Dalam suatu majelis, seorang jamaah bertanya ke Nasrudin.
“Mullah, apa itu nasib?”
“Maksudnya?”
“Begini, “Nasrudin menatap si jamaah dengan serius. “Kalau kamu berasumsi suatu kejadian baik akan terjadi, tapi tidak terjadi –kamu menyebutnya ‘nasib buruk‘. Kalau kamu berasumsi kejadian buruk akan terjadi, tapi tidak terjadi –kamu menyebutnya ‘nasib baik‘”.
“Kamu berasumsi suatu hal akan terjadi, tapi kamu tidak tahu masa depan –kalau kamu salah tebak, maka kamu menyebutnya ‘nasib‘.”
Siapa sih yang tidak nyengir membaca kisah-kisah Nasrudin Hodja. Saya adalah salah satu orang yang tidak pernah bosan untuk senyum-senyum seorangan membaca cerita-cerita Nasrudin yang tak berzaman itu.
Cerita Nasib Baik ini hanya saya ceritakan kembali di blog ini. Tidak apa meskipun cerita yang sama telah bertebaran di internet sejak lama. Biar dikata orang menggarami lautan tetapi beberapa hari terakhir ini saya sedang belajar mengalami sendiri apa yang disebut nasib belum baik dan nasib baik.
Saya ingin optimis bahwa setiap pengalaman nasib merupakan langkah-langkah menuju nasib baik agar bisa diambil hikmah dan pelajarannya. 🙂
Semoga senantiasa bernasib baik ya, Mas.. 🙂