Ikan bakar ini enak. Rasanya gurih. Lalapan daun kemangi menambahkan aroma yang sangat khas. Memberi rasa kesat dan segar di mulut. Sambal cabe merahnya juga mantab. Memberi perpaduan rasa antara rasa pedas, gurih ikan kakap bakar dan aroma daun kemangi.
Tapi tunggu dulu. Saya hanya boleh mencicipi sedikit-sedikit sambal cabe merah yang menantang itu. Saya tidak boleh terlalu menuruti apa kata lidah.Tidak boleh banyak-banyak nyambal. Bukan lagi karena larangan simbok saya. Kali ini perut yang memberikan kontrol yang sangat ketat akan kemauan lidah selera saya.
Jaman dulu, ketika saya masih kecil, bila ingin makan ini itu harus menunggu lampu hijau dari simbok. Misalnya minta jajan apa, sebagai anak yang belum punya uang sendiri, maka keputusan membeli ada di tangan simbok. Bila ingin makan makanan yang bisa didapat tanpa membeli, seperti buah kedondong, mangga, belimbing dan lain-lain, lagi-lagi saya harus menunggu restu dari simbok. Kecuali saya siap dimarah-marahin.
Tunggu bila saya sudah besar nanti –ketika itu gerutu saya– bila saya sudah besar, sudah bisa mencari uang sendiri, sudah tidak tergantung dengan simbok, saya akan membeli makanan apa saja dan makan apa saja semau saya. Sekarang giliran hampir semua jenis makanan bisa saya dapatkan baik secara gratis maupun dengan membeli, keinginan masa kecil saya untuk bisa makan apa saja tetap belum terpenuhi.
Sekarang kontrol makanan saya bukan ada pada simbok, melainkan perut saya.
Kayaknya enak tuh… (ngiler.com)
Ikan bakar memang paling enak, tapi kalau bisa saya pilih ikan pepes karena lebih sehat :).