Beberapa hari yang lalu beberapa teman saya dihebohkan oleh SMS tidak sopan yang ditujukan pada nomor ponsel mereka. SMS itu bukan hanya tidak sopan dengan kata – kata, bahkan berlampirkan gambar – gambar animasi porno. Siapa yang tidak risih mendapatkan SMS SMS semacam itu. Usut punya usut, akhirnya, secara tidak sengaja, ditemukanlah si pengirim SMS tidak sopan.
Semua orang terkejut tidak habis pikir karena si pengirim SMS tidak sopan itu adalah seorang pria yang keseharianya, berperilaku sopan dan bersahabat dengan semua orang. Berpenampilan sederhana dan tidak banyak tingkah. Orang yang secara sosial tidak masuk ‘daftar bermasalah’lah masalahnya.
Mirip dengan cerita saya di atas, adalah pengalaman pribadi saya. Dulu, saya kenal dengan seseorang melalui chating di Y!Messenger. Perkenalan saya itu berlanjut sampai kami bertukar nomor ponsel dan saling bertelepon. Menurut saya, seseorang itu termasuk yang betah bicara bahkan bisa dibilang ceriwis. Lama kelamaan, secara diam diam saya mulai mengenal teman temanya teman chating saya itu. Berbeda dengan apa yang saya kenal di telepon dan chat, oleh teman temanya, teman saya ini dikenal sebagai pribadi yang pendiam.
Pertanyaan saya, mengapa orang – orang begitu pengecut ketika dihadapkan dengan kenyataan dan baru menunjukan watak dasarnya ketika anonymous?
Hmm..sepertinya sbgian bsr org yg kerap berinteraksi dg dunia maya,prnh mempunyai pengalaman serupa.
Org seringkali mjd brbeda ktika dhdpkan dg anynomous.. Mgkn krn ingin mnjaga image. Di sktr kita,byk manusia2 brtopeng yg slalu brusaha tmpk baik d mata masyarakat utk mndptkn penerimaan.Org2 sprti itu cnderung memiliki ketakutan brlebihn trhdp penolakan.