Fabel ini berkisah tentang seorang petani miskin yang pada suatu hari menemukan sebutir telur emas yang berkilau di sarang angsa peliharaannya. Pada mulanya ia berpikir ini pasti semacam tipuan. Tetapi, ketika ia akan membuangnya, ia berpikir – pikir lagi dan membawanya pulang untuk memeriksanya. Telur itu ternyata emas murni! Si Petani tidak dapat percaya akan keberuntungannya. Ia semakin menjadi tidak percaya ketika pada hari berikutnya pengalaman tersebut terulang kembali. Hari demi hari, ia bangun dan bergagas menuju sarang dan menemukan satu lagi telur emas. Ia menjadi sangat kaya. Semua ini kelihatannya seperti sesuatu yang mustahil menjadi kenyataan.
Namun sewaktu ia bertambah kaya timbul pula sifat tamak dan tidak sabar. Tidak sabar menunggu hari demi hari untuk mendapatkan telur emas tersebut, akhirnya si petani memutuskan untuk membunuh sang angsa dan meraup semua telur emas itu sekaligus. Tetapi, ketika ia membuka perut angsa tersebut, ternyata kosong. Tidak ada telur emas. Dan sekarang tidak ada cara untuk mendapatkan telur emas lagi. Si petani telah menghancurkan angsa yang menghasilkan telur emas tersebut.
Saya pertama kali membaca fabel ini pada buku The 7th Habits of Highly Effective People karya Steven R Covey yang merupakan gambaran yang menurut saya bagus untuk menjelaskan proses dan produktifitas.
Hm…cerita bagus. Coba dimasukkan juga cerita-ceriutanya Hans Christian Andesen
salam