Pagi tadi pada sekitar jam 8, perut saya tiba-tiba terasa sakit sekali. Rasa nyeri meremas-remas sampai ulu hati. Padahal saya tidak memakan makanan yang aneh-aneh untuk Makan Sahur. Sehabis subuh dan tadarus di Masjid dan jalan-jalan sebentar melihat matahari pun tidak merasakan gejala apa-apa. Padahal lagi untuk sekitar jam 9 saya punya janji untuk ke kota Yogya. Haduh.
Kalau sakit perut ini tidak lekas reda, saya akan gagal janjian.
Minum obat untuk meredakan sakit bukanlah pilihan. Saya berpuasa. Pertolongan diri yang saya coba adalah dengan “gegeni” menghangatkan diri di depan perapian dan menyeka perut dengan botol yang diisi air hangat. Ibu saya menawarkan saya agar “kerokan”. Menurut beliau saya sedang “masuk angin”. Tapi saya menolak. Kerokan belum opsi pilihan saya. Saya tidak mau tubuh saya merah-merah belang seperti macan. Hiiiy.
Syukur. Setelah beberapa saat memanggang diri di depan perapian dan menyeka dengan botol berisi air hangat, perlahan-lahan sakit perut saya mereda.
Jadi apakan sakit perut saya ini karena tidak tahan dengan suhu pada beberapa hari belakangan yang sangat kering dan dingin.
Agak mirip dengan sakit perut pagi tadi, beberapa waktu yang lalu, kepala saya sakit bukan kepalang terasa mau pecah. Saya menguatkan diri menahan sakit dan membeli obat pereda sakit kepala yang akan segera saya minum setelah waktu berbuka tiba. Seharian dengan diintimidasi sakit kepala jelas tidak enak banget.
Air putih hangat kemudian yang pertama saya minum pada saat berbuka karena saya tahu jenis minuman dan makanan lain akan memperburuk keadaan. Saya berusaha meminum beberapa gelas air putih hangat agar cukup waktu sebelum meminum obat sakit kepala. Nah setelah beberapa saat meminum air hangat, pelan-pelan sakit kepala saya mereda. Sampai akhirnya saya membatalkan rencana meminum obat sakit kepala.
Jadi sakit kepala saya itu apakah karena ngga tahan hawa dingin atau karena kekurangan cairan. Entahlah … Menurut orang-orang di lingkungan dimana saya tinggal, sakit dengan gejala seperti yang saya sebut itu disebut Masuk Angin. Istilah yang sepertinya kurang lazim bila kita membaca-baca perawatan medis. Apa ya padanan Masuk Angin dalam bahasan medis?
Untuk posting kali ini saya menunggu komentar dari Mas Cahya. hehe
Posted with WordPress for BlackBerry 1.5 via Telkomsel network
masuk angin yo dikeriki tho ya 🙂
Iya, saya juga menunggu komentar Mas Cahya.
Untuk hal masuk angin, saya belum pernah merasakan masuk angin di pagi hari selama puasa. Yang ada, saya seharian kentut terus. Entah saya salah makan apa, tapi rasanya perut ini seperti mau BAB, tapi gak mau keluar. Udah nongkrong di WC, gak keluar2 kotoran saya. Yang terjadi malah dalam sehari itu saya kentut bisa ratusan kali. Kentutnya kentut ringan sih, tanpa suara, juga tanpa bau. Kadang memang bau sekali, tapi seringkali juga gak tercium baunya.
Itu sangat menganggu, apalagi kalo udah wudhu, bolak-balik ke kamar mandi buat wudhu lagi. 😐
Soal sakit kepala, saya biasa mengalami itu pas awal puasa. Hari pertama puasa saya PASTI mengalami sakit kepala. Sakit kepala yang teramat sangat, dan baru saya rasakan saat siang menjelang sore. Entah kenapa, yang saya pikirkan adalah itu karena tubuh saya masih menyesuaikan diri dengan puasa. Penyebab pastinya, siapa yang tahu….
He he…, maaf Pak, saya kemarin itu liburan rasanya, jadi ndak ngikuti semua blog :D.
Kalau tentang masuk angin, memang tidak dikenal di dunia medis, tapi ada penjelasan menarik milis dokter umum, coba lihat arsip tanya jawab tentang masuk angin.
Kalau nyeri ulu hati yang Pak Jarwadi rasakan, saya tidak bisa memastikan begitu saja, dugaan sementara bisa jadi itu adalah dispepsia, bisa jadi karena aktivitas asam lambung berlebih, tapi kalau mau pastinya, ya memang mesti ditelusuri lebih teliti lagi :).