Sejak beberapa lama saya sering mendengar tentang Kurikulum 2013. Kurikulum baru yang mulai diterapkan di sekolah-sekolah di Indonesia. Kurikulum yang konon mengedepankan pendidikan karakter. Kurikulum yang saya ingat pernah menjadi heboh di social media, di twitter, di facebook, dll. Kurikulum yang bisa mengaitkan pergerakan atom dan elektron dengan keesaan Tuhan.
Hari Jum’at beberapa pekan yang lalu, kebetulan saya berkunjung ke suatu sekolah di daerah saya tinggal. Di sekolah yang katanya telah ditunjuk untuk melaksananakan Kurikulum 2013. Saya merasa agak aneh ketika pada waktunya Shalat Jum’at dan saya ingin numpang shalat Jum’at di masjid sekolah itu mendapatkan masjid tidak digunakan untuk shalat Jum’at. Sampai akhirnya saya bergegas mencari masjid di luar lingkungan sekolah untuk menunaikan shalat Jum’at.
Ya, tentu saja pikiran saya susah untuk tidak mengkaitkan Shalat Jum’at dengan pendidikan karakter. Meski saya sendiri mungkin tidak bisa diajak untuk memperdebatkan keduanya, hehe.
Memang melihat ukurannya, Masjid di sekolah itu tidak cukup untuk menampung semua siswa muslim yang saya perkirakan berjumlah lebih dari 1.000 siswa. Jadi pihak sekolah membiarkan siswa-siswa hanya bermain-main di waktu shalat Jum’at tidak bisa disalahkan begitu saja. Fasilitasnya memang belum memadai.
Hmm.. Jadi bagaimana dengan pendidikan karakter tadi? Atau karakter itu cukup diajarkan teorinya saja?
Aku sebenernya dari dulu sudah mikir gitu mas. Daripada hari Jumat pulang cepet mending semua sholat Jumat di sekolah trus ada pendidikan karakter yang sifatnya fun. Tapi yah itu tadi.. gak semua sekolah punya mesjid yang besar. Lah wong buat sholat dzuhur sepulang sekolah aja antri wudhu dan sholat nya menggila..
btw, Insya Allah aku ikutan BN2013
terkadang pendidikan karakter hanya diajarkan sebatas pada tataran teori saja, sehingga tidak maksimal bagi perkembangan siswa…
kalo tidak salah, ada prasyarat sebuah mesjid bisa digunakan untuk sholat jumat (masjid jami’) bukan saja masalah ukuran.
tapi membiarkan anak laki-laki tidak jumatan, itu keterlaluan…
Di sekolahnya Pascal untuk murid kelas 1-3 sholatnya di lingkungan sekolah sedangkan untuk kelas 4-6 sholat jum’atnya di pesantren yang kebeutlan dekat dengan sekolah
senggaknya siswa dianjurkan untuk sholat jumat dulu nggaj dibiarkan pada nganggru begitu saja