Ada yang tahu, kapan bulan Bahasa Indonesia. Benar bagi yang menjawab bulan Oktober. Bulan lalu. Bagi yang tidak tahu bulan bahasa jatuh pada bulan apa, itu persis dengan saya. Saya juga tidak tahu sampai saya kemarin membaca sebuah artikel di suatu koran dinding.
Sebuah artikel berjudul “Bahasa Indonesia, Mau Dibawa Kemana?” ini berusaha mengingatkan kita semua tentang arti penting sebuah bahasa, terutama Bahasa Indonesia. Artikel yang bertujuan bagus untuk mengingatkan “Bahasa Indonesia” ini entah apakah mendapatkan perhatian dari pembaca atau tidak sehingga pesannya tersampaikan. Namun setidaknya artikel ini telah berhasil menarik perhatian saya.
Harapan saya mudah-mudahan niat baik ini mendapat sambutan lebih banyak di tengah-tengah ketidakpedulian banyak orang terhadap bahasa nasional kita. Entah diakui atau tidak kepedulian terhadap bahasa, bulan bahasa sekalipun tidak menggaung seperti pada jaman saya masih duduk di sekolah menengah dahulu. Barangkali hal itu terjadi karena semakin rumitnya persoalan hidup di negara ini sehingga permasalahan bahasa ditempatkan dalam skala prioritas yang rendah, bisa dikesampingkan dulu, karena toh tidak akan mempengaruhi apa makan siang kita nanti. π
Dan untuk artikel ini sendiri, sebagai turut peduli saya terhadap bahasa, saya sedikit mengoreksi penulisan kata “Kemana”, yang seharusnya “Ke Mana”. Penulisan judul yang benar menurut saya adalah yang saya gunakan untuk memberi judul tulisan ini. π
Iya, saya juga sering prihatin dengan banyaknya penuturan atau pun penulisan yang salah. Contoh paling gampang adalah penggunaan kata ganti “kita” yang seharusnya sesuai konteks adalah “kami”. Sayangnya media tidak membantu memperbaikinya.
saya percaya bahasa Indonesia akan tetap jaya walaupun banyak bahasa prokem.. Dulu aku sempet kuatir waktu bahasa gaul ala mbak Debby Sahertian muncul.. sempet tuh nulis di blog ku beberapa tahun lalu, dan faktanya bahasa gaul itu meredup dengan sendirinya. dan kalo sekarang muncul bahasa ciyus miapah, aku pikir itu sifatnya juga sementara aja..
hmmm setelah memperhatikan lagi, kalimatku diatas juga beberapa tidak EYD.. bahaya ini. hahahahahaha
saya malah senang banyak bahasa-bahasa pergaulan yang muncul. itu malah memperkaya budaya kita. Bahasa Indonesia tetap bahasa yang resmi. π