Kenaikan haraga BBM memang menjadi pilihan pahit bagi pemerintahan SBY JK, tetapi (menurut saya) adalah terbaik. Kalau memang mau dinaikan segera dinaikan saja. Jangan malah ditunda tunda karena toh isunya sudah beberapa hari menjadi kabar di masyarakat dan sepertinya pemerintah juga tidak akan punya banyak pilihan dengan keputusan harga BBM ini mengingat harga minyak internasional yang sangat tinggi diatas 100 USD per barel.
Kemarin teman saya membeli bensin eceran di kampung (sudah) seharga Rp 6.000 per liter nya padahal belum ada pengumuman kenaikan harga secara resmi dari pemerintah.
Sampai saya menulis posting ini saya belum mendengar adanya pengumuman kenaikan itu
Kenaikan harga BBM yang ditunda tunda menurut saya malah menjadikan keresahan masyarakat dan kekacauan sistem sosial (dan ekonomi). Berdasar pengalaman sejarah setiap isu kenaikan harga BBM, menimbun adalah bagian lain dari budaya kebiasan masyarakat. Semakin lama pengumuman ditunda akan semakin banyak penimbun BBM berulah.
Saya juga turut merasakan betapa pahit dampakkenaikan BBM ini, karena apabila benar harga bensin mendatang adalah sekitar rp 6.000 maka selama pemerintahan SBY bensin sudah akan naik sebesar 3 X lipat. Tetapi bila memang itu adalah keputusan terbaik saya dengan rela hati mendukung.
Asalkan …
Diikuti dengan kebijakan kebijakan kompensasi dan subsidi terhadap aspek dan sistem yang secara sosial menjadi korban kebijakan ini.