Ponsel terlantar, siapa punya Majikan

Di bangku angkutan yang saya tumpangi ada sesosok ponsel warna hitam yang tergeletak, mungkin tanpa sengaja tertinggalkan oleh si majikan. Tega banget, pikir saya. Dorongan empati dan feature belas kasih yang kuat, tidak tega hati ini dengan kesendirian si boncel ponsel. Tangan kiri ini memungut dan kedua mata ini mulai menyisir keseluruhan tubuh si boncel hitam kemungilan.

Karena pada saat itu gen jahat dalam diri sedang tidak dominan, terpikir untuk menghubungi sang mantan majikan. Saya hanya ingin memastikan apakah  dia sengaja meninggalkan ponsel karena sudah menemukan  yang lebih di cinta atau faktor ketidak sengajaan. Seingat saya bangku bangku angkutan tadi baru saja ditinggalkan oleh beberapa siswi suatu SMK. Pikiran saya berkata bahwa mungkin ada hubunganya.

Tidak lama berselang, ada panggilan masuk ke ponsel malang tersebut, entah dari teman si pemilik ponsel atau orang lain. Merasa bukan orang yang tepat untuk memberi jawab maka saya membiarkan saja, toh ini juga tempat publik, di dalam angkutan, saya tidak mau suara seksi saaya mengganggu ketertiban umum.

Kali ini sebuah pesan teks masuk dan sebuah   panggilan masuk ke ponsel saya, walaupun saya enggan menjawab karena dari nomor bukan yang saya kenal. “Mas, kalau ada ponsel tertinggal, tolong dibawaakan. Itu milik temenku”. Pastinya teks sms tidaklah seperti itu, saya susah meniru gaya penulisan pesan pemuda pemudi jaman sekarang. Mengherankanya bagaimana mereka tahu nomor ponsel saya. “Iya, nanti sore silahkan ambil ke rumah”

Tinggalkan komentar