Mencicipi Daging Rubah Api 3.5

Meskipun sejak beberapa hari yang lalu terdengar hingar bingar Firefox 3.5 dengan banyak tawaran fitur barunya, saat ini saya sedang menjajal browser yang menurut pabrikannya merupakan tercanggih yang pernah mereka buat.

Saya tidak menjajal sejak kemarin kemarin bukan berarti tidak terlalu tertarik dengan kehadiran Firefox. Meskipun di workstation terinstall banyak browser, Firefox lah yang utama menunjang kesibukan berinternet ria  saya.

Hanya, satu hal yang paling membuat saya menunda setiap ada update atau versi baru yang digelontorkan Mozilla, yaitu kebanyakan add on dan plug in yang membuat segudang fungsionalitas browser rubah api ini tidak berjalan. Jadi ya saya perlu menunggu beberapa waktu sampai penyedia add on kesukaan mengeluarkan update untuk kompatibilitas FF terbaru.

Posting ini saya buat dengan Rubah Api 3.5 tanpa add on apapun yang terpasang pada Windows XP, ya karena memang saya tidak mempertimbangkan untuk banyak internet secara serius dengan Windows karena alasan kebiasaan saja.

Apa terlalu sibuk itu bisa mematikan kreatifitas

Saya seringkali heran dengan diri saya sendiri. Kadang kadang saya bisa melakukan sesuatu dengan mengalir, tetapi di saat saat yang berbeda serasa mentok/mandek, dan kehilangan arah. Hal ini terutama terjadi bila saya sedang menikmati/mengerjakan hal hal yang teknis.

Biasanya untuk memulihkan diri saya perlu berhenti dan melepaskan apa yang sedang saya pegang dan kemudian ke luar pergi keluar kamar.

Namun demikian, dalam banyak hal itu tidak mudah. Seberapa deras pusing mendera, tidaklah serta merta saya dapat menekan tombol pause. Semua seringkali perlu dilebih dahulu selesaikan sebelum bisa melangkah keluar kamar. Entah seberapa pusing dan seberapa sakitnya menabrakan diri ke dinding tebal ke –mentok–an.