tombo kecelik dari nonton #ngayogjazz2012 kemarin petang youtu.be/_FNkk_-3TNg
— jarwadi MJ (@jarwadi) November 19, 2012
Pertama dan yang paling utama saya telah membagikan hampir satu lagu yang sempat saya rekam dari salah satu panggung, yaitu Panggung Caping, di perhelatan jazz paling unik yang saya kira hanya ada di Yogyakarta, di Ngayogjazz yang untuk tahun 2012 di dihelatkan di desa wisata Brayut, Pendawaharjo, Sleman, Yogyakarta.
Seperti apa yang saya tweetkan di atas, video ini saya sebut “tombo kecelik”, tahu maksudnya tombo kecelik? Maksudnya daripada tidak sama sekali.
Ini bukan lagu dari band yang sebenarnya ingin saya video tape -kan. Ini merupakan pemanasan saya agar tangan ini tidak kaku-kaku untuk menggerakan kamera portable karena gugup terpesona oleh penampilan musisi yang saya idamkan, hehe. Dan sudah tahu, band yang yang saya tunggu tidak jadi tambil pada minggu malam kemarin karena situasi dan kondisi. Hujan.
“Bukannya mendatangkan Pawang Hujan, beginilah jadinya kalau mempercayai Pawang Ular” kelakar seorang musisi jazz senior.
Hujan jatuh beberapa saat sebelum maghrib tiba. Beberapa panggung, dari 6 panggung pertunjukan yang tersedia, yang didesain dengan tata luar ruang tanpa atap (cap less outdoor stage) harus dihentikan. Peralatan musik baik yang akustik maupun elektrik, apalagi sound system set tidak pernah ramah dengan air dan hujan.
Apa yang bisa dilakukan oleh semua orang pada saat itu adalah hujan segera reda barang sejenak, satu atau dua jam. Mereka dan saya menunggu dibawah lindungan teras-teras rumah penduduk desa wisata Brayut, dibalik bayung atau … dan kemudian saya yang bosan berdiri di teras rumah segera berbegas untuk membeli mantel plastik hujan seperti yang saya lihat dikenakan oleh orang-orang. Rupanya di salah satu stand di lingkungan pertunjukan jazz ada yang menjual mantel hujan.
Dengan pakaian setengah basah, selepas maghrib di salah satu rumah penduduk, saya ingin menghangatkan diri dengan makanan-makanan khas yang banyak dijual. Bukanya saya terlalu pilih-pilih, mencari makan itu sulit. Masalahnya adalah kebanyakan stand makanan penuh. Bisa dibayangkan ketika puluhan ribu pengunjung ngayogjazz ingin mengamankan diri sambil makan di stand-stand makanan. Sampai akhirnya saya mendapatkan kursi basah di Warung Budaya Tembi yang turut meramaikan Ngayogjazz2012. Lumayan kursi basah, daripada melewatkan berjam-jam dengan berdiri.
Saya menghela dingin malam hujan itu dengan Bakmi Goreng Jawa, Bakmi Jawa Godog yang sebenarnya ingin saya pesan sudah habis. Tidak apa-apa, bakwi goreng jawa sama lezatnya. Meskipun ketika sudah terlanjur pesan, saya agak menyesal, kenapa saya tidak memesan Tongseng Manuk Emprit. Bukan kenapa-kenapa, hanya Tongseng Manuk Emprit itu tidak bisa dibeli di sembarang warung makan, lain halnya dengan bakmi goreng yang banyak dijual dimana-mana.
Tidak mungkin berlama-lama di Warung Makan Budaya Tembi, harus tahu diri karena yang ingin makan tidak hanya saya, masih banyak antrian di belakang saya. Saya segera menuju Panggung Caping dengan tetap membawa harapan agar hujan segera reda.
Saya menuju ke teras rumah limasan tidak jauh dari Panggung Caping untuk berteduh. Ada banyak orang di teras rumah Jawa ini. Ada banyak orang yang masih ingin menonton. Dari beberapa orang di teras itu kemudian saya kenali merupakan artis-artis senior Kampanyo. Penampilan mereka sebenarnya yang paling ingin saya tonton. Saya melewatkan beberapa waktu untuk berbincang-bincang dengan mereka. Sampai akhirnya hujan yang tidak segera reda dan panggung yang terlihat semakin tidak memungkinkan untuk pentas membuat mereka untuk memilih pulang saja.
Ah, saya pun sebaiknya segera pulang saja. Dengan rasa berat. Di pintu masuk sekaligus pintu keluar saya pandangi sekali lagi tulisan selamat datang ini. Sampai akhirnya saya benar-benar angkat kaki dari desa Brayut. …
Foto-foto lebih banyak bisa dilihat di Album Google+ saya di:
oops gak bisa nonton videonya nih, nanti liat dilaptop deh 🙂
beneran pengen nonton lagi.. aku terakhir ke acara ini beberapa tahun yang lalu.
Om, di Banjar juga ada Desa yang namanya Brayut. 😀
Tomate seger mbangeeeeets. . . 😛
loh tadi gak ada tulisannya cuma ada video ternyata sekarang sudah ada tulisannya
mas kok yoo eman gag bawa pawang ujan yaa, bawa pawang ular, wakakak :p
Tongseng burung emprit i piye yoo, mosok cilik2 ngunu mas 😀
Saya nontonnya streamingan, Mas. Enggak sempat ke Jogja. Keren emang, di online juga ramai banget. Happening!
wah sayang banget ya mas…. hujan tak bisa diajak kompromi… hehe, kenapa kok malah sedia pawang ular, bukan pawang hujan? hihi
Pasti para penonton juga penyanyi/pemusik serta pendukung acara kecewa berat ya mas….
wah, tongseng burung emprit tuh enak banget deh pastinya… kenapa juga ga jadi pesan mas e?
Aku wingi yo mrono lho mas…
Ampe jam 3 doang… pembukaannya mundur karena udah deres…
Asik banget nih acaranya,
sayang ngga bisa dateng 😦