Seru Seruan di Media Bootcamp Brother di Yogyakarta

Saya bimbang apakah akan menerima tawaran Andre melalui telefon siang itu atau menolak dengan sopan. Meski tanpa berpikir panjang saya mengiyakan undangan untuk mengikuti Media Gathering Brother di Yogyakarta yang akan dilangsungkan pada tanggal 8 – 10 Maret 2017. 2 hari menjelang hari H saya gunakan dengan gegas untuk mengatur pekerjaan-pekerjaan di kantor sebelum saya tinggal beberapa jenak yang akan datang.

null

Meeting point bagi peserta Gathering sesuai di itenary yang dikirimkan kepada para peserta adalah di Handayani Special Culinary di Jalan Laksda Adi Sucipto. Menjelang jam makan siang saya sudah tiba di sana. Sementara teman-teman media yang berangkat dari Jakarta malah sudah jalan-jalan ke Taman Wisata Candi Ratu Boko. Biarlah saya menunggu dulu di resto. Toh mereka tidak setiap saat bisa jalan-jalan ke Candi Ratu Boko, mumpung.

null

Di Handayani Special Culinary ini acaranya memang makan siang saja, sambil diselai dengan perkenalan-perkenalan dengan tim dari PT Brother International Indonesia. Dengan awak media dan blogger yang diundang saya juga belum kenal semua, di sini saya banyak menambah kenalan baru selain berhaha hihi dengan yang sudah kenal baik seperti Rere dan Mbak Injul.

Setelah kenyang makan siang mau ngapain? Tidur? Boleh sih. Tidur di bus dalam perjalanan menuju ke Taman Wisata Alam Kalibiru di Kulon Progo yang meskipun sangat ngehit tapi sekalipun saya belum menginjakan kaki di sana. Nah, kalau ke Kalibiru “mumpung” juga berlaku buat saya.

Ke Kalibiru menggunakan bus menempuh waktu perjalanan kurang lebih 1.5 jam bila jalanan lancar. Bisa pula sampai 2 jam bila jalanan sedang sedikit macet. Cukup untuk menuai sepenggal mimpi bagi yang mengantuk karena kekenyangan. Bagi yang mampu melek sebenarnya sepanjang perjalanan adalah surga hijau persawahan, jalan berkelok dan sungai yang membelah perbukitan. Sayang bukan untuk dilewatkan.

Tidak ada bus yang sanggup mendaki sampai ke Puncak Kalibiru. Itulah kenapa bagi kami para peserta Media Gathering telah disiapkan kendaraan 4 WB, jeep yang siap digunakan untuk off road/ trail. Nah bagi yang selama perjalanan bus tertidur (termasuk saya) kini saatnya memacu adrenalin dengan lalapan pemandangan perkampungan dan perbukitan.

null

Dari Puncak Kalibiru apa yang menjadi pemandangan adalah Waduk Sermo dari ketinggian, dan tentu saja segala panorama alam yang dibentuk oleh perbukitan Menoreh. Itu saja?

Tidak kok. Di sana dipermanis dengan banyak spot foto-foto yang asyik. Semisal mau menambah memacu adrenalin dengan menjajal wahana Flying Fox dan aneka permainan ketinggian juga tinggal pilih, bayar dan lakukan saja.

null

null

Asyik berfoto-foto di spot bundar di Puncak Kalibiru rupanya cukup membuat kami kelupaan, tiba-tiba sudah hampir petang saja. Saatnya kembali ke kota.

Bukan ke Hotel The 101 Yogyakarta seperti yang tertera di itenary, melainkan langsung menuju ke alun-alun utara Jogja, tepatnya ke Royal Garden Resto. Tentu tidak ada yang menolak perubahan ini, suatu perubahan yang mengerti jeritan perut yang sudah melapar. Baru setelah semua hasrat perut terpuaskan kami kembali ke Hotel untuk beristirahat dengan nyaman.

Puncak keseruan terjadi pada hari Kamis, 9 Maret 2017. Semua keseruan itu ada pada sesi Amazing Race, Cultural Amazing Races Brother. Amazing Races ini semacam kuis atau lomba yang memperebutkan hadiah-hadiah keren. Teknisnya kami diberikan sejumlah clue untuk menyelesaikan beberapa tugas untuk diselesaikan pada hari itu juga. Clue dan tugas-tugas itu erat banget dengan budaya, Jogja dan tentunya dengan produk-produk canggih Brother seperti wireless printer, scanner dan mesin jahit elektrik.

null

Saya tergabung dalam kelompok 4 yang tugas pertamanya adalah menemukan karakter-karakter wayang di Pak Sugeng handycraft and puppet gallery. Beberapa saat mempelajari clue yang baru saja kami dapatkan, ternyata letak Sugeng handycraft cukup jauh dari The 1o1 Hotel. Gallery itu ada di kawasan Tamansari, atau sekitar 5 km dari hotel.

Bagaimana kami menuju ke sana dengan biaya semurah-murahnya dan secepat-cepatnya. Kami langsung memesan 2 mobil Go-Car untuk kami bertujuh. Untungnya kota Jogja pada Kamis pagi itu cukup ramah bagi kendaraan, alias tidak macet. Kurang dari setengah jam tim 4 sudah sampai di gallery Pak Sugeng dengan selamat. Tidak langsung masuk begitu saja karena kami harus nanya sana sini sama penduduk setempat. Kami pun tidak nekad dengan membayar retribusi masuk kawasan wisata Taman Sari.

Bagaimana kami menemukan karakter wayang Antareja, Kumbakarno dan lain-lain di antara koleksi Pak Sugeng? Dengan bantuan google image. Serius. Kali Google adalah pahlawan kami. Mencetak foto kelima karakter wayang yang kami temukan dengan Printer Brother di sana amatlah mudah. Tidak perlu rempong, semuanya bisa dilakukan langsung dari Android kami dengan bantuan aplikasi iPrint Brother. Begitu pun dengan men-scan cetakan foto yang telah ditandai untuk kemudian disimpan ke flash disk, karena Printer Brother mempunyai colokan USB yang bisa dicolok langsung dengan flashdisk.

null

Tugas berikutnya adalah menemukan Kalpika Batik Art. Kalpika ini letaknya tidak jauh-jauh amat dari Pak Sugeng, namun karena ada terlalu banyak gallery dan jalan gang bercabang, tidak ada solusi yang lebih cespleng kecuali banyak-banyak bertanya kepada penduduk setempat yang ramah-ramah.

Apa yang kami lakukan di Kalpika Batik adalah: membatik. Langkah pertama yang harus kami lakukan adalah meminta selembar kain, menjahit sisi-sisi kain itu dengan mesin jahit Brother yang telah disediakan di sana. Menjahit dengan mesin jahit yang canggih seperti ini adalah pengalaman baru bagi saya. Pengalaman yang dengan begitu saja menghapus bayang-bayang ribetnya menjahi.

null

null

Memegang canting dan menggoreskannya ke atas kain di Kalpika merupakan pengalaman pertama seumur hidup saya. Jadi jangan tertawakan dan maklumi saja bila batik karya saya merupakan yang terjelek dibanding karya teman-teman saya yang lain dalam satu tim.

Tugas ketiga. Untuk menyelesaikan tugas ke-3 kami bergegas menembus salah satu lorong gelap yang panjang di Taman Sari, menuju alun-alun selatan, Alun-Alun Siti Hinggil Dwi Abad. Di sana kami akan berestafet membecak. Estafet membecak itu bagaimana?

Teknisnya kelompok kami diminta berpencar per 2 orang di rute yang telah ditentukan. Satu anggota tim menjadi pengayuh becak yang telah disediakan, satu anggota tim lainnya menjadi penumpang. Dalam jarak tertentu 2 orang anggota tim lainnya meneruskan estafet mengayuh becak ini. Saya?

Saya menjadi sopir becak, sementara Mas Agus, salah satu anggota tim kami menjadi penumpang. Menjadi penumpang bagi Mas Agus bisa jadi adalah keapesan tersendiri. Kenapa? Karena ia harus beberapa kali loncak menyelamatkan diri dari becak yang hampir menabrak tembok. Ya maaf, ini pertama kali saya mengemudi becak dan rupanya susah sekali mengayuh sekaligus mengarahkan becak ke jalan yang benar. Sampai di penghujung jalan saya hampir menabrak serombongan orang karena saya gagal menghentikan laju becak. Saya bingung bagaimana mengeram. Tuas rem yang saya tarik tidak membuat becak melambat. Astaga, rupanya mengerem becak itu dengan cara menginjak pedalnya, bukan menarik selayaknya hand rem di mobil, Ya ampun.

Sesi kedua Cultural Amazing Race Brother dilakukan setelah jam makan siang. Sebenarnya makan siangnya sendiri adalah bagian dari Amazing Race. Kami harus memilih makan siang ala jogja dengan biaya seirit-iritnya. Modal Rp 500 ribu, harus cukup digunakan untuk transportasi, makan, minum dan belanja-belanji dengan item yang telah ditentukan. Tidak boleh kurang dan sebaiknya sisa sebanyak-banyaknya. Demi alasan berhemat kami makan siang nasi pecel di depan Pasar Beringharjo. Karena lapar sangat mengambil tambah ayam goreng, sate telur, gorengan dan apa saja sampai perut kenyang menjadi pemaaf siang itu. Habinya banyak juga rupanya, hampir Rp 200 ribu.

null

null

Tugas sesi kedua adalah: berfoto wefie ketika makan siang, berfoto wefie di depan tempat-tempat yang melambangkan Jogja (kami ber-wefie di depan Pasar Beringharjo), ber-wefie di depan andong berkuda putih, ber-wefie dengan turis dari Rusia(?), ber-wefie di depan plang jalan Pasar Kembang, ber-wefie di depan pang jalan Malioboro, ber-wefie di depan locomotive Stasiun Tugu, ber-wefie di depan Tugu Pal Putih, mencetak foto icon Jogja di Hamzah Batik (dengan printer multifunction Brother), mencari temporary tatoo di Malioboro, berbelanja di Malioboro dan sing a song dengan pengamen jalanan. Untuk urusan yang di-tatoo sayalah yang terpaksa menjadi relawan.

nullnullnullnullnullnullnullnullnullnullnull

Sedangkan dari sekian banyak tugas yang tidak berhasil kami lakukan adalah sing a song dengan pengamen. Seharusnya mendapatkan pengamen amat mudah dilakukan di depan Pasar Beringharjo, masalahnya ketika kami sudah terlanjur sampai ke Tugu Pal Putih.

Karena keseruhan yang super seru itu memang menguras energi, kami pun melanjutkan dengan jalan kaki ke Hotel untuk beristirahat. Tidak semua tugas tertunaikan tidak apa-apa. Toh hadiah kejuaraan bukan semata yang kami cari. Keseruan, kebersamaan dan persaudaraan dengan orang-orang baru dalam tim kami adalah kemenangan sekaligus hadiah yang tak tergantikan dan tak terlupakan.

nullnullnullnullnullnullnullnullnullnullnullnullnull

Thanks PT Brother International Indonesia telah membawa banyak keseruan ke kota Jogja 🙂

Iklan

5 komentar di “Seru Seruan di Media Bootcamp Brother di Yogyakarta

  1. Wah seru banget ya, pemandangannya juga indah. Udah lama aku gak ke taman sari, pensaran lagi pengen kesana lagi..

    Seru ya ke Malbor rame-rame 🙂

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s