ASUS Zenflash, Jangan Takut (Memotret di) Kegelapan

Sebenarnya saya masih belum puas mengeksplorasi fitur-fitur dan keunggulan Asus Zenflash yang diberikan oleh Mba Davina Larissa di Hotel Victoria – Yogyakarta beberapa waktu lalu. Sayangnya saat ini saya tidak bisa lagi bermain-main mengeksplorasi Asus Zenflash lebih lanjut. Asus Zenfone Selfie yang saya pasangkan dengan Zenflash ini, kemarin siang, “disukai” dan diambil orang secara diam-diam.

zenflash

Jadi saya pun pagi ini segera menuliskan pengalaman saya selama menggunakan ASUS Zenflash. Tentu saja tulisan saya ini berdasarkan apa yang saya ingat saja. Saya tidak bisa menyertakan foto-foto yang saya jepret dengan alat bantu Zenflash. Foto-foto di Asus Zenfone Selfie belum sempat saya salin ke komputer. Begitu pula dengan screenshot-screenshot di sana. Ini adalah “efek samping” dari smartphone berkapasitas penyimpanan besar. Smartphone yang sekaligus saya gunakan untuk ngeblog secara mobile. (mobile blogging)

Begini …

Biasanya ketika mendapatkan gadget baru, saya segera melalukan unboxing dan mencoba-cobanya secara langsung. Begitu pula terhadap Zenflash ini. Dengan Zenflash di tangan, mengamatinya, dan membolak-balikannya beberapa lama saya tetap bingung bagaimana cara memasang Zenflash ini dengan Zenfone Selfie. Kalau bagaimana merekatkannya ke badan Zenfone saya bisa langsung tahu. Dengan terpaksa akhirnya saya membuka buka buku manual untuk menemukan bagaimana cara mengurai kabel USB yang dilipat di tubuh Zenflash ini. Nah, ingat pepatah lama. RTFM. Read The F*ck Manual. šŸ˜€

Zenflash kini terpasang dengan baik. Dipasangkan dengan Asus Zenfone Selfie, begitu kabel USB tertancap maka aplikasi Asus Zenflash Camera akan langsung berjalan. Saya dengar dan baca-baca Zenflash ini compatible dengan beberapa jenis smartphone dari Asus, diantaranya adalah Zenfone 2, Zenfone 2 Laser dan sejenisnya. Memang bila di smartphone tersebut perlu dicek apakah sudah terinstall Asus Zenfone Camera apa belum. Bila belum tinggal mengunduh dari Play Store.

Pertama kali memotret dengan bantuan Asus Zenflash mengingatkan saya dengan pengalaman memotret dengan handphone Sony Ericson K810i pada era sebelum kesemarakan smartphone. Apa yang membuatnya sama adalah lampu kilat yang menyala memapari obyek dengan sangat terang. Ini sangat membantu bahkan ketika cahaya alami benar-benar minim, bahkan gelap. Bedanya adalah bila Zenflash berupa dongle yang bisa dipasang lepas, sedangkan Xenon Flash di Sony Ericson K810i merupakan built in fitur.

Zenflash kemudian saya temukan mempunyai fitur-fitur yang tidak saya temukan di Soner K810i. Fitur yang sangat saya suka adalah pilihan jarak obyek. Pilihannya ada 0.5 meter, 1 meter, 1.5 meter, 2.0 meter sampai 2.5 meter. Pilihan ini terbukti bisa membantu menghasilkan gambar apabila dipotret dengan jarak yang benar akan menghasilkan potretan yang tidak over oxposed atau under exposed. Obyek yang berjarak cukup jauhpun dapat diterangi dengan baik oleh Zenflash. Tak heran bila Asus mengklam Zenflash mempunyai kuat cahaya sampai 100X LED Flash.

Fitur berikutnya adalah white balance. White balance tidak akan kita atur sebelum memotret. Melainkan hasil sekali potret akan menawarkan kepada kita dengan beberapa foto yang sama tapi dengan hasil white balance yang berbeda-beda. Nah, di sini kita tinggal memilih hasil foto seperti apa yang kita inginkan. Ingin foto yang nampak normal atau pun foto dengan tone tertentu tinggal memilih sesuka kita.

Fitur terakhir yang saya favoritkan adalah Night Backlight. Fitur ini merupakan serangkaian pengaturan yang dibuat otomatis oleh Asus Zenflash Camera agar didapatkan gambar obyek utama yang terang namun dengan latar belakang yang tidak gelap. Ini sangat bermanfaat ketika kita memotret pada malam hari dengan menginginkan kerlip lampu sebagai latar belakangnya. Mode ini kekurangannya memang ada, yaitu foto menjadi sedikit ber-noise.

Asus Zenflash dalam penggunaan saya sehari-hari memang mampu membantu saya mengatasi kondisi-kondisi pemotretan yang sulit semisal memotret di dalam ruang atau pemotretan malam hari. Hanya kita harus rela melakukan sedikit usaha lebih. Selalu membawa Zenflash, kemudian memasangnya dengan perekat di badan Asus Zenfone tentu membutuhkan waktu lebih lama sampai foto didapatkan. Pun begitu, percayalah bahwa sedikit repot itu akan terbayarkan dengan foto-foto yang lebih baik.

Zenflash sendiri oleh Asus dijual sebagai asesoris dengan harga yang terjangkau. Harga Asus Zenflash adalah Rp 299.000,-. Di internet bahkan saya melihat beberapa toko online yang menjualnya lebih murah, sampai beberapa puluh ribu di atas angka dua ratus ribuan rupihan.

Meski tanpa contoh-contoh foto hasil pemotretan dengan Zenflash dan tanpa screenshot, semoga tulisan saya ini membantu bagi pembaca yang masih galau sebelum memutuskan untuk membeli Asus Zenflash. Dan semoga saya juga segera mendapatkan pengganti Asus Zenfone Selfie agar saya bisa meneruskan mengeksplorasi Asus Zenflash ini.

Sebenarnya saya juga ingin membuat tutorial-tutorial memotret dengan fitur-fitur canggih dan fitur-fitur manual yang terdapat pada ASUS Pixel Master Camera serta cara menyuntingnya sampai menghasilkan foto-foto keren seperti yang selama ini saya upload di instagram.

Iklan

15 komentar di “ASUS Zenflash, Jangan Takut (Memotret di) Kegelapan

  1. wow…
    asus udah keluarin banyak produk di berbagai lini
    saya aja masih kesemsem sama zenfone 2 waktu ikut asus zenfestival di jakarta šŸ™‚

    *saya bookmark ya mas, siapa tahu nanti saya mau ganti hape

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s