Heboh Ketinggalan Pesawat itu …(2)

Tanpa malu-malu mengatakan bahwa bagian terheboh dari cerita perjalanan saya mengikuti event Ulang Tahun ke-3 Telkomsel Blackberry Community yang diselenggarakan di Bandung Super Mall sebenarnya malah terjadi setelah saya usai larut dalam hingar bingar acara puncak, yaitu dalam perjalanan saya pulang balik ke Yogyakarta.

Betapa tidak. Demi penerbangan jam enam petang di Sukarno-Hatta, saya rela dengan berat hati berpamitan bos Arif Setyawiyoga dkk untuk meninggalkan venue pada jam dua siang lebih sedikit meski acara terus berlangsung hingar. Saya rela dengan tidak sopan mem-BBM bos Budi Setyawan agar mempercepat makan siang bareng anak istri. Bos Buset, demikian beliau akrab disapa, adalah satu-satunya tamu kehormatan dari Surabaya yang semobil dengan saya menuju Bandara. Pikir saya ini agar punya waktu cukup longgar untuk mencapai bandara.

Mobil Blackbull Innova yang dikendarai Mang Ujang berjalan dengan kecepatan kura-kura menembus kemacetan Jalan Gatot Subroto sampai pintu tol Buah Batu. Kemacetan memang tidak aneh saya lihat di televisi, tetapi menjadi bagian kemacetan adalah sakit kepala tersendiri. Kali ini saya tidak bisa menjadi teman ngobrol Bos Buset. Saya hanya bisa diam meletakan kepala pada sandaran jok mobil berharap deraan cenat cenut ini sedikit reda.

Laju di Tol Cipularang yang relatif lancar ternyata tidak serta merta meredakan kepala nyut-nyutan pening tujuh keliling ini. Di Rest Area km … kami istirahat untuk mencari toilet. Namun sebenarnya apa yang paling saya butuhkan di Rest Area bukan tempat buang hajat. Saya ingin membeli Paracetamol. Dengan berang saya bilang dalam hati, dua butir tablet paracetamol pasti cukup.

Hal menggelikan terjadi. Keluar dari pertokoan di Rest Area, saya malah bingung mencari dimana Mang Ujang memarkir mobil. Mondar-mandir mencari kok rasanya seperti keliling arena lingkaran setan. Haaduuuh! Telpon-telponan dengan Mang Ujang pun tidak bisa mengembalikan orientasi saya.

Agar mudah dilihat saya menuju ke Patung Kuda dan berdiri di sana. Beberapa saat kemudian saya jadi senyum-senyum seorangan melihat Mang Ujang naik kap mobil dan teriak-teriak memanggil saya.

Baiklah. Saya bergegas ke mobil.

Mobil dipacu lagi meniti Tol Cipularang. Kali ini sakit kepala saya agak mereda.

Akan tetapi gantian jantung saya yang gantian menggedor-gedor rongga dada setelah secara tak sengaja melihat jam di BB saya yang menunjukan pukul 17:01. Masa iya sudah sepetang ini. Berharap jam di BB ini tidak cocok. Dan jam di BB saya memang tidak cocok. Jam di mobil  menunjuk angka 17:02. Hewduuh. Tidak ada cara kecuali meninggikan batas ambang kemarahan di dalam dada. Tidak ada jalan memintasi antrian mengular di Pintu Tol Cikarang 2 sore itu.

Grrrrrr, saya tidak tahu masih berapa pintu tol lagi yang harus dilalui. Yang saya tahu pasti, jantung saya sedang senam aerobik. Dan yang saya tahu lagi adalah Mang Ujang dan Om Buset tahu sepanik apa rasanya saya yang akan ketinggalan pesawat ini. Saya memang tidak bisa menyembunyikan kepanikan. Dan satu-satunya doa saya adalah agar terjadi delay pada Lion Air yang dijadwalkan take off pada pukul 18:00 WIB. “Duh Gusti Alloh, mugi-mugi njenengan paring delay supados kulo mboten ketilar pesawat

Pukul 18:04 WIB mobil kami memasuki komplek Bandara. Dengan tas di punggung dan semua bawaan di tangan saya siap berlari memasuki terminal keberangkatan 1 A Sukarno Hatta. Begitu pintu mobil terbuka saya berlari melewati security check menuju counter check in. Mbak – mbak di counter check in Lion menyuruh saya langsung ke loket 24. Saya langsung lari menuju counter  24.

Dasar nasib. Perjuangan mengejar pesawat pupus di counter 24. Si ondel-ondel yang jaga di counter 24 bilang kalau saya sudah lama terlambat. Saya seharusnya paling lambat check in 30 menit yang lalu.

Dengan putus asa, saya menanyakan jam berapa penerbangan ke Yogyakarta berikutnya. Kata si ondel-ondel,  penerbangan ke Yogya berikutnya dijadwalkan pukul 19:05 WIB. Masih kata si ondel-ondel baju merah yang jaga di counter 24 saya disuruh menanyakan selengkapnya di counter penjualan tiket.

Di counter penjualan tiket, saya menunjukan booking code yang telah hangus. Klak-klik keyboard komputer sebentar si mbak-mbak itu memberi tahu kalau mau reschedule, saya harus membayar Rp 785.000,- Tidak terlalu kaget sih. Memang maskapai suka “ngemplang” orang-orang yang sedang tertimpa naas.

Tanpa bicara apa-apa saya meninggalkan counter. Saya sama sekali blank. Adanya hanya panik dan bingung. Belum terlintas mau apa. Saya hanya BBM ke Bos Buset kalau saya sedang naas ketinggalan pesawat ke Yogya. Saya mulai berpikir untuk membeli tiket seharga Rp 785.000,- itu saja dari pada jadi gelandangan di bandara sendirian. Saya tidak tahu dimana letak ATM  dan saya tidak tahu berapa duit receh yang masih tersisa di dompet dan tas. Keluar terminal 1 A Suta untuk mencari ATM sepertinya konyol. Dalam beberapa menit penjualan tiket pesawat untuk penerbangan terakhir ke Yogya sudah closed.

Di tengah kebimbangan, saya berinisiatif untuk menemui Account Manager (atau manager apaanlah namanya, terserah) di kantor pelayanan Lion, si Pak Manajer ternyata tidak ada di tempat. Harapan untuk ngomong sama Pak Manajer tertumpu pada kebaikan hati dan kesungguan seorang staf yang sedang mencarikan Pak Manager untuk saya. Ketika saya sedang menunggu si Pak Manager, Bos Arif menelepon memberi tahu saya kalau tidak ada solusi lain selain membeli berapa saja harga tiket pesawat ke Yogya.

Saya mulai mengumpulkan uang receh yang tersisa di tas dan dompet. Dalam keadaan seperti ini saya benar-benar mengalami bagaimana rasanya menjadi orang miskin yang sedang terdampar sendirian.

Manajer datang. Aset saya satu-satunya adalah wajah saya yang memelas kelelahan dan mengiba kebaikan hati pak manager agar memberi saya tiket dengan harga boleh mahal asalkan tidak melebihi kumpulan duit receh yang masih tersisa ini. Pak Manager malah diam saja. Padahal dalam hitungan menit ticketing sudah closed.

“Rp 708.000,-, mau?” tanya Pak Manager.

“Nih hitung sendiri duit-duit receh ini”. Dan kata petugas Kasir duit saya masih sisa beberapa ribu. Baiklah ….

Ketika saya sedang tidak sabar menunggu lembar tiket dicetak, bos Arif menelepon saya kalau nantinya tiket untuk reschedule flight ini akan diganti oleh pihak Optimus sebagai event organizer. “Iya, terimakasih bos Ayip”. 😐

Selesai tiket dicetak saya segera mengambil langkah seribu menuju ruang tunggu sampai-sampai saya tidak mengenali Bos Buset yang menyapa saya. Maaf bos Buset saya sedang tergesa. Dengan keringat bercucuran dan muka kusut seperti kain pel lantai saya mengambil tempat duduk di ruang tunggu. Penerbangan masih beberapa menit lagi. Sebenarnya saya hampir tidak kuat menahan pipis, tapi saya masih trauma dengan ketinggalan pesawat tadi. Semboyan saya kali ini adalah lebih baik ngompol di celana daripada ketinggalan pesawat lagi. 😀

Sambil menahan pipis dan kepala canat-cenut, saya membuka Blackberry. Hitung-hitung sebagai painkiller. Dan mendapati nasib apes ketinggalan pesawat ini malah sedang menjadi bahan ketawaan orang-orang milis Telkomsel Blackberry. Baiklah. Baiklah. Bolehlah kalian tertawakan daku sepuas-puasnya. Kali ini aku ngga boleh ikut ketawa karena panik kebelet pipis itu sakit dan tidak mudah.

Beberapa menit kemudian saya akhirnya bisa duduk di seat 2 D JT 0568. Saat itu yang saya tunggu hanya pesawat agar segera take off dan bila lampu indikator seat belt sudah dimatikan saya sudah bersiap untuk lompat ke lavatory yang hanya berjarak kira-kira kurang dari 7 langkah dari tempat duduk.

Alhamdulillah ya Robb, saya merasa lega dan menikmati penerbangan setelah hajat yang tertahan beberapa lama ini bisa terlepaskan. Dan rasa syukur terlebih setelah segela heboh ini, pada kira-kira jam sebelas malam, saya bisa menatap kedua orang tua di rumah saya di Gunungkidul – Yogyakarta. 🙂

Terimakasih kawan-kawan Telkomsel Blackberry Community, selama dua hari kemarin kalian sudah mengaduk-aduk perasaanku. Peristiwa ini tidak akan terlupakan.

7 8 9 10 11

PS: Foto – foto akan saya susulkan bila sudah dapat kiriman dari bos Buset 🙂

Iklan

17 komentar di “Heboh Ketinggalan Pesawat itu …(2)

  1. saya baca satu per satu bener di posting ini. pengalaman tak terlupakan pastinya ya, semoga ga kejadian lagi dikemudian hari 😀

    klo dalam keadaan gitu bisa2nya ya kita berdoa biar pesawat delay :p

  2. Haloow boos jarwadi apa kabaaar?
    Maaf kami di millis bukan maksud menertawakan, jgn kesinggung yah.
    Abisan cerita bos selalu jd penghiburan kita.. Hehe

    Salam kenal dr teman sebangku di perahu gantung.. 😀

  3. Dulu saya pernah mengalami hal sama, padahal duit pas2an banget dan membayar tiket dengan beberapa uang koin tambahan. Alhasil dari terminal minta dijeput, ngga punya duit 🙂

  4. Emang Bener kalo maskapai penerbangan indonesia kayak kalo kita delay di kenakan biaya 1 kali penerbangan tapi kalo mereka yang delay mereka cuman minta maaf tanpa pengantian apapun.,,,semua sales of service di bangsa kita itu seperti ini carut marut,,, kayak..

  5. Pengalaman yang heboh panik, Mas. Saya bisa merasakan bagaimana kepanikan Mas Jarwadi. Ini sama seperti olah raga sport jantung. Hahahaha… Ketinggalan pesawat? Saya juga pernah, Mas dengan penerbangan yang sama, pakai Lion. Bedanya, saya sudah boarding dan saya tinggal keluar dulu dari ruang tunggu. Saya dulu di bandara Juanda Surabaya mau ke Medan. Padahal untuk ke Medan mesti transit dulu ke Jakarta baru lanjut Medan. Kalau sudah terlambat pesawat artinya sama saja dua tiket hangus (Surabaya-Jakarta dan Jakarta-Medan).

    Tapi untunglah saya bisa ngeyel, dasarnya saya memang tukang ngeyel, 😀 meski saya salah karena keluar dari area ruang tunggu keberangkatan. Namun pihak Lion juga saya salahkan karena tidak manggil saya waktu naik pesawat.

    Akhirnya solusinya reschedule esok harinya. Saya tidak dikenakan biaya tambahan. Hanya ada selisih berapa ribu rupiah gitu buat ganti tiket reschedulenya.

    Wah ketemu dengan Bos Ayif, ya disana? Kemarin waktu kopdar di Klaten saya sempat ketemu disana. Kapan, nih ngadain acara lagi kumpul-kumpul di wilayah Joglosemar? Selamat, ya Mas da diundang Telkomsel ke Bandung. Kapan-kapan saya juga mau kalau diundang plus akomodasi gratis ke luar kota. Nitip salam dan pesan buat Jeng Sri, ya Mas. 😀

  6. Next time kalo mo naik pesawat waktu menuju bandaranya harus diperhitungkan sama macet nya yach Jar. Target paling ngga 2 jam sebelum jadwal udah harus di bandara. Ga apa2 kita nunggu di bandara, daripada dag dig dur ketinggalan pesawat.

  7. Alhamdulillah…seneng pas baca kalimat ini ” Alhamdulillah ya Robb, saya merasa lega dan menikmati penerbangan setelah hajat yang tertahan beberapa lama ini bisa terlepaskan. Dan rasa syukur terlebih setelah segela heboh ini, pada kira-kira jam sebelas malam, saya bisa menatap kedua orang tua di rumah saya di Gunungkidul – Yogyakarta. :)” …
    Lho nggak cerita dari Adisucipto ke Karangmojo naik apa??? tapi nggak apalah..yang penting udah lega…satu lagi mas…besok lagi jgn lupa bekal Aspirin…

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s