Kasir menerima uang pembayaran saya. Meraih kalkulator. Memencet beberapa tombol sampai di layar kalkulator muncul berapa seharusnya uang kembalian untuk saya. Kasir membuka laci uang dan mengambil uang sebanyak Rp 39.000,- untuk saya. Saat itu saya membeli satu jenis obat di Apotek yang berharga Rp 11.000 yang saya bayar dengan 1 lembar uang 50 ribuan.
Saya tidak habis pikir kenapa mbak-mbak kasir itu perlu menggunakan kalkulator untuk hitung-hitungan sederhana. Asas kehati-hatian, mungkin. Walau rasanya absurd saja.
Barangkali ini mirip dengan teman saya yang menggunakan sepeda motor hanya untuk ke mini market sebelah yang hanya berjarak ratusan meter. Kalau dihitung-hitung akan lebih efisien bila berjalan kaki. Untuk menaruh dan mengambil motor di parkiran saja sudah sama dengan waktu yang digunakan pulang pergi dengan berjalan kaki.
Sebegitunya manusia sangat menggantungkan diri pada alat. Dipikirnya menggunakan alat itu selalu lebih efisien dibanding tidak. π
Kasir yg menghitung dgn kalkulator, itu dapat memberikan efek psikologis bagi pelanggan, yaitu rasa kepastian/keakuratan atas kembalian. Di beberapa sistem penjualan (POS) sudah diberikan fasilitas kalkulator pengembalian. Jadi kasir tinggal memasukkan jumlah uang yg diterima dan sistem akan mengeluarkan nilai yang harus dikembalikan.
Tidak dipungkiri, manusia itu sering melakukan kesalahan. Bahkan utk perhitungan sederhana sekali pun. Karena perhitungan tidak hanya dipengaruhi kemampuan matematik, tetapi juga psikologis/mental si penghitung.
Coba deh berikan 100 soal perhitungan (kombinasi perkalian, pembagian, penjumlahan dan pengurangan) kepada seseorang dan hanya diberi waktu 10 menit utk menyelesaikannya. Setiap 30 detik ketuk meja dengan keras utk menandai waktu yg tersisa. Pasti jawaban orang tsb banyak salahnya. Hehehe… (ini pengalaman pribadi)
mungkin dia trauma pernah nombok mas, jadinya daripada nombok lagi mendingan dia itung pake kalkulator walaupun mungkin dia udah tau berapa yang harus dia kembaliin tanpa harus menghitungnya
π saya jadi malu π saya susah ngitung2 nih, tapi beneran lho. Daripada salah mendingan pake kalkulator, heheh…
Ha ha…, mungkin malas adalah asas kita saat ini :D.
mnurut sya wajar krna sya jga seorang pedagang mas, klo seharian udah melakukan puluhan/ratusan kli transaksi kdang otak males mikir alias cape, mkanya pke kalkulator π
kalau dikasir aku lebih percaya petugasnya pakai kalkulator kok π
kelelahan psikologis dunia kerja (macam kasir) mmg sangat wajar mereka melakukan hal spt itu……alasannya mungkin takut nombok sementara salary nya gag besar π
Meminimalisir kesalahan mungkin jadi alasan utama kang. Mungkin pula karena terbiasa menggunakan kalkulator sebelumnya, jadi secara otomatis langsung megang kalkulator ketika ada pembayaran.
Nice Informasinya gan,, sangat membantu sekali.. π
itu karena kebiasan saja menurut saya…. harusnya kalau dipaksain dia mungkin tidak perlu…