Sebagai orang awam yang tidak tahu apa – apa tentang penentuan awal dan akhir Ramadhan, saya selalu kebingungan mendengar dan membaca pendapat – pendapat yang hampir tiap tahun bersikukuh dengan dalil masing – masing. Termasuk perbedaan kapan Iedul Fitri jatuh di Indonesia pada tahun 2011 kali ini. Apakah akan dijatuhkan pada tanggal 30 Agustus 2011 atau pada tanggi 31.
Dalam tulisan ini saya menggunakan patokan Masehi karena bisa jadi ada yang tidak sepakat kalau sekarang adalah tahun 1432 Hijriyah. Hehehe.
Bagi saya, kalau ditanya kapan akan ber-shalat Ied, jawaban saya sederhana. Tergantung kapan di lapangan di desa dimana saya tinggal menyelenggarakan shalat Ied. Untuk sementara saya melupakan Indonesia.
Sepanjang yang saya ingat, di desa dimana saya tinggal belum pernah menyelenggarakan baik shalat Iedul Fitri atau Iedul Adha sebanyak lebih dari satu kali. Bagi saya, bila saya tidak sepakat dengan hari kapan shalat Ied dilaksanakan di desa dimana saya tinggal, kemudian saya mengajak orang – orang menyelenggarakan shalat Ied pada hari yang saya anut, itu tidak akan lebih maslahat. Malah – malah menambah mudharat baru.
Tidak kalah pentingnya, saya menghormati siapapun yang menyelenggarakan Shalat Ied dengan keyakinan pada hari apapun. Saya tidak pernah menganggap penyelenggaran Shalat Ied di desa dimana saya tinggallah dilaksanakan pada hari dan tata cara yang paling benar.
Tadi saya membaca pendapat di link ini yang menuliskan bahwa bila shalat Ied diselenggarakan secara seragam oleh lebih banyak orang akan lebih baik untuk syiar Islam, maka pendapat saya adalah meskipun Shalat Ied dilaksanakan dengan penuh keyakinan dan kekhusukan pada hari yang berbeda – beda tetapi di antara sesama umat bisa saling berdampingan, rukun, dan saling menghormati perbedaan itu adalah bentuk syiar yang amat sangat bagus.
Asal dilaksanakan dengan penuh keyakinan, menurut saya, penyelenggaraan shalat Ied di desa saya tidak perlu disamakan dengan apa yang diselenggarakan di desa tetangga. Dan tidak perlu menganggap hari dan tata cara shalat Ied di desa dimana saya tinggal lebih benar dari desa – desa sekitar.
Apa jelek misalnya ada warga di desa saya yang mudik dari Jakarta dan terjebak macet sehingga terlambat shalat Ied di lapangan desa kemudian ikut melaksanakan shalat Ied di desa tetangga yang kebetulan pada lebaran kali ini diselenggarakan pada hari setelah desa saya menyelenggarakan. Dan sebaliknya, bila kebetulan di desa dimana saya tinggal menyelenggarakan belakangan. 😀
Saya menyicil mengucapkan Salam Iedul Fitri dari desa yang sedang dilanda kekeringan rutin musim kemarau. 🙂
pendapat yang sangat baik dan universal
Mas Jar, ikut pemerintah saja lah…
Saya mohon maap lahir dan batin, ya Mas… 😐