Untuk bepergian dari kota kabupaten saya di Gunungkidul ke kota – kota besar lain di pulau Jawa, bus merupakan moda transportasi yang menjadi pilihan masyarakat. Alasan memilih moda transportasi bus untuk bepergian bagi kebanyakan masyarakat umumnya adalah karena murah, bisa berangkat dari mana saja dan ada banyak tempat penjualan berbagai jenis bus antar kota antar propinsi.
Itu dulu. Sampai penghujung tahun 2010 -an. Setelah tahun 2010 ada banyak hal berubah terkait moda transportasi antar kota antar propinsi pilihan masyarakat. Perubahan pilihan moda transportasi itu antara lain disebabkan oleh: tuntutan masyarakat akan moda transportasi yang lebih nyaman, lebih aman, lebih cepat dan lebih berkelas. Untuk mendapatkan semua tuntutan baru tersebut masyarakat semakin rela untuk mengeluarkan ongkos lebih.
Pilihan moda transportasi yang dianggap nyaman, aman, cepat dan lebih berkelas kemudian adalah kereta api dan pesawat udara. Kereta dan pesawat yang dulu dianggap mahal, berkat pertumbuhan ekonomi yang baik, akhirnya semakin terjangkau. Apalagi setelah dalam beberapa tahun belakangan marak di Indonesia dan belahan dunia lainnya apa yang disebut LCC, low const carrier atau penerbangan berbiaya murah.
Tak ayal saya pun mulai beralih ke moda transportasi yang bisa mengatarkan saya dari Jogja ke Jakarta hanya dalam watu satu jam saja itu dengan biaya yang relatif terjangkau.
Pertumbuhan moda transportasi kereta api dan pesawat harus diakui kemudian berkembang amat pesat. Terutama pesawat udara komersial, pertumbuhannya yang amat pesat membuat bandar udara atau air port satu – satunya yaitu Bandara Adi Sucipto menjadi kelebihan kapasitas alias tidak lagi cukup menampung lalu lintas penerbangan sipil.
Sebagai antisipasi kelebihan muatan bandar udara Adi Sucipto di Yogyakarta dibangunlah bandar udara khusus penerbangan sipil. Bandar udara baru tersebut terletak bersebelahan dengan Pantai Glagah – Kulon Progo. Sebuah bandara berkapasitas besar, bertaraf internasional dan melayani penerbangan baik domestik maupun internasional yang rencananya akan dibuka pada bulan April ini.
Yogyakarta mempunyai badar udara penerbangan sipil yang baru dan megah merupakan kebanggaan dan kabar baik bagi kebanyakan warga Jogja. Meski harus diakui akan baik dan buruk, menguntungkan atau kurang menguntungkan dampak dari perpindahan bandar udara yang dulunya amat dekat dengan pusat kota ke suatu daerah yang dari pusat kota sejarak kurang lebih 40 km.
Bagi saya pribadi memang menjadi rasa senang sekaligus juga sedikit sedih. Mengapa? Karena jarak dari rumah saya di Gunungkidul ke bandar udara baru adalah lebih dari 80 km. Membutuhkan waktu tempuh perjalanan kurang lebih dua setengah jam mengendarai mobil pribadi. Bandingkan dengan jarak dari rumah saya ke bandar udara lama Adi Sucipto yang bisa ditempuh dalam waktu satu jam saja.
Untuk menempuh perjalanan darat ke bandara baru yang membutuhkan waktu dua setengah jam tentu membuat saya berpikir ulang menggunakan pesawat bila hanya mau bepergian ke Jakarta atau Bali. Saya rasa tidak elok berangkat ke Jakarta dengan 1 jam perjalanan udara dengan didahului dua setengah jam perjalanan darat. Berangkat terbang dari bandara baru di Kulon Progo hanya masuk akal apabila saya akan bepergian jauh seperti ke kota kota di luar jawa atau ke kota kota di luar negeri.
Sesuatu yang membuat saya berpikir ulang untuk menggunakan moda transportasi alternatif ketika bepergian ke kota kota lain di Pulau Jawa dan sekitarnya. Mempertimbangkan kembali moda transportasi lama yaitu bus. Kenapa memilih lagi moda transportasi bus? Moda transportasi bus antar kota antar propinsi berangkat dari banyak titik di berbagai bagian kota Jogja bahkan di kota kecil seperti Wonosari di dekat rumah saya.
Lama tidak menggunakan moda transportasi bus, rupanya moda itu kini banyak berubah dan mencuri perhatian. Sesuatu yang dulu tidak pernah saya duga dan tak dinyana. Moda transportasi bus kita mempunyai banyak pilihan, banyak sekali rute perjalanan dan banyak sekali kelas perjalanan mulai dari ekonomi,bisnis, eksekutif sampai VIP.
Menariknya, moda transportasi bus antar kota antar propinsi kini mempunyai fasilitas mirip dengan pesawat dan kereta api. Termasuk kenyamanan dan kemudahan dalam membeli tiket secara online dengan berbagai rute dan harga tiket terbaru. Melihat – lihat rute dan harga terbaru PO bus Gunung Harta yang praktis dan update saya kira akan membuat siapapun merasa terbantu mendapatkan tiket bus kapan saja untuk keberangkatan kapan saja kemana saja.
Membaca tulisan saya bisa jadi kita masih ragu sebelum kita benar – benar mencoba cara baru bepergian dengan menggunakan moda transportasi bus.
kelak kalau jembatan srandakan 3, jembatan kretek 2 dan kelok 18 selesai dibangun, seharusnya waktu tempuh gunungkidul – kulonprogo lewat JJLS bantul lebih cepat. ming yo kapan lhawong sampai sekarang masih belum dimulai. masih PR besar untuk integrasi intermoda angkutan umum di DIY. semoga segera terealisasi.
tapi memang bener mas kalau cari kenyamanan berbanding harga, bus mengalahkan kereta secara telak. naik bus harga 200an ribu sudah dapat kursi nyaman dan servis makan, di kereta masih kursi tegak saling berhadapan dan itupun kalau weekend sudah 300 ribu. hanya saja waktu tempuh yang tidak pasti jika dbanding kereta yang bikin saya masih pilih roda besi.
terakhir naik bus ke bali sih gra2 kehabisan tiket kereta
naik safari darma raya klo ga salah
2 tahun lalu hehehe