Dari Jabotabek SIapkan Memwartegkan Indonesia?

Mulai membaca tulisan blog saya kali ini, mungkin Anda dan mereka yang sudah membaca blog saya selama bertahun – tahun akan merasa sedikit aneh. Mengapa? Karena kalau dalam beberapa tahun terakhir ini saya lebih banyak menulis tentang teknologi informasi dan olahraga kegemaran yaitu lari, maka kali ini saya akan menulis tentang Warteg Kharisma Bahari. Memang tidak akan benar – benar aneh kalau pembaca sekalian telah membaca blog saya ini sejak sangat – sangat awal. Saya memulai menulis blog ini bahkan dengan ketertarikan tema yang sangat random tergantung mood saya saat menulis.

Sebenarnya, berbicara tentang tempat makan yang paling mudah dan paling sering saya kunjungi, itu adalah Rumah Makan Padang. Saya suka berkunjung ke rumah makan padang karena di kota manapun berada, rumah makan ini menyajikan menu dengan ragam yang hampir sama. Nasi -makanan yang harus ada setiap saya makan-, ayam, rendang sapi, kikil, jerohan, sambal cabe hijau, sayur daun pepaya, dan kuah padang salulu ada. Harga antar rumah makan di kota manapun menurut saya hampir sama.

Lebih dari itu apa yang saya suka dari rumah makan padang adalah selalu menempati suatu bangunan permanen. Tempat yang tertutup terpisah dari aktivias di pinggir jalan. Ini menurut saya membuat jauh lebih nyaman daripada makan di lesehan, angkringan, atau street food lainnya.

Lalu apa hubungannya dengan warteg, terutama Warteg Kharisma Bahari?

Sebagai anak daerah, lebih tepatnya saya tinggal di suatu daerah di Yogyakarta, warteg atau warung tegal merupakan jenis tempat makan yang bisa disebut jarang saya temukan.

Mulanya saya mendengar kata warteg dari teman – teman saya yang sedang berjuang merantau ke Jakarta untuk meniti karir. Menurut mereka warteg merupakan solusi untuk bertahan hidup agar upah atau gaji yang diterima bulan ini bisa cukup sampai akhir bulan, sampai gajian lagi, syukur – syukur ada sisa untuk ditabung. Warung Tegal atau warteg menyajikan menu makanan daerah sekaligus menawarkan harga yang terjangkau bila tidak mau dibilang murah meriah.

Dengan tawaran utama harga yang murah tentu jangan banyak berharap mendapatkan kenyamanan, cita rasa yang enak, bahkan higienitas sekalipun. Terpenting makan kenyang hidup bertahan kantong aman.

Bila selama berbeda dengan Rumah Makan Padang yang keberadaannya tersebar di seluruh pelosok tanah air bahkan sampai ke negara – negara tetangga, Warung Tegal alias warteg baru banyak di temukan di Jakarta, sebagian Jawa Tengah atau Jawa Barat.

Baru – baru ini saja karena liputan media dan viral di internet sebuah warteg yang bernama Warteg Kharisma Bahari. Warteg ini bahkan franchise -nya sudah ada di kota saya, kota Yogyakarta. Belum kesampaian memang, namun saya benar – benar ingin mencicipi, berkunjung, dan merasakan langsung bagaimana Kharisma Bahari bisa bersaing di kota gudeg ini.

Adalah sosok Bapak Sayudi, seseorang yang mungkin dari lahir memang sudah membawa darah pengusaha mengalir di tubuhnya, yang mendirikan Warteg Kharisma Bahari ( WKB ) ini. Saking fenomenal pertumbuhan bisnis warteg sang bapak sampai – sampai ketua Ikadin yaitu Arsjad Rasjid membuat suatu wawancara eklusif dan menampilkan di channel youtubenya. Bukan hanya Pak Sayudi menarik bagi Arsjad Rasjid bahkan Presiden Republik Indonesia Bapak Joko Widodo pun tertarik dengan ide bisnis dan kerja keras yang luar biasa ini.

Siap Memwartegkan Jabotabek, Tagline Warteg Kharisma Bahari

Membaca tagline di atas saya langsung terperangah. Ini keren sekali. Dan barangkali ini kunci sukses utama bisnis Bapak Sayudi. Membacanya saya jadi ingat dengan visi Bill Gate (founder Microsoft) ketika mendirikan perusahaan yang bergerak di bidang komputer (Personal Computer) pada sekitar tahun 1970 -an dulu.

Visi Microsoft dulu adalah: a computer in every home (in the world). Sesuatu yang kedengaran mustahil pada jamannya namun ketika kita melihat ada berapa komputer pribadi dan laptop di rumah kita, ternyata mimpi Bill Gate dulu sekarang ini telah menjadi kenyataan.

Begitu pula dengan mimpi Bapak Sayudi beberapa tahun lalu. Warteg di setiap sudut dan pojok Jabodetabek kini adalah kenyataan. Bahkan sekarang di Jogja pun telah ada. Mungkin akan segera menyusul di Ibu Kota Negara Baru, di seluruh penjuru tanah air atau bahkan di berbagai sudut kota di dunia.

Sukses selalu, Bapak Sayudi! Bagaimana sudah siap Memwartegkan Indonesia dan Dunia?

Tinggalkan komentar