Sakit Telinga dan Pelayanan Poli THT RSUD Wonosari

Lagi-lagi saya menulis curhat sakit telinga. Bila tidak salah hitung, ini merupakan tulisan saya yang ketiga di blog ini tentang sakit telinga. Sakit telinga terdahulu pernah saya tulis di sini dan di sini.

Kronologi sakit telinga saya kali ini kurang lebih begini:

Sakit telinga saya dimulai beberapa minggu yang lalu. Entah berapa jumlah minggunya, saya sudah lupa. Gampangnya sebut beberapa bulan saja. Kalau tidak salah, saat itu sehabis mandi, telinga kanan saya terasa seperti kemasukan air. Rasanya bebal dan suara-suara yang masuk seolah menimbulkan suara semacam gema.

Mengira itu memang hanya kemasukan air, saya pun mengabaikan saja. Pikir saya, dalam beberapa waktu air di dalam telinga akan hilang dengan sendirinya. Sayangnya tidak demikian. Rasa bebal di dalam telinga saya terus ada.

Meski tidak sangat menggantu aktifitas saya sehari-hari, setelah beberapa hari berlalu, saya menjadi tidak tahan juga. Saya pun membeli cotton bud untuk mengorek-ngorek lobang telinga.

Mengorek-ngorek lobang telinga ini rupanya tidak membantu. Tidak bisa menolong telinga saya yang menjadi bebal. Alih-alih malah telinga saya menjadi sakit dan pegal-pegal. Mungkin karena saya terlalu bersemangat mengorek ngorek lobang telinga dengan cotton bud itu.

Merasa rasa sakit di telinga kanan saya sudah mengganggu, saya pun membeli obat di apotek. Oleh penjaga apotik saya disarankan untuk menggunakan obat tetes telinga. Si Penjaga apotik itu sambil mewanti-wanti bila telinga saja tidak kunjung sembuh agar saya berobat ke dokter. Karena menurut penjaga apotik, telinga itu area sensitif dimana ada banyak syaraf di dalamnya.

Rasanya beberapa hari berlalu dengan tiap hari menetesi telinga dengan obat yang saya beli di apotek tidak cukup membantu. Rabu (15 Juni 2016) lalu saya memutuskan untuk berobat ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Wonosari.

Menurut dokter yang memeriksa saya di RS PKU Muhammadiyah Wonosari, di dalam telinga saya ada kotoran warna putih. Dalam hati bertanya-tanya apakah itu kotoran dari kapas cotton bud yang tertinggal.

Dokter umum itu menjelaskan kalau kotorannya sangat jauh di dalam telinga. Ia tidak mau mengambil resiko. Sehingga menyarankan saya untuk ke dokter spesialis THT di RSUD Wonosari yang menurutnya mempunyai fasilitas dan peralatan lebih lengkap. Saya pun langsung menuju RSUD Wonosari dengan bergegas.

Karena sudah lama tidak ke poliklinik di RSUD Wonosari, saya pun sempat kebingungan mencari letak Poli THT di RSUD Wonosari. Saya bertanya beberapa kali sampai saya mendapatkan arah menuju Poliklinik Terpadu RSUD Wonosari yang terletak di Gedung Timur. Untuk menuju ke sana saya melewati pintu timur RSUD Wonosari.

Sebelum mendaftar, saya pun bertanya kepada petugas apakah Poli THT masih buka. Dengan santai petugas menjawab kalau poli THT masih buka.

Karena saya pertama kali berobat di sana, saya pun harus mendaftarkan diri dulu agar bisa mendapatkan kartu pelayanan RSUD Wonosari. Proses pendaftaran bisa dibilang cukup mudah. Saya hanya perlu menyerahkan KTP dan menjawab beberapa pertanyaan singkat. Dalam beberapa menit Kartu pun siap dan bisa saya gunakan untuk mengantri di Poli THT yang terletak di sebelah timur Poli Terpadu RSUD Wonosari.

Antrian pasian pada siang itu bisa dibilang cukup panjang. Setelah pasien yang mengantri dipanggil satu demi satu sampai di kursi antrian tinggal ada beberapa pasien yang menunggu. Petugas pun saya dengar memberi pengumuman. Kira-kira begini “Masih adakah yang ingin mendaftar berobat?”.

Saya pun langsung menuju ke petugas dan menunjukkan kartu yang tadi saya dapatkan. Hmm, rupanya saya belum masuk antrian di sini. Rupanya saya harus mengatrikan diri lagi di sini. Saya kira ketika saya mendaftar di loket pendaftaran secara otomatis saya mendapatkan antrian di Poli yang saya tuju. Rupanya saya salah. Tidak ada sistem antrian yang bagus di RSUD Wonosari.

Petugas di Poli THT mengeluarkan kertas semacam formulir. Kemudian mengisinya dengan data-data di kartu yang saya serahkan dan menanyakan keluhan saya. Usai menjelaskan kronologi sakit telinga, saya pun diminta masuk ke kamar periksa. Kemudian saya pun diperiksa di kursi duduk pasien.

Setelah telinga kanan saya diperiksa, telinga kanan saya disedot dengan peralatan yang ada di sana. Dan keluarlah kotoran yang cukup banyak dari dalam telinga. Telinga saya yang bebal selama beberapa minggu kini menjadi terasa lega. Memang sekarang ada perih yang terasa.

Oleh dokter kemudian saya diberikan beberapa pertanyaan lanjutan. Kemudian diberikan resep dan disuruh membayar biaya pemeriksaan di loket pembayaran. Keseluruhan biaya yang saya bayarkan adalah Rp 90 ribu. Dan yang tidak boleh saya lupakan adalah dokter di Poli THT RSUD Wonosari mewanti-wanti saya agar membeli obat ini di Apotik Anindya yang terletak di sebelah barat Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari.

Saya pun langsung menuju ke Apotik Anindya bermaksud membeli obat yang diresepkan oleh dokter. Ada 3 jenis obat yang harus saya tebus siang itu. 2 jenis tablet dan 1 jenis obat tetes. Ketiga obat itu harganya cukup mengagetkan. Mahal. Harganya keseluruhannya Rp 216 ribu. Salah satu jenis dari ketiganya yang saya tahu adalah antibiotik amoxilin yang harganya Rp 50 ribu. Ini jelas mengagetkan karena dulu biasanya kalau membeli amoxilin harganya tidak semahal ini. hahaha

Meski saya agak berat mengeluarkan uang Rp 200 ribu lebih toh akhirnya saya bayarkan juga. Toh harga telinga pendengaran saya jauh lebih berharga dari keseluruhan biaya pengobatan yang Rp 300 ribuan. Harapan saya semoga telinga kanan saya lekas sembuh dan tidak terjadi masalah pendengaran.

Hari Sening yang akan datang (20 Juni 2016) dokter di Poli THT meminta saya untuk datang lagi. Untuk mengontrol telinga kanan saya lagi. Semoga untuk biaya kontrol Senin depan tidak semahal biaya berobat saya pertama kali. 🙂

Kalau sekarang telinga saya memang sudah tidak terasa bebal. Pendengaran rasanya normal. Tidak ada terdengar suara berdenging. Memang sesekali di dalam rongga telinga masih terasa agak pegal dan sakit. Namun sudah tidak sangat mengganggu.

Iklan

7 komentar di “Sakit Telinga dan Pelayanan Poli THT RSUD Wonosari

  1. Syukur ya Mas telinga nya sudah membaik. Ohya menurut artikel yg pernah saya baca mengorek telinga dengan cotten buds tidak pula terlalu baik. Mungkin kalau terlalu sering kali yah…

  2. Sakit telinga itu wlw cuma bindeng sgt ga mengenakan. Apalagi kalo pas harus naik pesawat. Pernah ada teman cerita saat flu dia naik pesawat dan itu membuat telinga nya sakit.. kemarin saat flu saya jd ngerasain sendiri juga gmn lg flu naik pesawat, bener sakit… baru kali itu sakit.

    Ini ceritanya jd share pengalaman. Tapi tulisannya seputar sakit telinga cukup informatif. Tapi jd itu penyebabnya hnya krn ada benda di dlm telinga ya? ..

    Ohya klo berobat di RSUD setahu sy mmg bgtu. Antrian dokter umum dan spesialis beda nomor antrian. Dan klo antri biasanya bisa seratus org lebih.. Tp dibanding ke RS swasta jauh lebih mahal dan komersil… kmrn saja cuma cek darah 500ribu,.. hahaha mana asuransi dr kantor sdh habis.

  3. Sy punya kebiasaan tidur miring,begitu bangun tidur telingga sy sakit. Yg mungkin punya pengalaman yg sama, bagaimana cara mengatasi ini? apakah telingga sy sakit karena kebiasaan tidur sy yg suka miring atau krn ada penyebab yg lain?

  4. Pertanyaan kenapa harus tebus obat di apotik tsb? Itu jelas jauh lebih mahal, sedangkan saya mau periksa ke sana, dg keluhan yg miri.

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s