Kisah konyol ini terjadi ketika siang ini saya yang sedang menderita radang tenggorokan sedang perlu untuk banyak – banyak meminum air mineral atau air putih jernih yang bersuhu ruangan. Tau sendiri, radang tenggorokan tidak mau toleran dengan minuman dingin atau minuman panas. Apalagi minuman bergula seperti teh panas kental manis kesukaan saya.
Sambil memendam rasa konyol dalam hati dengan bibir menahan ketawa, apa yang saya lakukan tadi adalah menuangkan air panas dari kran dispenser sebanyak kira – kira sepertiga tempat minum, kemudian sedikit demi sedikit menuanginya lagi dengan air dari kran berwarna hijau yang bersuhu dingin. Saya berhenti menuangkan air dingin setelah saya rasa mendapatkan suhu yang sesuai.
Pikir saya, betapa mubadzir perilaku seperti ini memboroskan energi. Salah saya? Atau salah orang yang mendesain Dispenser yang sok punya asumsi bahwa orang itu hanya minum air panas atau air dingin 😀
salah sampeyan nooo 😛
kenapa ndak ambil air panasnya aja,
terus tunggu barang sebentar
baru deh ditenggak 😀
jangan biasa nyalain orang lain hihihihi
Dispenser yg di kantor saya ada tiga channel: air panas, air suhu ruangan (sedang) dan air es
kebiasaan jaman sekolah bawa botol berisi air mineral revil-an dari rumah patut diulang kang 😀
tomorrow maybe diemukan dispenser yang ada tombol pengattur suhunya digittal, jadi mau minum suhu brapa aja tinggal masukkan angkanya. hahahah :))
salam kenal mas, kunnjung balik, link exchange jugah kalo mau :))
Mungkin dispensernya perlu keran ketiga, yang suhu airnya wajar-wajar saja :D.
Lah, selama ini kalo saya radang tenggorokan saya minumnya air hangat. Enak buat tenggorokan. Memang jangan minum dingin. Terlalu panas juga apalagi. 😆
Kalau air panas di campur dengan air dikin menyebabkan perubahan suhu yang tidak menentu. Dan akibatnya gelas bisa pecah. Kalau anda sedang sakit radang tenggorokan, cobalah untuk minum teh hangat (tanpa air dingin)!!!
anyes rek … 🙂
gajelas
elu dah yang gajelas