Gunungkidul, selain dikenal sebagai daerah yang tandus, kering dan identik dengan kekurangan air juga dikenal dengan terdapatnya beragam sumber pangan dan aneka kuliner. Mulai dari kuliner yang biasa-biasa saja seperti thiwul, gethuk, nasi gaga dan lain-lain. Sampai kuliner yang luar biasa. Atau orang-orang menyebutnya sebagai ekstrim kuliner.
Beberapa waktu lalu, teman-teman blogger yang diajak jalan-jalan jelajah gizi oleh Nutrisi Bangsa sudah banyak bercerita tentang pengalaman mereka mencicipi aneka panganan khas Gunungkidul. Termasuk pengalaman mencicipi belalang goreng. Teman-teman blogger itu menyebut khusus belalang goreng sebagai kuliner ekstrim yang pernah mereka coba. Menyebut belalang goreng sebagai ekstrim kuliner memang tidak salah.
Namun apabila teman-teman blogger itu melakukan jalan-jalan jelajah gizi pada pekan-pekan ini, tentu mereka akan berkesempatan mencicipi kuliner yang lebih ekstrim dari belalang goreng. Yaitu ungkrung goreng. Atau orang-orang menyebutnya enthung goreng. Enthung atau ungkrung adalah bahasa Jawa, yang dalam bahasa Indonesia disebut kepompong. Enthung goreng pada kenyataanya bukan hanya kepompong saja, Enthung goreng terdiri dari campuran antara kepompong dan ulat yang dalam proses menjadi kepompong, dalam bahasa Jawa disebut mudhel, yang digoreng.
Kuliner ungkrung (enthung) goreng adalah jenis kuliner ekstrim yang musiman. Ungkrung goreng tidak bisa ditemukan sewaktu-waktu di Gunungkidul. Ungkrung goreng hanya bisa ditemukan di awal musim penghujan dimana daun-daun pohon jati sedang mulai tumbuh menghijau. Ungrung yang digoreng ini berasal dari metamorfosa ulat pemakan daun pohon jati. Orang-orang Gunungkidul menyebutnya “ulat jati” atau “uler jati”.
Kuliner ekstrim dimana-mana membawa pengalaman sendiri-sendiri bagi masing-masing orang, ada yang menyebutnya menjijikan, ada yang menyebutnya bikin ketagihan, ada yang biasa-biasa saja. Pengalaman mencicipi kuliner ungkrung goreng tentu bukan untuk saya jawab. Sebagai putra Gunungkidul, saya merasakan biasa-biasa saja. Saya sudah terbiasa menikmati ungkrung goreng sejak masih anak-anak dulu. 🙂
Ungkrung goreng di dalam piring yang fotonya saya pasang di atas saya nikmati kemarin petang sambil nonton TV, hihi. Saya mendapatkan ungkrung-ungkrung itu dengan mudah dengan mencari di sekitar pepohonan jati di lingkungan dimana saya tinggal. 🙂
Anda tertantang mencicipi?
Haaa….ini lebih ekstrem dari belalang goreng ternyata, Yah aku mah pasti ora wani Mas hehehe
melihatnya dijual ditepi jalan aja udah bikin saya merinding pak.. 😀
eh, kok saya komen pake WP?
Di tempat saya lagi musim ulat jati… kira2 sama gak ya ama ulat nya gunung kidul?? Hihi…
Saya kok jijik melihatnya hikz
gerak2 gitu gak pas dimakan? 🙂
leg niar yoo wes kabooorrrr, liat uget2 gitu udah geli sendiri mas, mana mau buat makannya, heheheheheh 😀
Berminaaat…
Tapi males ke Gunung Kidulnya 😀
Sebenarnya ane penasaran kepingin makan, kalo belalang udah sering tapi yang satu ini belum pernah *Berharap dapat kiriman dari GK*
wow! *tutupmata*
Ping balik: Ini 9 Alasan Manusia Harus Mulai Lebih Sering Makan Serangga! Ini Semua Demi Kebaikan Alam – zaki
Ping balik: Ini 9 Alasan Manusia Harus Mulai Lebih Sering Makan Serangga! Ini Semua Demi Kebaikan Alam | Artikel Gaya Hidup
Ping balik: Ini 9 Alasan Manusia Harus Mulai Lebih Sering Makan Serangga! Ini Semua Demi Kebaikan Alam | NAA
Ping balik: Ini 9 Alasan Manusia Harus Mulai Lebih Sering Makan Serangga! Ini Semua Demi Kebaikan Alam - UP Station