Catatan dari Pilihan Dukuh Karangmojo B

Kursi-kursi sudah dirapikan seperti semula. Sampah-sampah sudah dibersihkan. Piring dan gelas telah dicuci dan disimpan baik -baik. Semua orang telah kembali beraktifitas seperti sedia kala. Pesta telah selesai.

Bukan pesta kemenangan para pengusung calon dukuh yang keluar menjadi pemenang Pemilihan Dukuh Karangmojo B yang dihelatkan pada hari Minggu, 21 April 2013. Itu adalah pesta semua orang. Itu adalah pesta semua warga padukuhan Karangmojo B. Pesta yang sesungguhnya adalah pesta demokrasi yang dilangsungkan dengan sederhana namun penuh kemeriahan dalam bentuk pemilihan dukuh baru. Pesta yang oleh masyarakat dibuat sebaik-baiknya itu sekaligus merupakan bentuk rasa syukur masyarakat atas keberhasilan Dukuh Karangmojo B sebelumnya, Bapak Wono Suwito, dalam menyelesaikan tugasnya dengan baik sampai akhir masa jabatannya.

Bapak Wono Suwito dalam catatan saya merupakan dukuh terbaik yang telah membawa banyak kemajuan di padukuhan dimana saya tinggal, Padukuhan Karangmojo B. Tentu masyarakat tidak ingin menyia-nyiakan apa yang telah diletakkan dan dicapai oleh Pak Dukuh Wono Suwito. Untuk itulah masyarakat ingin membuat transisi pergantian dukuh ini dengan sebaik-baiknya. Dengan cara melangsungkan penjaringan calon-calon dukuh dari putra-putra terbaik dusun Karangmojo B, untuk kemudian memilih yang terbaik dari putra-putra terbaik itu secara demokratis.

Dan benar saja, sebuah sistem yang demoktratis telah mengusung 4 pemuda yaitu: 1) Sarjono, 2) Agus Setiawan, 3) Winarto dan 4) Latip Wahyudi untuk menyampaikan visi dan misinya sebagai calon-calon dukuh yang berdedikasi tinggi. Saya sendiri menyimak dengan seksama paparan visi misi dan program kerja mereka di balai Padukuhan Karangmojo B pada Sabtu pagi tanggal 20 April 2013. Ada banyak hal baru yang mereka gali dan akan mereka garap dalam program kerja untuk memajukan Karangmojo B. Ada banyak harapan baru yang mereka sampaikan. Ini membuat saya optimis ketika selama ini saya sangat mengkhawatirkan tingginya urbanisasi akan menghambat regenerasi pimpinan dan kesinambungan pembangunan daerah dimana saya tinggal.

Kata simbok saya, membedakan yang baik dan yang buruk itu mudah, yang susah adalah memilih yang terbaik dari yang baik-baik. Saya pun bingung bila disuruh memilih yang terbaik dari keempatnya. Semua calon dukuh baik. Semua calon dukuh telah dinyatakan oleh panitia telah lulus test dengan hasil memuaskan. Jadi saya sendiri pasrah pada mekanisme demokrasi. Pemilihan Dukuh yang sangat demokratis pun akhirnya menyodorkan nama: Latip Wahyudi sebagai calon dukuh yang meraih suara terbanyak. Pendek kata, dialah yang menurut titah demokrasi diwajibkan membawa amanat pembangunan Karangmojo B, meneruskan segala kebaikan Pak Wono.

Bagi saya ada beberapa catatan penting selama proses pemilihan dukuh baru di padukuhan Karangmojo B, yaitu:

  • Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, ada 4 calon dukuh yang berpartisipasi pada pemilihan dukuh ini. Untuk ukuran pemilihan dukuh, empat calon bukanlah angka yang sedikit mengingat Karangmojo B sendiri adalah padukuhan kecil yang mana tercatat hanya ada sekitar 210 pemegang hak pilih. Di padukuhan-padukuhan lain yang berpenduduk lebih banyak seperti padukuhan Senedi dan Grogol pun sebelumnya hanya ada 2 dan 3 calon dukuh yang berpartisipasi. 4 kontestan adalah optimisme yang mana angka itu menunjukkan tingginya minat warga padukuhan Karangmojo B untuk turut membangun Padukuhan tanah tumpah darahnya. Yang lebih membuat saya lebih optimis adalah keempatnya berasal dari golongan pemuda. Bahkan yang termuda, Latip Wahyudi baru genap berusia 24 tahun. Pemuda adalah identik dengan idealisme. 4 calon dukuh muda yang maju dalam pencalonan tentu akan mengikis sedikit demi sedikit pesimisme sebagai dampak tingginya angka urbanisasi di padukuhan dimana saya tinggal.
  • Tingginya partisipasi masyarakat dalam Pemilihan Dukuh Karangmojo B adalah catatan selanjutnya. Ada tercatat 171 warga yang datang ke TPS untuk menggunakan hak pilihnya. Dan eloknya 171 pemegang hak pilih ini menggunakan suaranya dengan sangat baik. Tidak ditemukan satu pun kartu suara yang cacat. Dalam arti tidak ada suara yang gugur. Bila ditanyakan kemana selisih DPT yang berjumlah 210 dan pemilih yang menggunakan hak pilihnya yang berjumlah 171. 49 warga yang dengan menyesal tidak bisa hadir ke TPS adalah warga yang tinggal di perantuan yang jauh, di Jakarta dan bahkan di luar Jawa dan beliau-beliau yang sudah sepuh yang tidak datang ke TPS karena alasan kesehatan.
  • Catatan berikutnya adalah situasi menjelang, selama dan pasca pemilihan dukuh di Karangmojo B yang kondusif. Tidak ada bukti money politik, tidak ada bukti penggunaan kekerasan fisik, tidak ada bukti praktek-praktek curang yang ditemukan. Tidak ada gesekan antar pendukung calon dukuh seperti yang banyak diberitakan terjadi di padukuhan dan desa-desa lain. Masyarakat Karangmojo B telah cukup dewasa dalam berdemokrasi. Masyarakat tahu bagaimana menempatkan demokrasi di tengah-tengah nilai tepo sliro, nilai kegotong royongan, nilai unggah-ungguh dan ketekadan dalam memperlakukan tongkat estafet kepemimpinan dan pembangunan Karangmojo B.

Harapan saya sendiri sederhana, semoga calon dukuh terpilih, Latip Wahyudi bisa mengikuti jejak  Pak Wono dengan menorehkan lebih banyak prestasi, meluruskan yang masih bengkok-bengkok, menambal yang masih bocor-bocor dan memperkuat kerekatan dan kegotong royongan dalam masyarakat.

5 komentar di “Catatan dari Pilihan Dukuh Karangmojo B

  1. alhamdulilah mas jarwadi atas kesuksesan demokrasi yg dibangun didalam dusun yg kecil tergerus arus urbanisasi terus menerus. Bukti keberhasilan kesadaran warga negara indonesia yg baik. Semoga bisa dicontoh oleh lingkup pemerintahan yg lebih tinggi. Isu2 yg berkembang di warga ternyata dapat ditepis oleh pembuktian keberhasilan dalam ajang pemilihan dukuh yang mampu menjaga tali paseduluran tanpa ada perpecahan tetep guyup rukun.

  2. emang sengaja begitu atau gimana sih, tinggi badannya bisa urut dengan nomor pilihan…
    yang menang yang paling tinggi badannya..
    hihihi

Tinggalkan komentar