Tribun Jogja adalah koran yang kesekian yang menerapkan price tag Rp 1.000. Sebelumnya saya telah menemukan bacaan di warung – warung sarapan koran – koran dengan price tag Rp 1.000. Seingat saya, yang paling dulu membandrol koran dengan harga Rp 1.000 adalah Meteor, Merapi, Harian Jogja Express Gunungkidul, dan apa lagi?
Pertanyaan:
- Apakah anda mengkonsumsi berita dari media cetak koran/majalah? Bila YA, tiap hari atau kadang – kadang? Atau jarang?
- Kenapa belakangan ini di daerah dimana saya tinggal marak dengan media cetak harga Rp 1.000? Bagaimana di daerah Anda? Apa iya harga cetak dan kertas koran makin murah?
Bila jawaban Anda untuk pertanyaan pertama adalah “kadang – kadang/jarang”, barangkali itulah sebab kenapa marak koran Rp 1.000,- . Makin melambungnya populasi onliner yang kini mewabah sampai ke pelosok kampung negeri adalah ketakutan media cetak. Sulit dibantah media berita online yang hampir realtime atau sudah realtime?, merupakan ancaman serius buat semua koran cetak. Di internet ada banyak pilihan media yang bisa dipilih dan kebanyakan gratis. Jadi bila ragu akan pemberitaan satu media akan mudah sekali membandingkan dengan media berita lain. Media online juga bisa interaktif dengan fitur commenting, discussion dan sharing. (dengan bantuan social media) Dan seabreg kemudahan lain. π Onliner cukup membayar koneksi internetnya saja.
Lho ini nanya – nanya kok dijawab sendiri :))
Jadi apa sebenarnya harga merupakan satu satunya senjata bagi media cetak koran. Membaca koran cetak barangkali berakhir pada generasi simbok bapak saya.
Posted with WordPress for BlackBerry 1.5
sejak kenal dengan inet, jadi ga pernah langganan koran mas… π
Saya tidak memiliki kebiasaan membaca koran sejak kecil, kecuali kalau sempat menemukan selembar di tempat umum, seperti ruangan tunggu (baik di bandara atau di tempat potong rambut) :).
Tapi bisa jadi, apalagi jika tablet PC semakin marak, media berita daring akan semakin diminati.
moga2 aja koran ga laku, biar pohon2 ga dibabat terus buat bikin kertas π
tapi kasian juga ya nanti sama yang kerja di percetakan2 koran. mmm … dilema π
hehehe….
industri media memang makin marak
perang harga menjadikan koran hanya sebatang rokok
salam sukses..
sedj
waktu kuliah koran seribuan memang menyenangkan, sekarang bacaannya ya blog mas jarwadi ini π
kalo di kota saya adalah surya yang seribuan…. inetnya surya co.id
huehehehe..ini survey diri sendiri kak? hihihii…
oh ya, murah banget 1000? apa mungkin karena masih baru? baru tahu kalo ada tribun jogja. π
Saya juga sering melihat para lopernya menjajakan di lampu merah jalan Sudirman dekat Gramedia dan di Malioboro dekat Tugu Jogja. Ya, meski 1000 itu sangat murah kalau saya masih lebih tertarik baca koran lewat internet. π
Menurut pendapat saya kalau yang bacaan jenis straight news sepertinya koran akan ditinggalkan dan orang lebih senang baca lewat internet karena cepat dan murah (gratis). Kecuali yang berita sejenis feature kalau saya masih memburu yang cetaknya karena yang online masih jarang, Mas. Kebanyakan berita online isinya straight news. Dibaca besok sudah basi mirip dengan koran.
Saya mempunyai Ipad, namun menurut saya, membaca koran cetak tetap mempunyai keasyikan tersendiri dibanding membaca berita lewat internet. yg pasti tidak takut terjatuh, terbakar atau bahkan dicopet..