Apa yang saya perhatikan sekarang ini semakin tidak menarik dalam banyak acara, baik itu acara formal, semi formal sampai acara santai adalah Pidato Sambutan. Kebanyakan orang yang hadir di suatu acara saya lihat kurang memperhatikan apa yang disampaikan seseorang dalam pidato sambutan. Orang-orang lebih memilih untuk ngobrol sendiri dengan orang-orang di dekatnya, makan minum atau lebih parah lagi mainan gadget. Lebih parah lagi merokok.
Tetapi dimana-mana di Indonesia, dari kampung dimana saya tinggal sampai acara yang diselenggarakan oleh kampus dan perkantoran, terutama perkantoran pemerintah, pidato sambutan seolah menjadi hal yang wajib ada. Acara sambutan bahkan tidak hanya sekali. Ada banyak sekali pidato sambutan mulai dari pidato ketua panitia, pidato ketua RT sampai pidato dari pejabat setempat.
Pidato sambutan yang berderet-deret itu entah diperhitungkan atau tidak telah menghabiskan banyak waktu sampai waktu untuk acara inti sendiri menjadi terbatas. Malah sampai hadirin menjadi bosan di tempat acara. Suasa menjadi semakin kurang kondusif. Dan acara inti sendiri menjadi kurang mendapat perhatian sepenuhnya. Dan itu menurut saya bukan kesalahan hadirin sebenarnya.
Tulisan ini tiba-tiba saya buat karena saya teringat beberapa waktu yang lalu ketika kami diundang menghadiri suatu acara, beberapa orang yang diminta memberikan kata sambutan seolah tidak tahu waktu dan tidak nyadar bahwa apa yang beliau sampaikan sebenarnya tidak diperhatikan oleh warga yang hadir.
Pidato Sambutan sebagai bagian acara kebanyakan merupakan untuk memberikan penghormatan kepada seseorang misalnya tokoh masyarakat atau pejabat setempat. Sebagai penghormatan ini terdengar “jawa” sekali. Atau dengan istilah lain bentuk dari “ewuh pakewuh”. Tetapi sebenarnya begitu.
Ini tantangan bila kita sendiri ingin membuat acara. Kita yang jadi panitianya. Bisa menanggalkan budaya ewuh pakewuh atau tidak. Berlebihan saya pikir kalau kita hanya “mengatakan dalam hati” agar bapak yang berpidato sambutan agar tidak berlama-lama dan tahu diri. hehehe
sewaktu kecil, pidato/sambutan adalah hal yang membosankan. dan acara yg ditunggu adalah acara ‘membaca doa’ atau ‘ramah tamah’. karena biasanya setelah berdoa, pasti acara makan2. demikian juga dg ramah tamah, ga tau kenapa kok artinya menjadi makan2, kalau di suatu acara 😀
tapi saya seneng dg sambutan yg tanpa teks. biasanya lebih natural dan ga membosankan. pernah 2 kali menonton sambutan di TV yang menurut saya ga membosankan. pertama, pidato2 Jokowi. kedua, pas acara pembukaan silaknas ICMI (nonton di TVRI).
seringnya pidatonya panjang bikin ngantuk, jadi isinya tidak ada yang sampai 🙂
iya kadang sebel juga tuh sama acara yang isinya pidato doang… padahal mau lihat acara yang seru seru ya…