Kemarin sore saya memutuskan untuk mengganti instalasi ubuntu pada laptop. Melakukan fresh install bukanlah masalah. Cukup dengan mem back up data – data seperlunya. Tidak banyak. Cuman 8,3 Gb yang bisa selesai dalam beberapa menit.

Berbeda dengan versi instalasi sebelumnya, kali ini saya menginstall ubuntu 64 bit. Bukan untuk maksud yang sangat serius sih. Cuman rasanya mubadzir saja laptop yang berprosesor arsitektur 64 bit dari intel ini bila hanya diinstall SO 32 bit.

Tentu saja saya siap dengan konsekuensi bila kemudian akan ditemukan banyak kendala dan menemui jawaban yang bisa diberikan oleh google akan lebih sedikit.

Dalam beberapa menit, sangat cepat, proses instalasi terselesaikan dan meminta restart. Sampai pada grub (bootloader), di sini sudah kelihatan ada masalah. Instalasi windows 7 tidak muncul dalam pilihan boot. Melanjutkan booting dan menenangkan diri akan kekhawatiran terhapusnya Windows. Sampai disini saya masih yakin tidak melakukan kesalahan seperti terhapusnya partisi secara tidak sengaja. Pikir saya, nanti grub bisa di edit secara manual.

Proses booting Lucid Lynx memang sangat fantastis. Dalam hitungan saya kurang dari 15 detik. Mengamati satu demi satu detil dari aplikasi dan default Lucid yang mana saya belum menemukan masalah sebelum saya me restart untuk memastikan instalasi berjalan tanpa banyak masalah.

Hal pertama yang saya lakukan setelah booting ke dua adalah tentang grub. Tidak mau gegabah, saya mencari tahu dengan meminta petunjuk mbah Google. Maka saya mencolokan ponsel Sony Ericsson K810i untuk diperuntukan sebagai modem. K810i langsung dapat dikenali dan setting telkomsel flash mulus melalui wizard. Kembali ke masalah grub. Kegagalan grub mengenali file system NTFS 3g pada windows 7 ternyata banyak ditemui pada Lucid release candidate. Solusinya sederhana update grub dengan sudo grub update . Dan benar setelah direstart, saya berhasil booting ke Windows 7.

Selanjutnya tentu saja saya ingin menambahkan beberapa aplikasi sesuai kebutuhan di Lucid. Tidak dengan mendownload dari internet melalui Telkomsel flash, bisa dibayangkan akan habis berapa banyak waktu, saya ingin menggunakan file deb dan bin yang pernah saya peruntukan untuk Karmic Koala 32 bit. Apes nasib, aplikasi untuk 32 bit tidak mau jalan untuk 64 bit. Kali itu saya memutuskan untuk melanjutkan esok harinya dan menghabiskan waktu semalam untuk menjajal IM dan email client, dan browsing – browsing.

Nah, seluruh tadi pagi saya gunakan untuk menyelesaikan instalasi. Melaui software center saya menambahkan multimedia codec, ttf, flash player, java, wine, samba, adobe reader, freemind dan lain lain. Termasuk GIMP yang dihilangkan dari instalasi default.

Masalah muncul ketika saya akan menginstall Adobe AIR. Adobe belum menyediakan binary untuk 64 bit. Tapi dari situsnya disediakan tutorial untuk menjalankan aplikasi ini. Selengkapnya bisa dibaca di sini. Benar. AIR bisa jalan dan digunakan untuk menafasi Tweetdeck, Destroy Twitter dan Seismic.

Untungnya Opera dan Chrome menyediakan versi 64 bit nya. Beberapa aplikasi seperti gKamus memang sampai saat ini saya belum menemukan versi 64 bit.

Yang sampai saat ini belum saya temukan adalah bagaimana menjalankan Printer IP 1980 dan Canon Multifunction Printer. Atau solusinya saya memang harus beli printer yang plug and play dengan Lucid 64 bit? Mudah – mudahan sambil jalan akan ditemukan titik terang.

Sedikit pertanyaan adalah ketika disaat maraknya arsitektur procesor 64 bit namun belum banyak dimanfaatkan oleh developer dan produsen software untuk mengembangkan aplikasi dan driver untuk sistem operasi 64 bit, terutama di Linux?

Mengenai performa dan review Lucid Lynx mungkin suatu saat saya posting terpisah.