Me?

Saya mempunyai ribuan, atau puluhan ribu koleksi foto yang saya simpan dalam beberapa harddisk. Koleksi  yang saya kumpulkan dari sekitar tahun 2002 itu terus bertambah sampai sekarang. Foto – foto yang saya jepret dengan bermacam – macam camera, baik camera pinjaman maupun camera saya sendiri. Ada foto – foto yang saya jepret dengan Camera DSLR, Pocket Camera dan kebanyakan memang dijepret dengan Camera pada ponsel. Tahu sendiri, saya sangat suka dengan foto – foto candid.

Bagi saya, foto – foto merupakan rekaman hidup. Kehidupan narsisme saya sendiri, kehidupan sosial dimana saya tinggal dan berinteraksi, dan sebenarnya adalah kehidupan dari ide – ide saya. Karena apapun foto yang saya jepret, pasti ada ide dibelakang kenapa suatu obyek harus difoto. Foto yang saya ambil adalah gambaran dari angel seperti apa pikiran saya memahami sebuah peristiwa. Seberapa miring pikiran saya dibanding standard orang kebanyakan.

Nah, melihat – lihat foto – foto jepretan pribadi dalam rentang beberapa tahun saya rasakan seolah melihat pertumbuhan ide – ide dan kedewasaan saya dalam melihat dan menyikapi peristiwa – peristiwa. Hihi, dan ketahuan kalau kedewasaan saya tidak begitu bertumbuh :D. Ketrampilan menfoto juga tidak cukup berkembang. 😀

Selain dari visual dan komposisi foto – foto jepretan pribadi itu, ada yang disebut metadata. Informasi yang berisi waktu pengambilan gambar yang bisa dimanfaatkan oleh software photo managemen untuk mengatur koleksi gambar itu berdasarkan urutan waktu. Metadata juga berisi spesifikasi teknis dari sebuah foto, katakanlah itu, dijepret dengan camera apa, mereknya apa, pengaturan focus, exsposure, flash, zoom, lens, interpolasi, kompresi, dll

Unsur metadata yang belakangan saya rasakan penting adalah geo-location/geo tagging. Yang mana informasi ini akan membantu saya menemukan dimana suatu gambar dijepret. Mengapa? Karena banyak sekali foto – foto saya itu yang mana saya kehilangan petunjuk dimana telah menjepretnya.