Sebuah laptop berwarna hitam. Hitam dof. Pilihan warna yang selama ini jarang bila bukan tidak pernah digunakan oleh ASUS. Namun kali ini warna kalem ini dipilih untuk salah satu produk ultrabook premium yaitu Zenbook Pro, UX550. ASUS tidak salah memilih warna. Dipadu dengan logo ASUS yang khas di tengah-tengah dan pola zen circle yang khas membuat lini produk laptop premium ini menunjukkan kelas dan jati dirinya, elegan.
Serta merta saya merasakan warna gold yang digunakan oleh Zenbook UX303UB milik saya menjadi biasa-biasa saja. Tak akan saya pungkiri bila ada yang mengatakan saya jatuh cinta pada pandangan pertama.
Saat itu pada acara The Edge of Beyond di Pullman Central Park saya menjadi tidak sabar untuk membuka, menyalakan dan merasakan sendiri secara langsung notebook ini. Selayaknya Zenbook Pro UX550 sebagai sebuah notebook premium, membuka layar notebook ini merupakan pesona tersendiri. Tidak sulit bila tidak mau mengatakan membuka notebook ini dengan satu jari sangatlah effortless. Untuk diketahui membuka layar dengan satu jari merupakan standar test untuk menguji kepremiuman sebuah notebook. Untuk laptop premium tentu ASUS tidak akan bermain-main dengan komponen hinge dan tradisi orang melakukan pengujian ini.
Pesona berikutnya adalah booting yang cepat. Saya bahkan sampai tidak mengamati berapa waktu yang diperlukan laptop ini benar-benar siap dipergunakan sejak kita menekan tombol power. Sejatinya yang seperti ini memang sudah seharusnya dilupakan. Teknologi high speed Solid State Drive, Processor dan BIOS dan Windows 10 OS sangat memungkinkan booting berlangsung sekejap mata.
Tampilan layar yang cerah, natural dan amat detil dan terasa lega adalah pesona yang saya rasakan selanjutnya. Selidik punya selidik rupanya ukuran layar Zenbook Pro UX550 memang lebih luas dibanding UX303UB yang saya pakai. Meskipun sepintas ukuran kedua laptop ini sama. Kali ASUS berhasil menyematkan layar IPS LCD berukuran 15.6” di dalam frame yang biasanya digunakan untuk layar 14” (13.6”). Sesuatu yang oleh ASUS disebut dengan Nano Edge.
Zenbook Pro UX550 mempunyai layar beresolusi UHD 4K (3840×2160). Ini barangkali rahasia mengapa apa saja yang ditampilkan nampak amat detil/pixel detail. Sesuatu yang bukan saja memanjakan indra penglihatan namun pagi video content creator yang bekerja dengan video 4K akan terbantu dalam mengulik setiap footage video tanpa kehilangan detil satu pixel pun. Begitu pula dengan rentang gamut NTSC 100%. Content Creator akan tanpa halangan menjaga konsistensi warna ketika produk kreatif mereka akan ditampilkan dalam beragam display.
Tersebutlah pesona berikutnya terletak di ujung-ujung jari. Kenapa? Karena Zenbook Pro UX550 menjawab kebutuhan akan kenyamanan mengetik dalam sebuah papan ketik sebuah laptop tipis. Zenbook Pro memiliki full size keyboard dengan travel distance 1.5 mm. Lebih shallow 1 mm dibanding Zenbook UX303UB yang saya gunakan. Namun perbedaan yang tak mengorbankan kenyamanan.
Jawaban manis yang saya tunggu-tunggu sebenarnya terletak pada kenyamanan gesture touchpad. Kendala saya selama ini gesture di touchpad touchpad Zenbook memang kurang nyaman, apalagi bila dibandingkan dengan touchpad gesture milik produk buah tetangga. Menyenangkannya touchpad di UX550 ini memiliki kenyamanan yang sudah meningkat. Konon malah sudah Windows 10 certified.
Finger print sensor yang berpadu dengan touchpad bagi saya merupakan nilai tambah tersendiri. Bayangkan ketika secangkir kopi berada di satu tangan seorang content creator sementara ia ingin buru-buru login ke laptop untuk segera mengeksekusi sebuah ide kreatif.
Sesuai khittahnya sebuah ultrabook harus bisa digunakan untuk mengerjakan tugas yang paling demanding dimana saja tanpa mengesampingkan kenyamanan. Ini sebenarnya yang perlu dicoba-coba dengan beragam skenario pekerjaan.
Bobot adalah salah satu faktor penentu portabilitas dan kepraktisan. Zenbook Pro berbobot 1.8 kg. Kira-kira 400 gram lebih berat dibanding UX303UB milik saya. Suatu kenaikan yang masuk akal mengingat laptop ini menggunakan jeroan processor quad core desktop class Intel® Core™ i7-7700HQ Processor 2.8 GHz (6M Cache, up to 3.8 GHz). Processor yang akan memberikan peningkatan kinerja berlipat dibanding processor U (Ultra Low Power) yang jamak digunakan oleh ultrabook mainstream. Grapich Card gaming class Nvidia GTX1050Ti/ GTX1050 4GB VRAM GDDR5 berperforma tinggi pun tak ayal menjadi penyumbang peningkatan bobot keseluruhan notebook.
Sementara salah satu faktor penentu kenyamanan adalah perkara thermal. Saya masih ingat laptop Toshiba Satellite yang pada tahun 2006 -an saya gunakan untuk menjalankan Adobe Premiere Pro. Menjalankan aplikasi video editing di Toshiba Satellite saat itu dalam sekejab membuat seisi ruangan menjadi gerah. Diletakkan di meja saja membuat tubuh saya saat itu berkeringat, tidak terbayangkan apa yang akan terjadi bila saat itu saya menggunakan laptop dalam pangkuan sebagaimana saya mencoba menggunakan Zenbook Pro UX550 saat ini.
ASUS Zenbook Pro UX550 nyaman digunakan karena penggunaan processor intel generasi terbaru yang hemat energi dan inovasi thermal management dual fan yang sangat efektif menghalau panas, efisien dan tidak berisik.
Bagaimana dengan kinerja Zenbook Pro UX550 ini?
Unit yang saya coba saat itu di dalamnya terpasang aplikasi Adobe Premiere CC 2007 yang terkenal haus sumber daya komputasi. Nyatanya notebook premium ini bekerja tanpa masalah dan tanpa panas. Silakan pelajari spec di bawah ini dan yakinlah bahwa seorang video content creator seperti saya akan dengan santai menjalankan aplikasi Adobe Premiere Pro CC 2007, Adobe After Effect CC 2017, Adobe Photoshop CC 2017, Adobe Ilustrator CC 2017, Adobe Sound Both dalam waktu bersamaan.
Pertanyaan berikutnya: What worth spending about IDR 26.000.000,- for a laptop?
Bila dalam waktu 3 sampai 6 bulan kita bisa menghasilkan product atau value senilai 26 juta, kenapa tidak? Toh prediksi saya ASUS Zenbook Pro UX550 masih akan cukup mumpuni untuk mengerjakan tugas-tugas seorang Video Content Creator dalam 2 tahun ke depan.
Main Spec. |
ASUS ZenBook Pro UX550VE/UX550VD |
CPU |
Intel® Core™ i7-7700HQ Processor 2.8 GHz (6M Cache, up to 3.8 GHz) |
OS |
Windows 10 Pro / Windows 10 Home |
Memory |
16GB DDR4L 2400MHz |
Storage |
1TB / 512GB PCIe SSD |
Display |
15,6″ IPS Touch UHD 4K (3840×2160) / FHD Touch (1920×1080) Corning® Gorilla® Glass, 60Hz refresh rate, wide 100% sRGB color gamut, 178° wide-view, ASUS Eye Care for up to 30% blue-light reduction, 7,3mm-thin bezel with 83% screen-to-body ratio in 14” chassis |
Graphics |
Nvidia GTX1050Ti/ GTX1050 4GB VRAM GDDR5 |
Input/Output |
2x USB 3.0 Type-C, glass-covered with intelligent palm-rejection touchpad, Precision touchpad (PTP) support with up to four-finger smart gestures, side-mounted for convenience fingerprint sensor, 2x USB 3.0, 1x HDMI, 1x combo audio jack, 1x micro USB card reader |
Camera |
VGA Web Camera |
Connectivity |
802.11ac Wi-Fi; IEEE 802.11 a/b/g/n compatible, Bluetooth® 4.1 |
Audio |
SonicMaster Premium quad speaker stereo audio with surround-sound, Harman Kardon-certified, smart amplifier for maximum audio performance, array microphone with Cortana voice-recognition support, 3.5mm headphone jack |
Weight |
1.8Kg |
Accesories |
carry bag & USB3.0 to RJ45 cable |
Dimension |
36.5 x 25.1 x 1.89 cm |
Keyboard |
full-size backlit with 1.5mm key travel keyboard |
Special Design |
Alumunium alloy body, diamond cut, elegant and modern lines, iluminated logo |
Battery |
73Wh 8-cell lithium-polymer battery, up to 14 hours battery life, fast-charge technology: 60% in 49 mins |
Colors |
Black |
Warranty |
2 Tahun Garansi Global senilai Rp1.500.000 |
Wah… mahal juga ya? Seharga itu bisa dapat MacBook Pro 15″ yg mgkn bisa bertahan beberapa tahun lebih lama.
Harga yang mahal pastinya sesuai dengan performanya dong ya. 🙂
Dengan spec demikian, nggak kuatir lah soal kinerja. Yang jadi pertanyaan itu kapasitas baterenya seberapa besar? Kalo dipake kerja ngetik2 dan browsing website kira2 mampu bertahan berapa jam?
Ping balik: Terbaru dari Smartfren, Modem WiFi M5 – Gadget, Running & Travelling Light
Menurut saya Asus membanderol produknya terlalu mahal, sudah tidak aneh lagi jika produk VGA miliknya dibanderol ckup tinggi ketimbang pesaingnya.