presentasikan. Mengirim email berlampiran dokumen laporan dan file presentasi melalui jaringan Indosat Super Wifi rasanya secepat mengirim SMS.
Sampai di sini saya dan bos besar pelan-pelan mulai bisa bernafas lega. Bos besar dan saya kemudian menikmati sarapan di Soto Kriuk yang terletak di lantai 1 arah selatan Stasiun Gambir. Beban stres yang telah berkurang. Saatnya menyiapkan energi untuk presentasi pada siang harinya.
Presentasi dan laporan bantuan di lantai 14 di suatu perkantoran di bilangan jalan Gatot Subroto siang itu selesai menjelang jam dua. Saya melihat rasa lelah bercampur lega yang terpancar dari wajah bos besar. Laporan modal nekat yang dikebut semalaman ternyata mampu menyelamatkan reputasi instansi yang beliau pimpinan. Saya tahu kabar laporan dan presentasi itu sedang ditunggu-tunggu oleh rekan-rekan kantor, namun saya meminta bos besar untuk menunda dulu penyampaian kabar baik itu.
Saya segera mengajak bos besar menuju Menteng, ke Kafe Pisa Menteng. Sewaktu bos besar sedang presentasi tadi saya membuat janji untuk ketemu dengan teman-teman online saya di Kafe Pisa ini. Ke Kafe Pisa ini selain saya ingin merayakan laporan kebut semalam modal nekat sekaligus ingin mengajak bos besar untuk menjadi gaul ala ibu kota. 🙂 Bahwa dunia itu tidak sesempit instansi yang beliau pimpin.
Ternyata di Kafe Pisa Menteng ada hotspot Indosat Super Wifi. Sambil menunggu teman-teman yang ingin kopdaran. Saya menyalakan laptop, mengkoneksikan ke Indosat Super Wifi. Kalau semalam sampai pagi tadi menggunakan Super Wifi untuk mengebut laporan modal nekat, kali ini saya ingin sesuatu yang lain. Sesuatu yang lebih santai.
Saya membuka skype dan mengontak rekan-rekan kerja di kantor. Kali ini, dengan fitur video call Skype, saya meminta bos besar untuk menyalami rekan-rekan dan menyampaikan kabar laporan yang siang tadi dipresentasikan. Rupanya ini pengalaman pertama bos besar melakukan video chat. 🙂
Sampai di sini pekerjaan saya membantu bos besar menyelesaikan laporan dan mendampingi presentasi sudah selesai. Tetapi ketakjuban bos besar terhadap Indosat Super Wifi menyisakan satu lagi tugas saya. Saya harus menjawab pertanyaan-pertanyaan bos besar tentang seputar teknologi Indosat Super Wifi, tentang paket data, tentang internet pada ponsel, tentang teknologi Super 3G+, dan lain-lain. Teman-teman online saya yang kemudian datang satu per satu pun malah asik dengan gadget masing-masing menjajal Indosat Super Wifi.
Terimakasih Idosat Super Wifi. Kami tidak mungkin bisa ngebut menyelesaikan laporan dalam semalam tanpa dimana-mana ada kecepatan super ngebut Indosat Super Wifi. Stay Mobile with Indosat.
Dunia tak sesempit instansi yang beliau pimpin.
heee like this, good luck!
jadi terselamatkan oleh superWiFi ya
sepakat Lid
kapan2 njajal
nice story bro
sempat ane kira dari judul tersebut bro itu adalah sales Indosat yang mengkritik layanan Super WIFI,ehh ternyata isinya beda.hehe
maximal jaraknya berapa kira”