Beberapa petang yang lalu saya tertidur sebelum jam tujuh malam. Sepanjang pagi, siang sampai sore hari itu saya habiskan secara maraton bercampur sprint. Kecapaian. Dari tidur yang cukup rajin itu (baca: tidur sangat awal) saya terbangun pada sekitar jam dua dini hari untuk mengerjakan Shalat Isya’. Saya tidak yakin apakah pada dini hari itu saya terbangun karena ada kewajiban yang belum tertunaikan atau karena suhu di desa saya turun drastis. Sangat dingin.
Saya mencoba tidur lagi setelah selesai mengerjakan Isya’. Tapi tidak mudah. Saya tidak bisa tidur sampai pagi. Sebenarnya itu sudah waktu tidur yang cukup lama dibanding biasanya. Tidur dari jam tujuh sampai jam dua. Tujuh hitungan jam. Padahal biasanya saya mulai tidur pada jam satu dan bangun sekitar jam lima pagi.
Pola tidur yang tidak biasa itu baru terasa kemarin siang. Terjaga mulai jam dua dini hari ternyata membuat tubuh saya jauh dari produktif pada hari berikutnya. Cape deh …
ini juga yang sekarang jadi masalah buat saya mas,, kacau bener waktu tidur saya… π¦
Apa karena pengaruh musim kering ya…
Ini adalah konsekuensi mengubah kebiasaan π
Hahhaaaa, ini karena nasib seorang blogger, heheee
Lho? Mas, justru menurut saya yang bagus itu ya begitu lho Mas, tidur habis maghrib, bangun jam 1 malem. Enak lho, kalo mau tahajjud. Enak tuh dini hari untuk belajar. π
Kalo hari senin Mas Jar tidur jam 7 dan bangun jam 2, besoknya hari selasa ya polanya harus sama, Mas.
sungguh betapa nikmatnya tidur yang normal dan menimbulkan kesegaran bagi tubuh. bukan malah mendatangkan capek badan. Moga kembali ke pola tidur yang normal Kang Jar
Semoga saja terbangun karena ada kewajiban yang belum tertunaikan, jadi pahalanya ngalir… π
menurut saya pola tidur tersebut hanya menganggu saja. lebih baik tidak perlu sholat.. yang sama sekali tidak mengajarkan kebenaran. hanya membuat tubuh kita sakit