Qbaca. Suatu kata (atau nama?) yang beberapa waktu yang lalu terbaca aneh bagi saya. Saya pertama kali membaca kata Qbaca pada beberapa waktu yang lalu ketika di Facebook saya di suggest oleh Mas Kuncoro untuk me-like fan page Qbaca. Tanpa berpikir panjang saya segera menekan tombol like. Saat itu saya hanya percaya biasanya Mas Kuncoro tidak pernah iseng-iseng untuk menyarankan sesuatu kepada teman-temannya. 😀
Namun saya tidak pernah benar-benar membaca apa sebenarnya Qbaca. Sampai saya membaca posting blog Mas Kuncoro yang membahas Qbaca secara khusus. Posting Mas Kuncoro bisa dibaca di sini. Cukup gamblang apa yang dijelaskan Mas Kuncoro, Qbaca merupakan  platform bagi konten dan aplikasi digital interaktif skala mini untuk dapat dikemas dalam bentuk e-Book, dan didistribusikan dalam Qbaca bookstore. Qbaca merupakan platform yang dirintis oleh Divisi Multi Media PT Telkom Indonesia.
Begitu tahu Qbaca saat ini sudah menginjak versi 2.0 untuk Android Apps yang dikembangkannya, saya jadi langsung penasaran untuk memasang di ponsel Android saya. Meskipun saya ragu akankah Qbaca bisa berjalan baik di Samsung Galaxy Ace Duos. Dalam postingnya Mas Kuncoro mengeluhkan Qbaca 2.0 tidak berjalan baik di Samsung Galaxy Young. Samsung Galaxy Ace Duos saya hanya berspesifikasi sedikit lebih dari Galaxy Young. Pikir saya kemudian adalah yang penting saya mencobanya dulu.
Dan … Qbaca bisa dengan lancar dipasang di Samsung Galaxy Ace Duos, yay 🙂 Saya akan mencoba-coba Qbaca.
Qbaca sebagai platform konten digital dan bookstore tentu saja memerlukan registrasi. Namun saya pikir proses registrasi ini mudah, praktis tanpa perlu banyak hal diisikan, sederhana. Dalam beberapa saat saya sudah disajikan home screen yang sederhana dan sangat mudah dipahami. Saya tidak perlu membaca-baca manual dan buku panduan untuk dengan cepat memahami susunan menu aplikasi Qbaca ini. Singkatnya Qbaca memiliki User Interface cukup instuitif.
Melihat-lihat Qbaca bookstore, saya sudah bisa menemukan cukup banyak koleksi buku yang dijual. Saya katakan “cukup” karena saya percaya koleksi yang ada sekarang belumlah cukup untuk memenuhi kebutuhan banyak orang sehingga koleksi ini harus terus ditambahkan secepatnya.
Ada beberapa hal menarik yang spontan saya lihat di Qbaca bookstore. Diantaranya, harga beberapa buku yang lebih murah daripada versi cetaknya.  Sebagai pembaca buku saya tidak akan heran dengan kebiasaan pembaca buku yang senang berburu diskon. Harga menurut saya sesuatu yang menarik. Hal menarik berikutnya adalah saya menemukan banyak koleksi buku sekolah. Hal ini mengingatkan saya akan seorang ibu rumah tangga teman saya yang mengeluhkan anaknya yang membawa terlalu banyak buku pelajaran di dalam tas punggung sehari-hari tiap berangkat sekolah. Anak itu telah membawa beban berat buku dari rumah sebelum ia mengangkat banyak beban pelajaran yang harus diikuti di kelas sekolah favoritnya. Dalam angan saya, bila Qbaca sukses sebagai platform, maka selesailah masalah anak beban anak ini.
Qbaca menggunakan format buku EPUB3, format ini memungkinkan penambahan animasi, audio, video, dan aplikasi interaktif dalam sebuah buku. Ini hal baru yang akan memperkaya pengalaman membaca. Sekaligus tantangan bagi content authoring. Untuk hal ini saya jadi ingin mengabarkan kepada teman saya yang saat ini sedang mengembangkan modul-modul pembelajaran digital untuk SMK. Lebih menarik lagi bila Qbaca ke depan mengakomodasi penulis dan pembuat konten Indie.
Hal menarik yang lain adalah di Qbaca bookstore menyediakan beberapa koleksi buku yang bisa diunduh gratis. Ini penting bagi calon dan pengguna Qbaca baru seperti saya. Dengan koleksi buku yang bisa diunduh gratis, saya bisa lebih dulu mencoba-coba membaca ebook di ponsel yang sudah terpasangi Qbaca tanpa terbebani harus mengeluarkan uang. Membaca-baca buku dari koleksi ebook gratis ini juga hitung-hitung untuk melatih pengguna baru membiasakan diri dengan pengalaman membaca menggunakan mobile apps yang terpasang pada ponsel atau tablet.
Saya mencoba mengunduh 3 ebook dari Qbaca bookstore. Buku itu adalah South Sulawesi Travel Guide, Aku Ingin Membunuh Harrry Potter dan Batu Menangis.
Membaca beberapa halaman depan South Sulawesi Travel Guide saya langsung berhenti dan menutup ebook ini. Lay out buku ini tidak didesain agar nyaman dibaca di perangkat bergerak  dengan layar berukuran 320 x 480 pixel Samsung Galaxy Ace Duos. Buku ini tidak diformat ulang dari format aselinya yang memang untuk dicetak di kertas.
Saya memanfaatkan waktu menunggu angkot dan selama perjalanan saya pulang dari tempat kerja saya naik angkot dengan membaca Batu Menangis. Batu Menangis nyaman dibaca di ponsel saya. Bahkan ketika saya sedang duduk-duduk ditempat banyak orang lalu lalang dan duduk berdesakan dikursi  angkot yang melaju dengan kasar. Sedikit hal yang masih perlu diperbaiki adalah lay out gambar. Saya sering mendapatkan gambar yang terpotong menjadi 2 halaman. Barangkali ini merupakan batasan dari ponsel saya yang berlayar resolusi cukup rendah.
Aku Ingin Membunuh Harry Potter saya lewatkan lebih lama. Buku ini nyaman dibaca. Sudah terformat bagus untuk pengalaman membaca di ponsel berlayar kecil. Dan di buku ini pula saya menemukan pengalaman baru melihat iklan-iklan yang disisipkan di antara waktu membaca saya. Iklan disisipkan di antara lembar-lembar bacaan.
Iklan ini menarik. Karena dengan keberadaan iklan dalam platform ini memungkinkan harga ebook menjadi lebih murah, bahkan mungkin bisa menjadikan sebuah ebook gratis.
Hanya menurut saya, masih perlu dicari format iklan yang tepat digunakan untuk platform Qbaca ini. Iklan yang ada saat ini bagi saya cukup menganggu. Iklan yang tiba-tiba memenuhi layar baca, dalam durasi yang cukup lama pula bagi saya mengganggu bahkan merusak sensasi membaca. Mungkin Qbaca perlu belajar bagaimana menempatkan iklan di Youtube atau di platform-platform lain. Penyajian iklan secara kurang tepat alih-alih memberikan sentimen positif bagi brand malah-malah akan merusak reputasi brand itu dibenak pembaca.
Sebelum saya memutuskan untuk membeli ebook di Qbaca bookstore, saya mempunyai pertanyaan. Apakah buku yang sudah saya beli hanya bisa dibaca pada satu gadget sehingga saya membeli buku yang sama lagi bila saya ingin membaca di gadget saya yang berbeda. Misalnya saat ini saya sudah membeli buku dan mengunduh di Samsung Galaxy Ace, apakah kemudian saya harus membeli lagi bila saya ingin membaca di tablet saya. Atau apakah rack di Qbaca secara otomatis tersinkronisasi ke beberapa gadget bila kita login dengan username dan password yang sama.
Saat ini pembayaran untuk setiap pembelian buku di Qbaca bookstore menggunakan IPS Telkom yang mana kita bisa membayar melalui ATM, SMS Banking dan Internet Banking. Demi kemudahan apakah sulit dimungkinkan untuk menambah channel pembayaran menggunakan Carrier Billing. Carrier Billing ini saya sebut karena di startup screen Qbaca ada logo Telkom dan Telkomsel.
Sebagai platform mungkin hal ini sudah dipikirkan oleh developer Qbaca untuk membuat aplikasi Qbaca lebih sosial. Misalnya dengan mengintegrasikan dengan Facebook, Twitter, Google+, Goodreads, Kobo dan jejaring sosial lainnya. Saya membayangkan begitu saya membeli dan membaca buku melalui Qbaca, bacaan saya di Goodreads dan Kobo terperbarui secara otomatis. Biasanya saya sering langsung meletakan buku begitu berhenti membaca dan lupa memperbarui Goodreads, atau lupa mematikan Kobo begitu berhenti membaca, jadi yang tertampil di Kobo saya menghabiskan banyak jam untuk membaca sebuah buku.
Pengalaman membaca ebook di Qbaca, singkatnya perlu diperkaya, untuk mengkompensi banyak pengalaman yang hilang dari membaca buku cetak. Pembaca buku pasti tidak akan mudah melupakan pengalaman menambahkan corat-coret, catatan-catatan kecil atau menandai suatu hal penting dengan highlighter (yang dulu saya menyebutnya Stabilo). Atau sebenarnya menambahkan catatan-catatan, corat-coret dan membuat hightlight sebenarnya bisa dilakukan di atas ebook berformat EPUB3? 🙂
Secara umum saya menyambut baik kehadiran platform Qbaca ini. Platform ini bagi saya sendiri akan merapikan banyak masalah saya. Yang mana masalah itu mulai dari masalah yang sangat klasik, kemalasan menata dan merawat koleksi buku-buku cetak. Buku yang saya beli sejak saya masih SMA sampai sekarang sebagian besar rusak, dipinjam teman tidak kembali dan hilang. Masalah yang terjadi semakin tahun adalah mobilitas. Saat ini saya lebih banyak menghabiskan waktu di jalan. Membaca buku digital selain akan mengurangi beban bawaan saya tentu saja, akan memungkinkan saya lebih mudah untuk membaca dimana saja kapan saja. Dampak jeleknya saya akan semakin kesulitan mencari alasan pembenar untuk tidak membaca.
Akhirnya Qbaca sangat saya sarankan bagi teman-teman blogger dan pembaca blog ini yang memiliki perangkat android. Bagi yang menggunakan iOS (iPhone dan iPad) untuk bersabar beberapa waktu. iOS apps Qbaca konon sedang disiapkan oleh tim developer. Kemudian bagikan pengalaman Anda mencoba Qbaca.
sip langsung saya coba mas kebetulan punya android juga
Oo jadi ini karya Mas Kuncoro to, Mas?
Useful information. Lucky me I discovered your site by chance, and I’m stunned why this
coincidence did not took place earlier! I bookmarked it.
Ping balik: Menikmati Konten Multimedia dengan ASUS Zenpad 7.0 Z370CG | Menuliskan Sebelum Terlupakan