Sampai saya mengetik tulisan ini, jam menunjukan setengah sembilan malam, terlihat siaran langsung di TV, demonstran penolak kenaikan harga BBM belum sepenuhnya bubar. Rupanya semangat dan stamina demontran pada hari ini masih cukup bagus. Demonstrasi besar hari ini cukup merata tidak hanya di ibu kota, tetapi juga di kota-kota lain.
Hanya yang banyak disayangkan adalah terjadinya beberapa aksi anarki dan pengrusakan oleh ‘oknum’ demonstran. Kalau tiap kali ada polisi yang bertindak tidak prosedural kemudian perwira polisi dalam konferensi persnya menyebutnya sebagai ‘oknum’, maka boleh dong, masyarakat menyebut demonstran yang merusuh itu sebagai oknum demonstran. Akan tetapi mau tidak mau ulah anarki oknum demontran ini menurunkan simpati masyarakat tiap kali ada demo. Lihat saja nyinyir dan sinisme yang bertebaran di twitter sejak semalam.
Saya sendiri tidak akan menyalahkan nyinyir dan sinisme yang timbul di masyarakat. Saya paham bagaimana rasanya jalanan jadi macet karena demo, kerusakan fasilitas umum, korban di pihak masyarakat yang tak berdosa dan lain-lain.
Di sisi lain saya 100% mendukung semua aksi demo. Tentu saja semua demo yang digerakan oleh nurani dan tanggung jawab sosial pemuda-pemuda terpelajar seperti mahasiswa. Bukan demo-demo bayaran. Makin banyak mahasiswa berdemo makin baik menurut saya.
Demo, dengan segala efek sampingnya, sampai saat ini masih saya pandang sebagai cara yang paling efektif untuk menyampaikan aspirasi. Pemerintah masih belum mampu menerima aspirasi masyarakat melalui mekanisme yang lebih santun. Aspirasi yang disampaikan dengan santun kebanyakan hanya dicuekin. Berbeda dengan demonstrasi yang menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan. Begitu korban jiwa berjatuhan dan kerusakan menjadi-jadi, di blow up oleh media sampai menjadi buah bibir semua orang, pemerintah baru berusaha benah-benah. Ingat peristiwa Mesuji dan rusuh di NTT belum lama ini.
Saya sendiri termasuk yang setuju dengan kenaikan harga BBM sekaligus yang setuju dengan aksi demonstrasi anti kenaikan BBM. Kenapa?
Karena dengan dinaikanya harga BBM yang menurut hitung-hitungan pemerintah untuk menyelamatkan APBN bukan berarti masalah selesai sampai di situ. Ada banyak permasalahan yang perlu dibenahi. Misalnya Undang-Undang yang mengatur pemanfaatan sumber daya alam yang kurang selaras dengan UUD, pembangunan infrastruktur, kompensasi bagi kaum duafa, manajemen energi dan lingkungan, dan lain-lain. Menurut saya di sinilah demontrasi anti BBM akan berperan. 🙂
Andaikan kebanyakan masyarakat setuju dengan kenaikan harga BBM sampai hanya menyisakan sedikit orang berunjuk rasa, menurut saya pemerintah hanya akan berhenti sampai harga bensin solar dinaikan. Sederet permasalahan yang telah ada maupun ikutan dari kenaikan harga BBM akan dibiarkan saja. Apriori sekali sih pendapat ini.
Bagaimana pendapat Anda?