Seyognyanya Bulan Desember 2016 sampai kira-kira Bulan April 2017 saya berencana untuk menjalani program base training secara mandiri. Bulan-bulan berikutnya saya ingin memasuki program training untuk kategori Full Marathon Jakarta Marathon 2017 yang akan diselenggarakan kira-kira akhir Oktober tahun ini.
Base training yang saya rencanakan merupakan sebuah program yang ringan, yang berisi utamanya berlatih di zona easy pace baik short, medium, maupun long run. Utamanya very easy long distance running. Inilah alasan kenapa pada bulan Desember lalu saya mengadopsi sebuah sepatu yang saya perkirakan nyaman digunakan untuk berlatih di zona very easy long distance running. Sepatu itu adalah Nike Lunarglide 8.
Pertanyaannya: Apakah Nike Air Zoom Pegasus 33 saya sudah tidak cukup untuk kebutuhan ini?
Nike Air Zoom Pegasus 33 dirancang untuk memenuhi kebutuhan daily training. Sepatu yang mengakomodasi berlatih lari di track, road maupun light trail. Sepatu yang bisa digunakan untuk medium maupun easy pace baik untuk jarak pendek sampai long distance running.
Permasalahannya meskipun sepatu ini juga dirancang untuk berlatih easy pace, namun menurut saya sepatu ini terlalu responsif. Berdasarkan pengalaman saya menggunakan selama 3 bulan, sepatu ini selalu merangsang emosi saya untuk berlari lebih keras dari program latihan yang seharusnya. Sekali lagi tentu ini merupakan preferensi pribadi yang melatar belakangi saya untuk mencari sepatu yang punya karakter lebih “easy”. Dari membaca sana-sini saya mendapatkan Nike Lunarglide mempunyai karakter yang empuk “tidak begitu responsif”, ringan dan nyaman dipakai untuk very easy long run. Baca lebih lanjut